Page 36 - Majalah Tokoh Indonesia Edisi 24
P. 36
36 Q TokohINDONESIA 24 THE EXCELLENT BIOGRAPHYETITokohINDONESIAmengipas Bung Karno. Dan orang-orangyang ada di sekitar Presiden tidak ada yangberani menyampaikan pendapat yangberlainan. Gambaran peta politik waktu itusudah jelas: adanya perselisihan yang tajamantara AD, golongan Islam dan nasionalyang anti komunis dengan PKI dan rekanrekannya, di pihak lain. Tanggal 16 September 1963, terbentuknegara Federasi Malaysia. Ini menimbulkankemarahan besar pada Bung Karno.Pemerintah Indonesia memutuskanhubungan diplomatik dengan Malaya, 17September 1963. Bung Karno menilaipembentukan Malaysia melanggarkesepakatan antara dirinya dan PM TengkuAbdul Rachman di Tokyo, Juni 1963.Malaysia dianggap sebagai proyekneokolonialisme Inggris. Bung Karnomenunjukkan kekesalannya, denganmenyebutkan di depan umum, bahwa“Pemerintah Indonesia telah dikentuti.”Di New York, para diplomat Indonesiabekerja ekstra keras untuk menggagalkanmasuknya Malaysia ke dalam DewanKeamanan PBB. Ada ultimatum dariJakarta, “Jika DK-PBB menerima Malaysia,Indonesia akan meninggalkan PBB.”Ternyata Malaysia diterima. Tanggal 1Januari 1965, Menlu Subandrio denganresmi menyatakan sikap Indonesia keluardari PBB. Bung Karno menyerukan KomandoPengganyangan Malaysia, dikenal denganDwi-Komando-Rakyat, atau Dwikora, dalamapel besar Sukarelawan di Jakarta, 3 Mei1964. Dwikora menetapkan: perhebatketahanan Revolusi Indonesia dan bantuperjuangan revolusioner rakyat Serawakuntuk menggagalkan negara bonekaMalaysia. Situasi terasa amat berbahaya.Suasana konfrontasi dengan Malaysia makinpanas.Tanggal 2 September 1964, dibentukKomando Siaga (KOGA), panglimanyaLaaksamana (U) Omar Dhani. Wakilpanglima, Laksamana (L) Mulyadi danBrigjen. A. Wiranatakusumah. Kepalastafnya Komodor (U) Leo Watimena.Tanggal 28 Februari 1965, PresidenSoekarno mengubah KOGA denganKomando Mandala Siaga (KOLAGA).Panglimanya tetap Omar Dhani, LetjenSoeharto, Wakil Panglima I, Mulyadi WakilPanglima II. Kepala stafnya tetap LaksdaLeo Watimena dan wakil Kepala StafBrigjen. A. Satari. Sementara itu PKI terus meningkatkanagitasinya. Di pelbagai tempat terjadikeributan. Di Kediri, seorang Kiai dan Imamdipukuli oleh orang-orang PKI. Di BandarBetsy, Sumatera Utara, Peltu. Sudjonodikeroyok secara beramai-ramai oleh orangorang PKI sampai meninggal. Bung Karnomendapat masukan agar Indonesia lebihsiaga. Pelbagai informasi di antaranyadatang dari PKI yang sedang giat-giatnyamenjalankan taktik, rencana pembentukanAngkatan V yang ditolak Angkatan Darat.PKI menuntut Nasakomisasi di segalabidang. Menuntut buruh dan tanidipersenjatai. Asal muasalnya, PM ChinaChou En Lai menyarankan PKI untukmembentuk Angkatan V di luar AngkatanDarat, Laut, Udara, dan Kepolisian. Untukpembentukan Angkatan Kelima, Chou En Laimenjanjikan 100.000 pucuk senjata ringanM eski pendapatnya tidak diterima, Soeharto lega karena telah menumpahkan sesuatu yang sejak lama sangat mengganjal perasaannya. Mayjen Soehartotidak lama memegang komando KodamDiponegoro. Orang-orang PKI menyebarkanisu bahwa ia melakukan korupsi. Isu inisampai ke telinga Bung Karno. MayjenSoeharto ditarik dan disekolahkan diSeskoad, Bandung. Selepas Seskoad,tanggal 1 Mei 1963, Mayjen Soehartodiangkat menjadi Panglima KomandoMandala, Wakil Panglima I Kolaga (1964),kemudian Pangkostrad dengan pangkatLetnan Jenderal (1965).Situasi politik di dalam negeri tambahtidak menentu. PKI menggusur partai-partaipolitik lain dan ormas-ormas denganmenyatakan dirinya yang palingrevolusioner, sedangkan lawan-lawannyadicap sebagai “kontra revolusi”. PKI terusG-30-S/PKI dan Isu Dewan JenderalTatkala Bung Karno berkunjung ke Semarang, Mayjen Soeharto menjabat Panglima Kodam Diponegoro. Pak Harto mencurahkan isi hatinyatentang PKI. Sembari berjalan ia katakan kepada Bung Karno bahwa iamelihat semakin hari PKI semakin menonjol. Tanyanya: “Apakah itutidak berbahaya?” Seperti dalam nada marah, Bung Karno menjawab:“PKI mesti dimasukkan ke dalam Pancasila. Dan itu urusan saya.”BUNG KARNO DAN PAK HARTO BICARA AKRAB Q mti/dok36 Q TokohINDONESIA 24 THE EXCELLENT BIOGRAPHYETITokohINDONESIA SOEHARTO