Kontemplasi Strategi Budaya Batak

Pendahuluan Buku Hita Batak, A Cultural Strategy (14)

0
40
Kontemplasi: Konsepsi Karsa pertama dari Tiga Karsa Strategi Budaya Batak yang digagas oleh Ch. Robin Simanullang dalam buku Hita Batak: A Cultural Strategy. Ilustrasi The Batak Institute - Meta AI.
Lama Membaca: 2 menit

Pendahuluan Buku Hita Batak, A Cultural Strategy (14)

 

Kontemplasi adalah karsa pertama dari Tiga Karsa Strategi Kebudayaan Batak. Kontemplasi menjadi pusat dan puncak kebulatan pikiran dan renungan hati nurani dalam strategi kebudayaan Batak ini, sebagai rangkaian proses belajar raksasa, berpikir raksasa dan berkarsa buddhayah raksasa, yang berpusat pada hati raksasa, yang mendalami, memfasilitasi interpretasi, mereview dan mengontemplasi kearifan nilai-nilai dan sejarah kebudayaan Batak dengan segala tantangan kegelapan yang dihadapi pada masa lalu dan masa kini, serta meneranginya dalam visi strategis futuristik masa depan Hita Batak.

Kontemplasi adalah suatu bentuk perenungan mendalam dan pemikiran yang terfokus secara intens untuk memahami sesuatu, seringkali dikaitkan dengan pengamatan intuitif, keheningan, meditasi, atau kegiatan spiritual. Ini melibatkan pemusatan pikiran dan perhatian untuk mendapatkan wawasan, kejelasan, atau pengalaman spiritual, dan dapat bermanifestasi sebagai praktik spiritual, filosofis, atau bahkan pemikiran mendalam tentang kehidupan sehari-hari. Kontemplasi melibatkan kesadaran diri dan pengalaman yang jujur terhadap apa yang ada di dalam diri, seperti hati, pikiran, dan tubuh – secara khusus dalam diri Batak: Tondi,  Pamatang, Sahala (Roh, Tubuh, Wibawa); Bertujuan untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam, kejelasan, atau bahkan pencerahan intelektual, emosional, spiritual dan iman.

Atau, secara khusus dalam konteks strategi budaya Batak, sebagai narasi kontempelasi masa lalu, kini dan masa depan. Kontemplasi yang tidak hanya berkekuatan menembus kegelapan, tetapi lebih lagi memancarkan cahaya terang. Sama sekali tidak meratapi masa lalu, apalagi mengutuk masa lalu, apalagi terhadap para misionaris yang bertujuan suci dan mulia, betapa pun gelap dan pedihnya distorsi narasi mereka yang membunuh (genosida) karakter Batak; melainkan lebih memaknainya dengan kontemplasi yang memancarkan cahaya terang dengan esai yang bermanfaat dan memuaskan (a salutary and astringent essay) yang berkearifan filosofis Trisila Kebatakan.

Padangan orang asing, non-Batak, terhadap Batak seburuk atau sejahat apapun, disengaja atau tidak, diniatkan atau tidak, dalam sorotan kontemplasi, selalu punya sisi baik, sisi terang dan bermanfaat bahkan memuaskan. Sebab pandangan orang lain adalah cermin, baik obyektif maupun subjektif sesuai takaran kualitas subjektifnya. Dr. Kingston mengatakan di bawah pandangan orang lainlah diri itu diobyektifikasi dan benar-benar dapat melihat dirinya apa adanya, melalui penilaian obyektif orang lain. Ketika diri benar-benar melihat dirinya sendiri apa adanya, pada saat yang sama, menyadari dengan sangat jelas seberapa jauh ia jatuh dari cita-cita yang ada dalam pikirannya.[1]

Eksistensialis Kristen sangat peduli untuk membuat manusia sadar akan kesatuan mereka dalam keberadaan. Selain itu, mereka berpendapat bahwa hanya melalui kesatuan inilah individu manusia pada kenyataannya adalah orang yang berpartisipasi dalam kebajikan Iman, Harapan dan Kasih.[2] Kepenuhan hidup manusia paling jelas ditunjukkan dalam kebajikan dan tulisan Gabriel Marcel telah banyak menjelaskan apa sebenarnya kebajikan manusia. Hampir setiap pilihan yang dihadapi manusia dalam keberadaan yang terbatas adalah pilihan yang tidak valid karena keputusan yang mana pun adalah keputusan melawan makhluk. Cinta kasih bukanlah keputusan melawan makhluk tetapi keputusan untuk makhluk dan, oleh karena itu, satu-satunya keputusan yang sah untuk dibuat oleh manusia adalah keputusan melawan kejahatan dan negasi (penyangkalan, penolakan, peniadaan).[3]

Kontemplasi mencakup kontemplasi sosial yakni praktik perenungan dan pemikiran mendalam mengenai isu-isu sosial, masyarakat, dan pembangunan, yang dilakukan untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam, kebijaksanaan, dan solusi atas permasalahan hidup bermasyarakat. Karsa ini bertujuan memberikan kontribusi pada wacana ilmiah, pengembangan pengetahuan, serta mendorong praktik-praktik yang lebih welas asih, bijaksana, dan berkelanjutan dalam tatanan masyarakat Hita Batak.

 

Sebelumnya 13 || Bersambung 15

Penulis Ch. Robin Simanullang, Cuplikan Pendahuluan Buku Hita Batak, A Cultural Strategy

Advertisement

 

Footnotes:

 

[1] Kingston, F. Temple, 1961: p.194-197.

[2] Kingston, F. Temple, 1961: p.200..

[3] Kingston, F. Temple, 1961: p.203

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments