PPP, Demi Kejayaan Islam

 
0
413
PPP, Demi Kejayaan Islam
Andi M Ghalib | Ensikonesia.com | ip

[WAWANCARA] – Mantan Jaksa Agung RI 1998-1999, Duta Besar untuk India dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Letnan Jenderal TNI (Purn) Andi Muhammad Ghalib ikut menjadi caleg PPP sebagai bentuk pengabdiannya yang tiada akhir untuk mengembalikan kejayaan Islam melalui partai berazas Islam satu-satunya, yaitu PPP (Partai Persatuan Pembangunan).

Andi Ghalib menyebut alasan utamanya menjadi caleg dari PPP sebagai bentuk pengabdiannya pada umat Islam yang mayoritas di Indonesia. Dia ingin supaya umat Islam yang mayoritas di Indonesia memiliki kehidupan berkualitas dengan mengacu pada syariat Islam yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Sama sekali dia ikut Caleg bukan untuk kekuasaan atau uang (materi).

Dalam percakapan dengan Wartawan Berita Indonesia (Berindo) Imam Prawoto di rumah kediamannya di kawasan Ceger, TMII, Jakarta Timur, Juli 2013, Andi Ghalib mengatakan jadi Caleg bukan mau cari kekuasaan atau materi. “Justru sekarang ini, materi saya atau singkatnya tabungan dunia saya, saya gunakan untuk tabungan akhirat. Saya mau mengabdikan diri,” katanya.

Dia mengungkapkan kegelisahannya tentang kondisi Indonesia dan Islam saat ini. Sadarkah kita bagaimana Indonesia dan Islam kini. Terancam! “Pemimpin ini sadar gak kalau Islam terancam? Terancam itu bukan berarti hanya sekadar fisik, tetapi kini Islam KTP 90%, coba lihat pelaksanaannya? Gampang sekali melihatnya: Orang banyak korupsi, bunuh-bunuhan, ibu dibunuh, bapak dibunuh, anak dibunuh, itu maksiat segala macam merajalela. Katanya mayoritas Islam, tapi kok begitu? Something’s wrong,” keluhnya.

Terutama dalam masalah trust, kepercayaan. Jadi para kader PPP atau siapapun tanamkan dulu itu kepercayaan. Itu modal utama. Kalau seseorang dipercaya, ke mana pun dia akan berhasil baik. Tapi kalau trust hilang, jangan coba-coba, hilang segala-galanya. Mestinya, trust itu tidak bisa hilang dari diri seorang Islam, mesti bisa dipercaya.

Berikut petikan percakapan dengan mantan Oditur Jenderal ABRI, Kepala Badan Binkum ABRI, Anggota DPR-RI dari PPP periode 2004-2009 yang telah menerima sejumlah penghargaan (Satya Lencana Kesetiaan VIII, XVI, dan XXIV Tahun; Widya Sista; Satya Lencana Penegak G30S/PKI; Satya Lencana Seroja Timor Timur; Bintang Kartika Eka Paksi Nararia; Bintang Yudha Dharma Pratama; Bintang Yudha Dharma Nararia; dan Bintang Dharma) tersebut:

Imam Prawoto (IP): Kita mau tulis tentang kiprah dan visi Bapak, sehingga bisa dibaca oleh masyarakat, supaya wawasan kebangsaan kita tetap tinggi?
Andi Ghalib (AG): Bagus. Sebagai kader PPP bagus. Kita memang kekurangan itu. Begini yah ke depan itu kita butuh pemimpin yang betul-betul handal dalam memimpin PPP (Partai Persatuan Pembangunan), supaya partai ini menjadi partai rakyat, partai yang betul-betul partainya orang Islam. Kalau partainya orang Islam, mestinya suara orang Islam itu kan 90% lebih, janganlah 90%, 50 % saja sudah bagus, tapi sekarang kenyataanya 10% pun susah. Apa sebabnya?

IP:.Ya pandangannya banyak variasi, dari sudut pandang saya mungkin ada, lalu dari sudut pandang Bapak sendiri?
AG: Iya, tapi yang paling penting dari semua itu adalah kepercayaan rakyat. Kepercayaan itu kunci. Coba perhatikan orang bisnis. You kenal kan Cina berbisnis, Arab berbisnis, India berbisnis. Orang Cina itu ia pelihara trust (kepercayaan) orang, kalau sekali percaya, percaya betul, itu trust. Kita itu kurang dalam hal ini.

IP: Leak of trust that is one problem?
AG: Makanya sekarang mungkin orang heran kok ada jenderal, mantan jaksa agung, mantan duta besar, masuk PPP. Aneh di saat saat PPP lagi turun elektabilitasnya. Justru itu sebabnya saya mau ikut berjuang. Tujuan saya menjadi caleg PPP sebagai bentuk pengabdian saya yang tiada akhir untuk mengembalikan kejayaan Islam melalui partai Islam satu-satunya, yaitu PPP.

