Page 19 - Majalah Berita Indonesia Edisi 83
P. 19
BERITAINDONESIA, Maret - 10 April 2011 19BERITA UTAMAfoto-foto: reprotralia itu. Sebab, bagi Presiden, masih adabanyak pekerjaan besar lain yang mendesak untuk segera diselesaikan.Ketua Umum Partai Demokrat, AnasUrbaningrum mengungkapkan, sesuaipernyataan Kementerian Luar Negeri AS,kawat diplomatik yang dibocorkan lamanWikileaks itu adalah penilaian pribadi daridiplomat AS di Indonesia. Karena itu,menurut Anas, perlu ada evaluasi dariKementerian Luar Negeri Amerika Serikatsendiri tentang kualitas dan akurasi kawatdiplomatiknya.Menurut Anas, bocoran kawat diplomatik itu hanya sebuah sensasi dan gosipbelaka. “Obrolan warung yang tidakberbasis data, tidak berbasis fakta,” kataAnas. Anas menjelaskan, banyak diplomatmelakukan wawancara kepada tokoh danorang Indonesia untuk mendapatkaninformasi. Hasil wawancara itu, tidakdisertai dengan data. Hasil pembicaraanyang tidak berbasis data itulah yangdijadikan dasar bagi diplomat.Mestinya, menurut Anas, kawat diplomatik itu diverifikasi dulu berdasarkandata-data. Maka, Anas menyarankansupaya pemerintah Amerika Serikatmengevaluasi kualitas dan akurasi kawatdiplomatiknya. “Jangan sampai kawatdiplomatik itu turun nilainya menjadikawat gosip. Sebab jika menjadi gosip,tentu akan menyebabkan dampak negatifpada hubungan antarnegara,” kata Anasdi Jakarta, Minggu 13 Maret 2011.Sementara itu, Wakil Ketua DewanPembina Partai Demokrat, Achmad Mubarok, mengatakan informasi yang dibocorkan Wikileaks kualitasnya tak jauhbeda dengan informasi yang disampaikanLembaga Swadaya Masyarakat BentengDemokrasi Rakyat (Bendera). “Hanya carisensasi saja tak bisa dibuktikan kebenarannya,” kata Mubarok. Bendera pernah membuat sensasi dengan menuduhbeberapa pejabat pendukung SBY-Boediono pada Pilpres 2009, telah menerimamilyaran rupiah dari aliran dana talanganBank Century. Dua aktivis Bendera,Mustar Bonaventura dan Ferdi Semaun,kini tengah diadili atas perkara pencemaran nama baik.Mubarok menyerukan agar tidak menanggapi pemberitaan di dua harian diAustralia itu dengan serius. “Saya katakanitu sampah. Kita senang banget konsumsisampah,” ucap Ahmad Mubarok, saatdiskusi di Jakarta, Minggu (13/3/2011).Gayus Lumbuun, anggota Komisi IIIDPR dari PDIP, mempertanyakan tindakan dua media Australia itu yang menerbitkan tanpa ada bukti. Pertanyaan itudilontarkannya mengingat sejarah berdirinya dua media itu yakni The SydneyMorning Herald berdiri tahun 1831 danThe Age tahun 1854. Oplahnya pun besar,yang satu 750 ribu eksemplar, yang satulagi 600 ribu eksemplar. “Tapi kok denganmudah buat spekulasi,” katanya.Menkominfo Tifatul Sembiring punmengimbau semua pihak agar tidakmemperpanjang polemik seputar beritabahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menyalahgunakan kekuasaan, seperti yang dimuat di harianMensesneg Sudi Silalahi Mantan Wapres Jusuf KallaMenkominfo Tifatul Sembiring Anas Urbaningrum: Sensasi dan gosip