Page 23 - Majalah Berita Indonesia Edisi 83
P. 23
BERITAINDONESIA, Maret - 10 April 2011 23BERITA UTAMAuntuk melindungi data sensitif di lapangan dan dia juga menjadi salah satutokoh kunci dalam gerakan pembebasanperangkat lunak.Tahun 2006, Assange memutuskanuntuk mendirikan WikiLeaks. Hal inidilakukannya karena dia yakin bahwapertukaran informasi akan mengakhiripemerintahan yang tidak sah. Situstersebut memiliki server utama di Swediadan menerbitkan berbagai bahan dariberbagai sumber. Terkadang, dia danbeberapa rekan di WikiLeaks menyusupke dalam sistem keamanan untuk mencaridokumen dan kemudian mempublikasikannya. WikiLeaks tidak menggaji Assange, namun dia memiliki investasi yangtidak diungkapkannya. Kini banyak polisiinternasional bekerja sama untuk memburu Assange untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dalam kebocoraninformasi rahasia milik negara.Kemudian, jaksa Swedia menjatuhkantuduhan kepada Assange atas pemerkosaan, pelecehan seksual, dan pemaksaan yang dilaporkan oleh dua wanita. Tuduhan tersebut diumumkan pada Agustus2010, kemudian dibatalkan dan setelah itudiperbaharui kembali. Pada 24 November2010, pengadilan Swedia menolak usahabanding Assange atas perintah penahananyang dijatuhkan kepadanya. Kasus inimasih ditangani oleh Mahkamah Agung.Julian Assange dan Wikileaks telahmembuat para intelijen dan diplomatberbagai negara terperangah dan bahkanterbodoh. Bahkan para pemimpin ASdibuat terperangah dan marah. Kualitaskerahasiaan dokumen diplomatik AS punkini diragukan. Tak terkecuali, paraintelijen dan diplomat Indonesia punterperangah dan tampak hipokrit denganmelecehkan Wikileaks.Wikileaks: Rahasia Jadi BeritaUmumnya para diplomat dan intelijenmenyalahkan Wikileaks karena membocorkan dokumen yang sesungguhnyabersifat rahasia. Wikileaks benar-benarmengejutkan dengan menjadikan sesuatuyang bersifat rahasia menjadi beritaterbuka.Amerika Serikat menjadi negara palingsibuk akibat kehadiran Wikileaks. Memang, kuat dugaan tujuan utama WikiLeaks adalah menghancurkan kredibilitasAS di mata dunia. Namun, AS yang telahdiperdaya Wikileaks, bukan negara bodoh. Para diplomat dan intelijen negaraadidaya yang sering memamerkan posisisebagai polisi dunia, itu sudah terlatihmemanfaatkan kelebihan dan kekuranganpihak lain (kawan atau lawan) demikepentingannya.Tak terkecuali kemungkinan memanfaatkan Wikileaks, yang sejauh ini secaraterbuka melawan AS, justru telah danakan dimanfaatkan demi kepentingan(diplomasi dan intelijen) AS sendiri.Termasuk, patut dicurigai, pembocorandokumen-dokumen diplomatik KedubesAS di Jakarta. WikiLeaks mengatakan,ada 3.059 kawat dari Kedubes AS diJakarta di tangan mereka.Patut dicermati, kebocoran atau pembocoran dokumen-dokumen diplomatikKedubes AS di Jakarta oleh Wikileaksyang sebagian telah diberikan secarakhusus kepada dua koran Australia TheAge dan Sydney Morning Herald, yangmenuding Presiden SBY korupsi danmenyalahgunakan kekuasaan, serta melibatkan beberapa nama tokoh nasional, takterlepas dari kepentingan diplomasi ASdan mungkin Australia.Sebagaimana dikemukakan Hikmahanto Juwana Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Selasa,15 Maret 2011 dalamulasannya soal WikiLeaks dan SBY, pembocoran kawat Kedubes AS di Jakarta olehdua media di Australia itu punya implikasipada dua dimensi, yakni dimensi internasional dan dimensi nasional di Indonesia. Dalam dimensi internasional, pembocoran kawat Kedubes AS di Jakartamasih sesuai dengan tujuan utama WikiLeaks: menghancurkan kredibilitas AS dimata dunia. Dalam dimensi kedua yangtidak dialami oleh negara lain sebelum Indonesia, secara nasional penayangankawat Kedubes AS berpotensi mengguncang stabilitas pemerintah dan tekadpemerintah memerangi korupsi. Walaupun Hikmahanto belum melihat kemungkinan justru AS yang memainkan peran.Dalam mencermati fenomena Wikileaks ini, pemerintah perlu lebih meningkatkan kemampuan para diplomat danpejabatnya dalam menyaring informasiyang diberikan kepada para diplomatasing.Sebagaimana dikemukakan Hikmahanto Juwana, mental pejabat dalam mengumbar informasi kepada diplomat asingharus diakhiri. Para pejabat harus paham,di mata para diplomat asing, informasidari pejabat bernilai sangat tinggi dibandingkan dari aktivis, akademisi atauwartawan.“Baik pejabat maupun politisi harusmenghentikan penyampaian informasikepada diplomat asing yang bertujuanpolitis. Tujuan politis dimaksud adalahmeminjam tangan negara asing untukmelawan rival politiknya, bahkan melawan atasan pejabat yang menyampaikaninformasi,” kata Hikmahanto.Wakil Ketua Komisi I DPR RI TubagusHasanuddin di gedung DPR RI Senin (14/3/2011) mengingatkan pemerintah perlumengambil langkah darurat untuk mencegah permainan intelijen. Karena itu,menurutnya, ruang-ruang rapat internaldan rahasia perlu disterilkan dari upayapenyadapan, terutama yang berkaitandengan rahasia dalam negeri.Menurut Tubagus Hasanuddin, dariberbagai macam kasus Wikileaks yangkemudian salah satunya tentang PresidenSusilo Bambang Yudhoyono yang dimuatMantan Kepala BIN AM HendropriyonoWakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddinfoto-foto: repro