Yang Pulang Tanpa Nama
Tentang jiwa yang akhirnya tak lagi perlu disebut, karena sudah menyatu dengan sumbernya.
Orbit Metafisik-Naratif – Psikospiritual
Ada tahap di mana nama berhenti menjadi penting. Bukan karena lupa siapa kita, tapi karena akhirnya kita tahu: yang paling sejati dari diri ini tidak bisa disebut, hanya bisa dirasakan.
Yang pulang tanpa nama adalah jiwa yang sudah selesai dengan keinginannya untuk dikenal. Ia telah kembali menjadi cahaya yang menyatu dengan sumbernya: diam, tapi abadi.
Selama ini, kita mencari nama untuk segalanya. Untuk rasa, untuk peran, untuk makna hidup. Kita menamai agar merasa ada. Namun perlahan, kesadaran mengantar kita pada ruang di mana nama hanya menjadi gema kecil, sementara yang ada hanyalah keberadaan itu sendiri.
Yang pulang tanpa nama tidak berarti hilang. Ia hanya berhenti menjadi bentuk. Seperti sungai yang berhenti disebut “sungai” saat melebur ke laut, jiwa pun berhenti disebut “aku” ketika telah menyatu dengan yang melahirkannya.
Dalam Sistem Sunyi, pulang bukan arah luar, melainkan kembalinya batin ke pusat. Semakin dalam seseorang berjalan, semakin sedikit yang perlu ia bawa. Nama, peran, bahkan doa, semua akhirnya larut dalam satu kesadaran yang sunyi: bahwa segalanya berasal dari Satu, dan kepada Satu pula ia kembali.
Di titik ini, makna tidak lagi dikejar. Hidup menjadi sederhana, tapi penuh. Doa menjadi diam, tapi dalam. Dan segala pencarian berhenti bukan karena putus asa, melainkan karena akhirnya sampai.
Yang pulang tanpa nama tidak lagi berusaha dikenang, karena ia sudah menjadi bagian dari yang kekal. Ia tidak lagi bicara tentang Tuhan, karena ia telah kembali ke dalam-Nya.
Catatan
Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti
Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh Atur Lorielcide melalui persona batinnya, RielNiro.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber:
RielNiro / Lorong Kata – TokohIndonesia.com.
(Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)