Seperti di daerah saya itu, PPP sudah habis. Saya berharap, kalau saya ikut masuk dan berjuang mengambil kembali kepercayaan rakyat, PPP tidak akan bisa habis. Kalau PPP tidak ingin habis, ya itu trust, kepercayaan yang saat ini sangat merosot, harus ditumbuhkan kembali. Orang memilih kita itu kan ada sesuatu yang diinginkan. Berjuanglah untuk itu. Saya dulu pernah jadi Wakil Gubernur Sulsel, tiada hari tanpa turun ke bawah. Selama saya jadi wakil gubernur, saya turun untuk mengetahui apa keinginan rakyat terpenuhi, apa yang kurang, apa yang lebih, itu rakyat senang. (Andi Ghalib menjadi Caleg PPP di Dapil Sulsel II yang meliputi 9 Kabupaten: Sinjai, Bone, Maros, Bulukumba, Pangkep, Barru, Soppeng, Wajo, dan Kota Parepare).

Bagaimana jika jadi wakil gubernur, jadi bupati atau walikota tapi tidak pernah turun ke bawah. Tidak pernah mengetahui apa sebetulnya kebutuhan rakyat. Bagaimana mau jadi pemimpin yang baik (di semua level) tapi tidak mengerti apa keinginan yang dipimpin (rakyat)?

Advertisement

Terutama dalam masalah trust, kepercayaan. Jadi para kader PPP atau siapapun tanamkan dulu itu kepercayaan. Itu modal utama. Kalau seseorang dipercaya, ke mana pun dia akan berhasil baik. Tapi kalau trust hilang, jangan coba-coba, hilang segala-galanya. Mestinya, trust itu tidak bisa hilang dari diri seorang Islam, mesti bisa dipercaya.

Saya sudah pernah jadi wakil gubernur, bupati, walikota dan jadi duta besar, itu eksekutif. Legislatif juga sudah pernah menjadi anggota DPR-RI. Di lembaga yudikatif, pernah jadi jaksa agung. Semua saya sudah tekuni. Di antara semua tugas itu, saya bisa memelihara trust, kepercayaan. Jadi dengan siapa pun juga saya berteman, saya tumbuhkan trust, kepercayaan. Saya percaya sama orang itu, maka jangan coba-coba suatu saat tidak bisa dipercaya. Trust itu hilang, segalanya hilang.

Partai Islam kita itu mundur karena banyak tokohnya yang tak bisa dipercaya. Ya bagaimana orang mau milih kita wong gak dipercaya. Jadi para kader PPP harus menumbuhkan kepercayaan rakyat dengan turun ke bawah. Temui rakyat dan temui tokoh-tokoh Islam.

Jelaskan kepada rakyat saat ini Islam di dunia terancam. Gambarannya, perhatikan Irak, negara yang paling tua adatnya Islam, itu hancur sekarang, dihancurkan oleh Zionis. Kemudian Libya yang begitu kuat kepemimpinan seorang yang bernama Akhmad Khadafi, habis. Suriah sekarang sedang bergolak. Mesir sudah hancur. Arab, kita tidak tahu, untung saja dekat sama Amerika. Andaikata dia tidak dekat sama AS pasti dihancurkan juga. Tetapi di sini, Islam juga di bawah kendali Amerika dan Zionis.

Artinya Islam di dunia itu boleh dikatakan namanya besar, tapi di dalam rangka ajaran Islam itu tantangannya berat, karena kita adalah agama yang dianggap teroris. Presiden Bush tahun 2001 di hadapan kongres bilang terang-terangan: You are with us or terrorist? Apakah Anda dengan kami atau teroris? Suruh pilih. Jadi kita tidak ada pilihannya. Apa artinya itu, Islam menjadi (harus) hancur karena teroris. Sebab teroris harus dihancurkan. Sama dengan kita (Indonesia) juga begitu.

Nah kesalahan fatal ini yang harus kita perbaiki di luar negeri. Di dalam negeri Islam besar, tetapi hanya nama KTP. Kenyataannya, Islam kita tidak besar dalam pelaksanaannya. Artinya apa? Dunia begitu, Indonesia begitu, dunia hancur Indonesia hancur. Apa jadinya Islam itu?

IP: Timbulnya slogan bahwa terorisme itu orang Islam atau identik Islam maka harus hancur atau harus dihancurkan, awalnya bagaimana?
AG: Kalau menurut saya, kalau kita tidak hati-hati, tidak berjuang, hancur. Tetapi kalau kita pintar memanfaatkan situasi, kita tambah kuat. Contohnya begini, kita dianggap orang bodoh, orang bilang kita bodoh, tunjukkan bahwa kita pintar. Kalau dibilang teroris tunjukkan kita bukan teroris. Anda tahu yang saya kerjakan di India? Saya ketemu duta besar Amerika, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Belanda dan semua duta besar kumpul. Ambassador exellency, I am ambassador of Indonesia. I am majority of muslim Indonesia. You know that you are not true. You are wrong about Indonesia, about muslim? Kamu tahu gak Islam itu tidak begitu?

