Page 48 - Majalah Berita Indonesia Edisi 87
P. 48


                                    48 BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006BERITA KHAS48 BERITAINDONESIA, Maret 2013Regulasi Lemah,Rokok MerajalelaRokok masih merajalela di Indonesia. Regulasi yanglemah membuat industri rokok berlomba-lombamemproduksi rokok dan menjualnya kepada siapa saja,termasuk pada anak dan remaja.i negara berkembang seperti Indonesia, rokok masih menjadi masalah besar karena cukainya sangatrendah, sehingga harga rokok pun menjadi sangat terjangkau bahkan bagi keluarga miskin. Tarif cukai rokok untuk tahun 2013 rata-rata mengalami kenaikan8,5 persen. Kenaikan tarif ini tidak terlalubesar sehingga dampaknya ke harga rokokjuga minimal.Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan, cukai rokok setahun sekitar Rp55 triliun, tetapi konsumsi rokok, biayakesehatan, dan kehilangan nilai ekonomitenaga kerja produktif akibat rokok dalamsetahun mencapai empat kali lipatnyayaitu mencapai Rp 225 triliun per tahun.Peneliti Lembaga Demografi FEUI Abdillah Ahsan menambahkan bahwa sistemcukai rokok di Indonesia terlalu banyakpenggolongan yang implikasinya memperlebar gap harga antara yang termahaldan termurah. Kenaikan harga jual eceranminimum pun menjadi tidak berarti.Untuk SKT golongan 3 (rokok kretekbuatan tangan), harga sebatang rokoknaik dari Rp 234 menjadi Rp 250. Lebihmurah dari sebungkus permen.Menurut Abdillah, cukai rokok adalahsalah satu instrumen yang ampuh untukmengendalikan konsumsi rokok. Cukairokok yang tinggi diharapkan dapatmencegah masuknya perokok pemula.Tarif cukai rokok yang baru lebih menguntungkan industri besar, karena menurut industri besar, kenaikan cukairokok sangat kecil, dibandingkan golongan lainnya (rokok kretek buatan tangan).Idealnya, cukai rokok harus single (berlaku untuk harga per batang rokok), tinggidan berlaku untuk semua golongan, baikrokok buatan mesin dan tangan.Saat ini, harga rokok kretek termurahsekitar 5-6 ribu rupiah per bungkus. Cukaitertinggi sekarang Rp 375, bila dikalikandua menjadi Rp 700. Jadi paling tidak harga rokok termurah harus di atas Rp 700per batang. Itu pun tidak boleh dijualsatuan sehingga harga rokok tidak terjangkau untuk anak-anak dan orang miskin.Survei tahun 2010 pada 2.000 orangperokok menyimpulkan bila harga rokoksebesar 25 ribu per bungkus dapat membuat mereka berhenti merokok. Artinya,harga rokok harus dinaikkan 2 hingga 4kali lipat.Dengan besaran cukai di atas, saat inicukai rokok dapat menyumbang puluhantriliun rupiah setiap tahun, dan membuatbanyak pihak terlena dan menganggapindustri rokok memberi lebih banyakmanfaat dibanding mudarat. Padahalrokok telah menyebabkan kematiansekitar 400.000 orang (25.000 orang diantaranya perokok pasif) setiap tahun danjutaan orang sakit serta menjadi tidakproduktif.Penyebab lain merajalelanya rokok diIndonesia adalah regulasi yang lemah.Industri rokok berlomba-lomba memproduksi rokok dan menjualnya, termasuk pada anak dan remaja. Setiap tahun,sekitar 265 miliar batang rokok diproduksi di Indonesia. Iklan dan promosi rokoksangat masif. Televisi, radio, dan mediacetak di Indonesia umumnya juga amathaus akan iklan rokok. Ini belum termasuk media luar ruang yang masih tetapdiizinkan oleh PP No 109/2012.Menurut data Global Adult TobaccoSurvey (GATS) tahun 2011, jumlah perokok di Indonesia mencapai 61,4 jutapenduduk usia 15 tahun ke atas. Jumlahtersebut belum termasuk jumlah perokokanak yang juga semakin meningkat.Selain perokok aktif, yang perlu mendapat perhatian adalah orang bukanperokok tapi menghisap asap rokok (perokok pasif). Mereka memiliki risiko terkenapenyakit yang mematikan sebagaimanaperokok aktif. Data GATS 2011 menunjukkan sebanyak 78,4 persen pendudukusia 15 tahun ke atas (atau 133,3 juta orang) terkena asap rokok saat berada didalam rumah meskipun bukan perokok.Data jumlah perokok hanya ada untukusia 15 tahun ke atas, belum ada yang 15tahun ke bawah. Kenyataannya, perokokanak di Indonesia jumlahnya semakin banyak. Bahkan ada fenomena baby smokeryang hanya ada di Indonesia. Penyebabnya adalah karena banyaknya bayi danbalita yang mendapatkan contoh burukdari para orang tua yang terbiasa merokokdi dalam rumah. Selain menjadi perokokpasif, si anak akhirnya menganggap merokok adalah perilaku normal yang patutdibanggakan.Dirjen Pengendalian Penyakit danPenyehatan Lingkungan (P2PL), KemenIndonesia merupakan satu-satunya negara di kawasan AsiaPasifik yang belum meratifikasi Konvensi Kerangka Kerjauntuk Pengendalian Tembakau (Framework Convention onTobacco Control/FCTC) yang dicanangkan OrganisasiKesehatan Dunia (WHO) pada 2003.D
                                
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52