Page 23 - Majalah Berita Indonesia Edisi 95
P. 23


                                    BERITAINDONESIA, Mei-Juni 2016 23BERITA POLITIKNamun di sisi lain, adanyakegalauan elit parpol yangmenganggap hal itu deparpolisasi justru sangat memprihatinkan. Diharapkan kegalauanini hanya diderita beberapaoknum elit politik saja, tidakmenjadi sindrom bagi parpolsebagai organisasi politik yangmengemban tugas melahirkanpemimpin-pemimpin yang berkualitas mengelola kekuasaannegara dan pemerintahan.Kalaupun ada parpol yangsempat galau, kiranya merekalekas siuman. Jangan (lagi)menganggap langkah Ahoksebagai ancaman deparpolisasi.Melainkan harus diikhlasi sebagai langkah positif untukmembangun demokrasi Pilkada yang lebih kompetitif danberkualitas. Segeralah kembalikepada khittahnya parpol. Yakni, parpol yang mampu melahirkan (kader) pemimpin berkualitas mengelola kekuasaan (policy) negara danpemerintahan.Dengan tidak dibebani rasa sakit hati,kebencian dan dendam (karena merasadikhianati, misalnya), mestinya parpolbangkit penuh semangat (terpacu) untukmelahirkan (merekrut) kader-kader parpolyang profesional untuk ikut bertarung dalampemilu, dalam konteks ini, Pilgub DKI 2017.Publik, terutama massa pendukung parpol, menunggu langkah konkrit parpol untukmengajukan cagub-cawagub berkualitas.Sehingga rakyat Jakarta mempunyai pilihan-pilihan cagub-cawagub yang kompetitif.Ini tantangan buat parpol-parpol terorganisir yang telah memiliki basis massa akarrumput (grassroots).Amat menyedihkan bila ada pemimpinparpol yang tidak meyakini adanya dukungan rakyat (grassroots) kepada parpolnya.Parpol itu bisa bertahan hidup (eksis) pastiatas dukungan rakyat (real). Parpol yangsudah kuat (teruji) sudah pasti memiliki basis massa (grassroots) yang setia.Janganlah terbawa kepada anggapan yangmenyesatkan, seolah-olah hanya calonperseorangan yang (dapat mengklaim)mendapat dukungan dari rakyat banyak.Justru parpollah yang sudah teruji mendapat dukungan rakyat. Calon perseoranganitu mempunyai peluang dari dukunganmassa mengambang (floating mass), yang dinegeri Paman Sam, embahnya demokrasiliberal, belum pernah menang.Floating mass itu, tentu masih mengambang. Artinya, belum tentu mereka semuatumpah mendukung calon perseorangan(independen), melainkan juga sebagianakan memilih calon berkualitas yang diajukan parpol.Dalam konteks inilah kita melihat jika adaanomali calon perseorangan justru mendapat dukungan dari parpol. Pimpinan parpolbersangkutan pasti menyadari basis kekuatan calon perseorangan itu adalah massamengambang. Boleh saja dukungan parpoltersebut didasari harapan kiranya massamengambang itu bersimpati dan kelakmenjadi calon massa pendukungnya.Apalagi bila parpol itu (karena masihparpol baru atau faktor lain) memang belummemiliki basis massa akar rumput (grassroots). Langkah mendukung calon perseorangan (massa mengambang) itu sah-sahsaja. Dukungan partai politik (parpol)kepada calon perseorangan (independen)dalam Pilkada tidak terlarang. Walaupunhal ini akan menimbulkan pertanyaantentang eksistensi parpol tersebut, baiksecara ideologis, tujuan dan terutama basismassanya.Inilah tantangan bagi parpol. Apakahparpol-parpol yang sudah memiliki basismassa akar rumput (grassroots), apakahmampu mengajukan calon berkualitas dankompetitif? Atau justru ikutan lebih memilih mendukung calon perseorangan yangmendapat dukungan sebagian massa mengambang? „ mbi-crsV Mega SentilAhok:Ketua Umum PDIPMegawati Soekarnoputri. menyentilGubernur DKIJakarta BasukiTjahaja Purnamaalias Ahok ketikahadir dalampeluncuran bukutentang Presidenke-5tersebut diGedung Arsip,Jalan Gajah Mada,Jakarta Pusat,Rabu (23/3/2016)
                                
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27