Page 24 - Majalah Berita Indonesia Edisi 82
P. 24


                                    24 BERITAINDONESIA, Februari 2011BERITA UTAMAfoto-foto: reproMahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie,dan mantan Kepala Staf TNI AngkatanDarat Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu.Megawati mengungkap ironi rakyatkecil di sejumlah daerah yang bunuh dirikarena tidak mampu menanggung bebanhidup yang semakin berat menjadi gambaran betapa sulitnya rakyat berjuanghidup-mati hanya untuk memenuhikebutuhan dasar.Selain itu, Megawati juga menyorotipersoalan pengurangan secara sistematisatas subsidi untuk rakyat. Menurut Mega,alokasi anggaran triliunan rupiah, seharusnya bisa diperuntukkan bagi kesejahteraan rakyat. Mega menilai, anggarannegara lebih banyak digunakan untukbelanja aparatur negara ketimbang untukkepentingan publik.Di sisi lain, pemerintah dinilai terusmelakukan pemborosan anggaran, mengedepankan impor sebagai opsi penyelamatan pemenuhan kebutuhan dalamnegeri, serta membiarkan ketergantungansumber pembiayaan APBN dari pinjamanluar negeri.Mega berharap, sudah saatnya kitahentikan pameran keberhasilan indikasimakro-ekonomi dan menggantikannyadengan gerakan ekonomi kerakyatanyang bertumpu pada kekuatan rakyatagar terjamin kebutuhan dasar rakyat.Dengan kekayaan sumber daya alam yangdimiliki, Indonesia seharusnya mampumencukupi kebutuhan pokok dalamnegeri dan berdikari di bidang ekonomi.Dia memandang pengelolaan ekonomi,juga belum menciptakan sistem yangmembangun pondasi kemandirian. “Mewujudkan keberdikarian ekonomi tidakbisa ditunda lagi,” kata Mega. Dia pun menegaskan bahwa dia tidak antiasing, namun marilah kita letakkan skala prioritaspengabdian pada kepentingan nasional.Mega juga melihat kecenderungan kepemimpinan nasional yang lebih produktif menciptakan polemik ketimbangmenjadi rujukan integritas kebangsaan.Kasus debat tanpa kesudahan atas status keistimewaan Yogyakarta menjadiironi bagaimana rakyat akhirnya dipaksamemilih antara kesetiaan kebangsaanatau kedaerahan. “Sebuah ironi dalampengelolaan kekuasaan negara karenalunturnya pemahaman terhadap sejarah,” katanya.Dirasakan Mayoritas RakyatBeberapa kalangan menilai pernyataanMegawati adalah fakta yang dirasakanoleh mayoritas masyarakat. Akbar Tandjung juga menyatakan sependapat dengan Megawati soal kemiskinan. “Kitasekarang memang prihatin, angka inflasitinggi, rakyat yang miskin tetap sajamasih tinggi, harga-harga terutama yangberkaitan dengan kebutuhan dasar pangan masyarakat terus naik,” katanya.Ekonom The Centre for Strategic andInternational Studies (CSIS) Pande RadjaSilalahi pun mengatakan yang terjadimagnitude kemiskinan justru meningkatakibat kinerja perekonomian yang melesetdari target. Pande memaparkan contoh,angka kemiskinan diklaim pemerintah,turun dari 16,6% di 2009 menjadi 13,3%di 2010, atau dari 32,5 juta menjadi 31juta. “Tetapi kalau kita lihat magnitudenya, bukan bertambah kecil, tetapi bertambah besar karena ini berkaitan denganinflasi,” jelasnya. (MI, 14/1/2011)Menurut Pande Radja, kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah tidakprorakyat. Pande bilang, saat inflasisepanjang 2010 mencapai 6,96%, melesetdari target pemerintah 5,3%, inflasi yangmenyangkut makanan mencapai dua kalilipat, atau lebih 15%. “Artinya, merekayang berpendapatan kecil, bahkan menengah, sebagian besar pengeluarannyauntuk makan sehingga inflasi naik begitucepat. Jadi, walaupun jumlah orangmiskin berkurang, magnitude kemiskinan semakin berat.”Begitu pula Ketua DPP Partai HanuraBidang Politik Akbar Faizal menilai, apayang disampaikan Mega sudah disampaikan oleh banyak kalangan mulai dariaktivis, akademisi, agamawan dan jugaLSM. Namun, katanya, apa yang disampaikan Megawati menjadi semacam gongkarena kritik-kritik sebelumnya kurangbegitu diperhatikan.Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan sikap politikMEGAWATI: Pemerintah seharusnya mendengar jeritan rakyat atas kenaikan harga berbagaikebutuhan dasar.Para tokoh lintas agama berkumpul di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta (10/1/11).
                                
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28