Saya juga jelaskan. I am general, you are not general. Saya jenderal, kamu bukan jenderal. Pengalaman saya lebih jauh dari kamu. Kamu cuma duta besar, saya pernah duta besar, pernah jaksa agung. Saya yakinkan mereka.

IP: Berarti tudingan yang menghubungkan terorisme itu dengan Islam akibat dari masih dangkalnya pemahaman mereka atas Islam?
AG:Ya itu pertama, tapi timbal balik. Selain dangkalnya mereka terhadap Islam, juga orang Islam dangkal pengalaman dan pengetahuannya terhadap Islam. Kenapa dia jadi teroris? Itu karena dangkal pengetahuannya terhadap Islam. Dia mau berjuang untuk Islam, katanya, kalau mati, mati sahid. Itu kan salah. Dia bunuh diri dengan mematikan banyak orang pakai bom. Itu artinya pemahamannya tentang Islam sangat dangkal.

Jadi dua-duanya salah (dangkal). Pandangan orang luar (asing, Amerika dan lain-lain) salah. Pandangan orang Islam sendiri salah. Jadi, kita sebagai orang Islam, ini yang harus kita perbaiki. Dalam kaitan ini, saya pernah bilang sama duta besar Amerika sampai dia mengerti. You feel right. You call, you are a terrorist. You do not really true. We are Muslims. You know about Muslims? Muslim rahmatan lil ‘alamin humanity. Baru dia tahu. Namun lebih susah dan lebih berat lagi memberikan pengetahuan kepada umat Islam itu sendiri. Jadi dua-duanya salah. Ini yang menyebabkan timbul teroris, dan celakanya teroris itu mengatasnamakan Islam. Maka karena terorisme itu harus dihancurkan, Islam juga dihancurkan karena dia pikir agama Islam itu agama teroris. Islam diidentikkan dengan teroris.

IP: Barangkali eranya teori Samuel Phillips Huntington (Penulis buku The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order – Benturan Antarperadaban dan Masa Depan Politik Dunia, 1998?
AG: Huntington kan hanya teoritis saja. Saya tahu betul teorinya begitu tapi kenyataannya kan begini. Saya mengalami waktu itu, karena saya lima tahun duta besar, saya keliling ke seluruh penjuru dunia. Hampir semua orang begitu. Kalau Anda mau ke Amerika, sebut nama Muhammad, itu harus tunggu berjam-jam, dicurigai teroris, apalagi ada jenggotnya.

IP: Not even in America but in Singapore?
AG: But America is more than Singapore. Kalau Amerika lebih keras lagi. Kalau Singapore masih lumayanlah, dia tahu kita, tapi Amerika gak mau tahu. Kamu orang Indonesia tapi namamu mirip-mirip teroris.
Jadi ini yang harus kita perbaiki dan ini bukan kerjaan gampang. Saya sendiri kini masih caleg. Salah satu tugas saya, bukan lagi seperti caleg yang lain yang mau cari kekuasaan dan uang atau materi. Saya sudah cukup. Justru sekarang ini, materi saya atau singkatnya tabungan dunia saya ini, saya gunakan untuk tabungan akhirat fi sabilillah. Mungkin itu bedanya saya dengan caleg-caleg yang lain di luar PPP. Saya bilang ke mereka, jangan samakan saya dengan mereka. Saya marah kalau ada orang pernah bilang begitu.

Saya mau mengabdikan diri. Saya berkorban pernah 20 hari berkeliling untuk mengetahui bagaimana Islam itu di kampung-kampung. Saya ceramah, jelaskan bagaimana dunia, bagaimana Indonesia, karena mereka tidak mengerti. Terancam kita. Sadar gak kita. Pemimpin ini sadar gak kalau Islam terancam? Terancam itu bukan berarti hanya sekadar fisikly, tetapi ini Islam KTP 90%, coba lihat pelaksanaannya? Gampang sekali melihatnya: Orang banyak korupsi, bunuh-bunuhan, ibu dibunuh, bapak dibunuh, anak dibunuh, itu maksiat segala macam merajalela. Katanya mayoritas Islam tapi kok begitu? Something’s wrong.

Jadi kalau saya masuk lagi caleg, tujuan saya itu supaya kuat di parlemen. Tidak bisa kita berjuang dan berhasil kalau di parlemen lemah. Ambil contoh di parlemen tingkat II kabupaten, kalau Islamnya tidak kuat dia tidak bisa apa-apa, membangun masjid saja anggarannya tidak ada, membangun pesantren, misalnya. Tapi kalau dia kuat, bikin Perda semua anak TK harus tamat ngaji. Masa gak bisa itu kalau kita menang tapi kalau kita cuma satu orang porsinya, tentu tidak bisa. (Selengkapnya, Baca di Majalah Berita Indonesia – BERINDO Edisi 90 – September 2013) Wawancara TokohIndonesia.com | Editor: Bantu Hotsan

© ENSIKONESIA – ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA
Tokoh Terkait: Imam Prawoto, | Kategori: Wawancara | Tags: PPP, Islam, politik

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini