Page 59 - Majalah Berita Indonesia Edisi 97
P. 59
BERITAINDONESIA, Edisi 97 59BERITA KESEHATANotik juga bisa muncul akibat penggunaan obat yang tidak tepat seperti konsumsi antibiotik pada penyakit nonbakteri, seperti fl u dan diare. Linda menerangkan 90 per sen penyebab penyakit fl u, batuk, muntaber, dan diare adalah virus. “Antibiotik fungsinya menghambat pertumbuhan bakteri, tidak bisa bekerja untuk virus. Kalau virus obatnya istirahat yang cukup, makan buah dan sayur, serta perilaku hidup bersih dan sehat,” jelas Linda. Ketua Bidang Kajian Obat dan Farmakoterapi Ikatan Dokter Indonesia dr Masfar Salim, Ms. SpFK mengatakan, orang dengan penyakit fl u bahkan tidak perlu mengunjungi dokter karena bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu tiga hari. “Flu kebanyakan virus. Sakit batuk fl u nggak usah ke dokter dulu. Istirahat cukup, minum obat yang dijual bebas. Kalau tiga hari tidak ada kecenderungan sembuh, baru ke dokter,” kata Masfar. Purnamawati Sujud, SpAK, MMPed dari Yayasan Orang Tua Peduli (YOP), salah satu dokter yang getol mengampanyekan bahaya kekebalan bakteri, mengingatkan, jika sudah terlanjur minum antibiotik yang tidak sesuai peruntukannya, harus segera dihentikan. Jika bakteri sudah kebal terhadap antibiotik, maka penyakit sederhana pun akan membutuhkan waktu lama dalam proses penyembuhan nya. Bahkan, operasi sederhana pun bisa berbahaya. Dari studi yang dilakukan WHO, diperkirakan tahun 2050 bisa ada kasus 10 juta orang meninggal karena resistensi antibiotik. Lalu mengapa bakteri bisa kebal terhadap antibiotik? Dr Hari Paraton, Sp.OG(K), Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) mengatakan, pada dasarnya setiap makhluk berusaha bertahan hidup. Saat dilawan dengan antibiotik, bakteri pun berusaha membentuk antibodi. Menurutnya, bakteri akan mati bila terpapar antibiotik dalam jumlah yang sesuai. Sementara dosis antibiotik yang rendah membuat bakteri bertahan dan bermutasi menjadi ganas atau kebal. Itulah sebabnya, dokter selalu mengingatkan agar konsumsi antibiotik harus sesuai resep dokter dengan ketentuan harus dihabiskan.Di sisi lain, penyalahgunaan antibiotik oleh peternak dan petani sebagai insektisida tanaman dan campuran pakan ternak ayam, sapi, kam bing, ikan, udang dan sebagainya akan membuat bahan makanan tersebut dan turunannya, se perti telur dan susu, akan mengandung residu antibiotik rendah, yang juga berpotensi besar membuat bakteri resisten.Oleh sebab itu, masyarakat diharapkan bijak dalam mengonsumsi antibiotik. WHO bahkan sudah mencanangkan Pekan Peduli Antibiotik Sedunia pada 16-22 November untuk mengajak masyarakat bijak menggunakan antibiotik. Dewi Indriani, Penanggungjawab Resistensi Antimikroba WHO Indonesia memberikan beberapa tips sederhana yang bisa Anda lakukan untuk mencegah resistensi antibiotik. Pertama, mencuci tangan secara teratur, makan makanan sehat, menghindari kontak de ngan orang sakit, dan vaksinasi sesuai jadwal. Kedua, minumlah antibiotik hanya jika diresep kan oleh dokter. Hindari membeli antibiotik langsung di apotek tanpa resep dokter. Ketiga, selalu menghabiskan antibiotik yang diberikan sesuai anjuran pakai dari dokter. Keempat, jangan meminum antibiotik sisa atau yang tidak dihabiskan. Kelima, tidak berbagi antibiotik dengan orang lain. rieMenurut studi WHO, diperkirakan tahun 2050 bisa ada kasus 10 juta orang meninggal karena resistensi antibiotik.