Page 58 - Majalah Berita Indonesia Edisi 97
P. 58


                                    58 BERITAINDONESIA, Edisi 97BERITA KESEHATAN58Bukan Obat DewaAntibiotik kerap dianggap obat “dewa”, bisa meng obati segala penyakit. Salah kaprah ini merasuk di berbagai kalangan masyarakat termasuk tenaga kesehatan itu sendiri. Akibatnya, bakteri super yang kebal terhadap antibiotik kini menjadi ancaman global bagi kesehatan manusia.Antibiotika adalah obat untuk mencegah dan mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Namun kenyataannya, antibiotik digunakan untuk mengobat penyakit yang disebabkan oleh virus seperti fl u biasa (common cold), infl uenza, diare akut tanpa darah, campak, cacar hingga AIDS. Sudah me rupakan hal yang jamak bila fl u sedikit saja, orang merasa perlu makan antibiotik. Padahal fl u disebabkan oleh virus bukan bakteri. Bahkan ba nyak pasien ’nakal’ yang memaksa dokter meresepkan antibiotik walaupun tidak perlu.Setidaknya ada tiga perilaku yang salah dalam penggunaan antibiotik yang membuat bakteri menjadi kebal terhadap antiobitik di an ta ranya, peresepan antibiotik secara berlebihan oleh tenaga kesehatan, adanya anggapan yang salah di masyarakat bahwa antibiotik merupakan obat dari segala penyakit, dan lalai dalam menghabiskan atau menyelesaikan treatment antibiotik.Survei Badan Kesehatan Dunia (WHO) di 13 negara tahun 2015, termasuk Indonesia, menunjukkan 63 persen responden berpikir antibiotik bisa menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti infl uenza. Padahal, 90 persen infl uenza disebabkan oleh virus, bukan bakteri. Kurangnya pemahaman mengenai antibiotik ini memicu penyalah gunaan yang berlebihan. Sementara 70% dokter meresepkan antibiotik yang tidak tepat dan 50-90% konsumen membeli antibiotik tanpa resep. Adapun Riset Kesehatan Dasar Nasional 2013 melaporkan, 86,1% masyarakat Indonesia menyimpan antibiotik di rumah tanpa resep dokter. Penggunaan obat antibiotik yang tidak terkontrol atau tidak sesuai dengan arahan dokter inilah yang menyebabkan resistensi atau kekebalan bakteri terhadap obat dan berbahaya bagi tubuh.Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Maura Linda Sitanggang mengatakan, penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan arahan dokter akan membuat bakteri kebal terhadap obat. Seringkali pasien yang merasa sudah sembuh menghentikan konsumsi obat antibiotik. Hal ini memicu resistensi mikroba, menyebabkan kemampuan obat berkurang, infeksi bisa berlanjut dan menyebar. Artinya mikroba yang harusnya dibunuh malah tidak mampu dilemahkan oleh antibiotik. “Obat resep dokter harus dipatuhi kalau ditulis antibiotik harus dihabiskan, habiskan. Kalau tidak, nanti mikroba dalam tubuh belum tuntas dibunuh akan bangkit lagi. Kalau minum antibiotik harus tuntas dan dosisnya harus sesuai,” kata dia.Resistensi terhadap antibi-
                                
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62