Guru Perempuan Indonesia
Lasiyah Sutanto
[ENSIKLOPEDI] Mantan Menteri Muda Urusan Peranan Wanita (1978-1983) dan Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (1983 -1988), ini pantas dijuluki guru perempuan Indonesia. Dengan keteladanan dia mendorong perempuan Indonesia untuk berperan dalam berbagai profesi dan kegiatan pembangunan, sekaligus tetap melaksanakan tugas utamanya sebagai seorang ibu sesuai dengan kodratnya. Baginya, itulah makna emansipasi wanita, ala Indonesia.
Keaktifan berorganisasi mengantarkan Lasiyah Sutanto, puteri bangsa kelahiran Bantul, Yogyakarta, 13 Agustus 1924, ini dipercaya menjabat menteri yang mengurusi peranan wanita dalam dua periode. Alumni Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta (1962, ini sebelum menjabat menteri sempat duduk sebagai anggota MPR/DPR-RI, dari unsur Golkar. Kala itu, Lasiyah menjabat Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Kongres Wanita Indonesia (DPP Kowani).
Lulusan HIS (1937), Gouvernments MULO (1940) dan B-I Bahasa Inggris (1951), semuanya di Yogyakarta, ini memang sejak remaja aktif berorganisasi. Putri kesepuluh dari 11 bersaudara ini aktif dalam kepanduan di Yogyakarta. Dalam kegiatan organisasi itu, ia berkenalan dengan RM Sutanto Reksopertomo, yang kemudian menjadi suaminya. Mereka menikah pada 1950.
Kemudian sama-sama bekerja dan kuliah di Fakultas Hukum UGM, hingga lulus hampir bersamaan (1962). Pertama kali bekerja sebagai guru Christelijke Schakel School di Wonogiri, 1941. Kemudian menjadi guru Neutral School, SMP Puro Pakualaman, SGA Stella Duce, dan SMA Bopkri di kota yang sama Yogyakarta.
Setelah menamatkan kuliahnya dari Fakultas Hukum UGM, pengagum Margaret Thatcher, Indira Gandhi, dan Imelda Marcos, ini pun dipercaya menjadi asisten dosen riset hukum adat di almamaternya (1962). Kemudian menjadi dosen bahasa Prancis FKIP, dosen Fakultas Sastra UGM, dan dosen hukum perdata di Universitas Atmajaya. Tahun 1972, ia pun menggondol Diploma de Sorbonne Trois, Paris.
Kala suaminya, menjabat Kepala Lalu Lintas PJKA Balai Besar Bandung, Lasiyah sangat aktif menjabat Ketua Ikatan Wanita Kereta Api (IWKA). Itulah kemudian yang mengantarkannya terpilih sebagai Ketua Umum DPP Kowani. Kemudian menjadi anggota MPR/DPR-RI, dari unsur Golkar, sebelum diangkat menjadi menteri muda urusan peranan wanita.
Selain itu, Lasiyah yang mahir empat bahasa asing, juga aktif di organisasi Perhimpunan Sarjana Hukum Indonesia (Persahi) Yogyakarta, menjabat bendahara. Kemudian menjadi Wakil Ketua Persahi Pusat. Dia juga menjabat Sekretaris Yayasan Kanker.
Selama dia menjabat Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, dia berhasil menggelorakan peningkatan peran wanita dalam pembangunan. Dia mendorong para perempuan melakukan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan sebagai sumber daya manusia dalam gerak pembangunan nasional.
Dia mendorong wanita berpendidikan berhasil dalam karier dan tidak mengesampingkan tugas utamanya sebagai seorang ibu sesuai dengan kodratnya.
Dia pun memberi keteladanan, tidak hanya berwacana. Kendati dia menjabat menteri, dengan segala kesinbukannya, dia selalu berusaha meluangkan waktu bagi sang suami dan keluarganya. e-ti