Page 12 - Majalah Berita Indonesia Edisi 88
P. 12


                                    12 BERITAINDONESIA, Mei 2013BERITA UTAMAZyang memberikan nilai tambah danefisiensi bagi petani.Selain itu, menurut Bustanul, pemerintah jangan hanya berbicara fisik atauhasil produksi pertanian. Menurutnya,kesejahteraan petani merupakan masalahutama yang harus menjadi prioritas.Meningkatkan produksi bukan suatupekerjaan yang sulit, pengembanganteknologi baru dengan varietas unggulserta membudidayakannya merupakansalah satu cara meningkatkan produksi.Bustanul Arifin mengatakan kelompokmasyarakat miskin di Indonesia mayoritas berprofesi sebagai petani. Karena itu,menurutnya, akan naif ketahanan panganterwujud kalau petani mengalami kesusahan akses terhadap pangan. Dia mengatakan ketahanan pangan tidak berartiapa-apa kalau pada saat bersamaan parapetani justru mengalami penurunankesejahteraan. Dia melihat bahkan kiniada kecenderungan para petani semakinmiskin akibat rendahnya daya beli.Wakil Ketua Umum Kamar Dagang danIndustri Indonesia (Kadin) Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik NatsirMansyur mengungkapkan impor produkproduk pangan Indonesia setiap tahunmakin tidak terbendung dan sudah padatahap kronis. “Hampir 65 persen darisemua kebutuhanpangan di dalam negeri kini dipenuhidari impor,” ungkapnya. Dia mengeluhkan sebagai negaraagraris dan mempunyai kekayaan alamyang melimpah, Indonesia ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan pangandalam negeri dan pemerintah masih harusmengimpor dari negara lain. “Sektorpangan terus dibanjiri produk impor karena suplai dalam negeri terus berkurangakibat produksi yang rendah. Masalahdiversifikasi pangan saat ini juga hanya slogan. Pemerintah hanya mengejar targetswasembada pangan di berbagai bidangseperti swasembada daging, namun hanyadipatok berdasarkan target-target normatiftanpa proses merealisasikan target yangkonkrit dan sistematis,” paparnya.Direktur Pusat Pengembangan IlmuTeknik untuk Pertanian Tropika InstitutPertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir TinekeMandang Ms, memprediksi, Indonesiaakan mengalami krisis pangan pada 2025,dan ini merupakan isu dunia. Dia jelaskankrisis pangan itu terjadi karena mulai berkurangnya lahan agraria, sementara konsumsi masyarakat akan pangan cukuptinggi. Jika kondisi ini tidak ditangani cepat, menurutnya, bisa menjadikan Indonesia negara yang lebih dulu mengalamikrisis pangan. Saat ini, menurut Tineke,kondisi pertanian Indonesia sangat tertinggaldari negara lain sepertiThailand, India, Malaysia, dan Vietnam. Bahkan Indonesia belummemiliki peta perkembangan pertanian kedepan seperti apa.Petani Tak BerdayaKoalisi Rakyat untuk Ketahanan Pangan (KRKP) melaporkan bahwa pasokanpangan Indonesia sangat rentan karenabesarnya ketergantungan impor bahanpangan dari negara lain yang jumlahnyamencapai 70%. Tidak hanya beras yangperlu didatangkan dari Vietnam dan Thailand, tapi Indonesia juga mengimporberbagai jenis pangan lain mulai darijagung, kedelai, gula hingga garam. Padatahun 2011 lalu totalimpor pangan Indonesia mencapai Rp.125 triliun.Ketua Koalisi Rakyat untuk Ketahanan Pangan Said Abdullah mengatakanpasar punya kuasamenentukan manaproduk yang baik, mana harga yang baikberdasarkan preferensinya mereka. Lebihsering petani menerima saja. Petani hanyamenjadi net konsumer dari semua produkperusahaan. Mulai dari benih, pupuk danseterusnya dihasilkan dari perusahaan.Akibatnya, keadaan petani dan nelayandi Indonesia masih memperhatinkan.Belum lagi para nelayan dan petani kurang mendapat perhatian dan perlindungan dari pemerintah. Pemerintahmesti meningkatkan proteksi bagi kalangan petani dan nelayan lokal.Contohnya, kata Said Abdullah, di Indonesia tidak ada proteksi bagi pengembangan benih lokal yang sebenarnya lebihmurah dan lebih menguntungkan petani.“Di pulau Jawa sudah banyak yang menghasilkan produk benih baru tapi dukungan dari pemerintah tidak ada. Harusnyadiberikan dukungan proteksi atau pengamanan untuk mengembangkan benih ditingkat komunitas petani,” kata Said.Badan Eksekutif Mahasiswa KeluargaMahasiswa Universitas Diponegoro (BEMKM Undip) juga pernah merilis SiaranPers Tolak Liberalisasi Pangan-Awas Mafia Pangan! Menurut mereka beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia yang kemudian menjadi komoditasbagi pemerintah Indonesia. Ketika berbicara mengenai beras maka elemen masyarakat yang bersinggungan secara langsungdengan beras ini adalah petani yang manahingga saat ini hak-hak mereka masihtermarjinalkan.Dari segi ekonomi makro, kebijakanimpor beras adalah cara yang pas ketikapemerintah menghendaki harga berasstabil sehingga masyarakat dapat mengkonsumsinya. Tetapi akan menjadi salahketika kebijakan impor beras ini dijadikansebagai satu-satunya solusi pemerintahdalam menstabilkan harga beras. Sekalilagi, petani menjadi korban dari kebijakanyang mengarah kepada liberalisasi.Masalah beras adalah masalah yangAKSI PETANI: Petani di Ponorogo berunjuk rasa menentang korporatisasi pertanian dan pangan
                                
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16