Page 55 - Majalah Tokoh Indonesia Edisi 24
P. 55
THE EXCELLENT BIOGRAPHY 24 TokohINDONESIA Q 55K I S A H H I D U P Qia mengayuh sepeda butut.Setamat SMP Muhammadiyah, Soehartosebenarnya ingin melanjutkan ke sekolah yanglebih tinggi. Apa daya, ayah dan keluarganyayang lain tidak mampu membiayai. Kondisiekonomi mereka sangat lemah. Ia masihmengingat pesan ayahnya waktu itu: “Nak, taklebih dari ini yang dapat kulakukan untukmelanjutkan sekolahmu. Kamu sebaiknyamencari pekerjaan. Dan kalau sudah dapat,Insya Allah, kamu dapat melanjutkanpelajaranmu dengan uangmu sendiri.”Soeharto pun berusaha mencari kerja kesana-kemari, tidak berhasil. Ia memutuskankembali ke rumah bibinya di Wuryantoro. Disana ia diterima sebagai pembantu klerek padasebuah Bank Desa (Volks-bank). Tugasnyamengikuti klerek bank berkeliling kampungdengan sepeda, mengenakan pakaian Jawalengkap, kain blangkon dan baju beskap.Mereka menampung permohonan pinjamanpara petani, pedagang kecil dan pemilikwarung.Karena kainnya sudah usang, tak patut lagidipakai, ia meminjam kain bibinya. Namun iabernasib sial. Sewaktu turun dari sepedanyayang reot, kainnya tersangkut per sadel, sobek.Meskipun tak bersalah, ia dicela oleh klereknya.Bibinya juga memarahinya. Tak lama kemudianSoeharto minta berhenti.Setelah lama menganggur, suatu hari tahun1942, Soeharto membaca pengumumanpenerimaan anggota KNIL—Tentara KerajaanBelanda. Ia pun mendaftarkan diri, lulus danditerima, tetapi hanya sempat bertugas tujuhhari dengan pangkat sersan. Soalnya terjadiperubahan, Belanda menyerah kepada Jepang.Sersan Soeharto kemudian pulang ke desaKemusuk. Namun karir militernya dimulai darisini.Menemukan JodohSuatu hari datang keluarga Pak Prawiro yangtinggal di Wuryantoro ke daerah dekat tempattugas Letkol Soeharto di Yogya. Ia pun menemuimereka. Bibinya, Ibu Prawiro, bertanya soalmasa depannya, karena sudah berusia 26 tahun.Mula-mula Soeharto tidak menganggap seriussoal ini. Ia jelaskan perjuangan belum selesai.Waktu itu Letkol Soeharto memimpin ResimenIII yang bermarkas di dekat Yogya. Ibu Prawirotidak mau tahu, karena menurutnyaperkawinan tidak perlu terhalang olehperjuangan. Membentuk keluarga sangatpenting.“Tetapi siapa pasangan saya?” tanya Soehartokepada mereka.“Percayakan soal itu kepada kami,” kata BuPrawiro. “Kamu masih ingat kepada SitiHartinah, teman sekelas adikmu, Sulardi, waktudi Wonogiri?” tanya Ibu Prawiro. Soehartomengangguk, mengiyakan. Ia ingat.“Apa dia akan mau? Apa orang tuanya akanmemberikan? Mereka orang ningrat. Ayahnya,Wedana, pegawai Mangkunegaran.” TanyaSoeharto.Bu Prawiro seperti tidak menganggap hal itusebagai persoalan. “Saya kenal dengan orangyang dekat dengan mereka,” kata Bu Prawiro.“Saya akan minta dia menanyakan, apa merekadapat menerima kedatanganku. Saya tahu caracaranya. Saya tahu adat kebiasaan di situ,”katanya.Soeharto tidak mau mengecewakan bibinya.Hatinya tergugah. Temyata Pak Soemoharyomodan Ibu Hatmanti berkenan menerima mereka,setelah Ibu Prawiro mengutus orang dekatnya.Kemudian dilangsungkan upacara nontoni,pertemuan antara si pelamar dan yang dilamar.Soeharto masih ragu-ragu, apakah Hartinahbenar-benar suka padanya. Ternyata upacaraPAK HARTO DAN IBU TIEN BERSAMA ANAK-CUCU Q mti/doknontoni berjalan lancar, langsungmerundingkan waktu pernikahan. “Ini rupanyajodoh saya,” pikir Soeharto.Perkawinan Letkol Soeharto dan Siti Hartinahdilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 diSolo. Waktu itu usia Soeharto 26 tahun danHartinah 24 tahun. Mereka dikaruniai enamputra dan putri; Siti Hardiyanti Hastuti, SigitHarjojudanto, Bambang Trihatmodjo, SitiHediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra danSiti Hutami Endang Adiningsih.Jenderal Besar H.M. Soeharto telah menapakiperjalanan panjang di dalam karir militer danpolitiknya. Di kemiliteran, Pak Hartomemulainya dari pangkat sersan tentara KNIL,kemudian komandan PETA, komandan resimendengan pangkat Mayor dan komandan batalyonberpangkat Letnan Kolonel.Lama pangkatnya tertahan, sampai-sampai iameminta izin Ibu Tien untuk berhenti daritentara dan menjadi sopir taksi saja. Namun IbuTien tidak memberi izin. Lantas Pak Hartodiangkat menjadi Kepala Staf, kemudianPanglima Kodam Diponegoro, Jawa Tengah,dengan pangkat Mayor Jenderal. Pak Harto,setelah menempuh pendidikan Seskoad diBandung, ditunjuk sebagai Panglima KomandoMandala, Wakil Panglima I Kolaga dankemudian Pangkostrad dengan pangkat LetnanJenderal.Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI.Pak Harto mengambil alih pimpinan AngkatanDarat. Selain dikukuhkan sebagai Pangad,Jenderal Soeharto ditunjuk sebagaiPangkopkamtib oleh Presiden Soekarno. BulanMaret 1966, Jenderal Soeharto menerima SuratPerintah 11 Maret dari Presiden Soekarno.Tugasnya, mengembalikan keamanan danketertiban serta mengamankan ajaran-ajaranPemimpin Besar Revolusi Bung Karno.Karena situasi politik yang memburuk setelahmeletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS,Maret 1967, menunjuk Pak Harto sebagaiPejabat Presiden, dikukuhkan selaku PresidenRI Kedua, Maret 1968. Pak Harto memerintahlebih dari tiga dasa warsa lewat enam kaliPemilu, sampai ia mengundurkan diri, 21 Mei1998.Pak Harto ditinggalkan oleh Ibu Tien yangmeninggal dunia tahun 1996. Keseharian PakHarto kini diisinya dengan beribadah, berzikir,beramal, jalan-jalan di seputar halamankediamannya di Jalan Cendana, dan menontonacara-acara ringan, terutama wild life, ditelevisi.Di dalam kesendiriannya, Pak Harto yangkini berusia 84 tahun, secara fisik masih tampaksehat. Ia tidak mengidap penyakit yang terlaluberat, kecuali serangan stroke yangmembuatnya tidak bisa berkomunikasi secaranormal. U mti/syahbuddin hamzah, disarikandari otobiografi, Soeharto: Pikiran, Ucapan danTindakan Saya dan berbagai sumber.PAK HARTO DAN IBU TIEN BERSAMA DUA PUTERINYA Q mti/dok