
Pendahuluan Buku Hita Batak, A Cultural Strategy (1)
Hita Batak sebuah ‘frame’ strategi kebudayaan yang memfasilitasi interpretasi masa lalu, pemahaman masa kini, dan visi masa depan. Sebuah narasi literasi kontemplasi masa lalu, kini dan masa depan, dalam visi, perspektif, paradigma dan eksistensi intersubjektif Hita Batak. Batak Trisilais! Atau, suatu frame literasi strategi budaya Batak.
Dalam pandangan kita (penulis), utamanya dalam penulisan buku ini, bahwa strategi kebudayaan adalah suatu narasi literasi habisuhon (narasi literasi kearifan) proses berpikir raksasa, belajar raksasa serta karsa[1] buddhayah raksasa (narrative wisdom of giant thought, giant study and giant buddhayah karsa process) yang mendalami, memfasilitasi interpretasi, review dan kontemplasi kearifan nilai-nilai luhur budaya dan religius dalam berbagai dimensi dan lintas disiplin, serta merevitalisasi dan mentransformasinya secara inovatif kolaboratif (kolaborasi sosial) dalam visi, paradigma dan perspektif strategis futuristik sebagai masterplan kehidupan lebih bermakna masa depan berkelanjutan, hingga memperoleh bagian strategis dalam kehidupan kekekalan kodrati Ilahi (religius).
Dapat juga disebut sebagai suatu frame narasi literasi budaya Batak. Literasi budaya Batak yang kita maknai sebagai suatu proses kemampuan dalam membaca, mendengarkan, menghitung, menulis, mengetahui, memahami, menganalisa, mengomprasi, menginterpretasi dan memaknai serta mengomunikasikan narasi nilai-nilai luhur budaya Batak secara kontemplatif, transformatif dan kolaboratif.
Atau singkatnya, strategi kebudayaan adalah suatu pendalaman dan kontemplasi nilai-nilai luhur kebudayaan masa lalu dan kini serta menarasikannya dalam visi dan perspektif strategis futuristik sebagai masterplan kehidupan masa depan yang lebih bermakna. Atau, strategi kebudayaan itu adalah narasi (literasi) kontemplasi masa lalu, kini dan masa depan, demi kehidupan bermakna berkelanjutan (sustainable), hingga memperoleh bagian strategis dalam kekekalan (religius). Strategi kebudayaan yang berpegang teguh pada literasi kebenaran nilai-nilai luhur di jalan linearnya sendiri, menaklukkan zaman demi zaman, menegaskan cengkeramannya pada masyarakat penganutnya, sampai akhirnya fajar menyingsing ketika dia dengan penuh kemenangan mengatasi semua rintangan dan menangkap peluang, serta bermakna membimbing bahkan mengubah hidup manusia yang ingin tahu ke arah mana mereka akan pergi pada hari esok demi memuliakan hidup dan kemanusiaan. Itulah strategi kebudayaan; Sangat ideal, tetapi sekaligus strategis dan praktis (implementatif).
Maka untuk itu dilakukan rangkaian riset (studi) bibliografi, dan penggalian sejarah dan oral history (sejarah lisan), turiturian, dongeng, tonggotonggo (narasi doa), ende dohot andung (kidung dan ratapan), serta kelaziman cerita percakapan sehari-hari (empiris); Pengumpulan dan pemahaman informasi secara cerdas dan bijak (bisuk) akan mengekstrak dan menggabungkan data dari berbagai sumber informasi serta mengubah informasi menjadi format narasi baru yang transformatif dan visioner berorientasi masa depan (futuristik). Sebagai menu cerita (story), sebagai data atau fakta, dalam penyajian narasi serta pembaharuan naratif dan paradigma dalam buku (frame literasi) strategi kebudayaan suku bangsa Batak ini. Narasi dari cerita (story) yang meliputi mitologi, sistem nilai dan sosial, budaya, sejarah, dialog mitologi-sejarah, kerajaan, akulturasi budaya (kolonisasi, islamisasi dan kristenisasi) dan eksistensi (jatidiri) Batak, singkatnya kebudayaan atau peradaban Batak, menuju Orde Hidup Baru (Orhiba) Hita Batak. Yang pada hakikatnya adalah merupakan proses rekonstruksi dan revitalisasi visi narasi (literasi) Pustaha Tumbaga Agong (Pustaka Tembaga Agung) dan Pustaha Tumbaga Holing (Pustaka Tembaga Berkilau) atau Heilige Boek Batak yang diwariskan lisan dan empiris sejak leluhur Batak.
Buku ini hanya salah satu dari frame strategi kebudayan Batak, yang berfokuskan pada pembaharuan narasi (narasi baru) kontempelasi masa lalu, kini dan masa depan. Sebagai salah satu bagian paling strategis dalam strategi kebudayaan Batak secara keseluruhan yang menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai budaya bagi kesejahteraan dan menetapkan arah masa depan peradaban dan kehidupan yang lebih bermakna. Strategi Kebudayaan Batak yang mengacu pada ideologi Tolu Dasor Batak (Tiga Nilai Dasar Batak) atau Trisila Batak, yakni: 1) Marhaporseaon tu Debata (Berkepercayaan kepada Allah); 2) Martutur Dalihan Na Tolu (Berkekerabatan Tungku Nan Tiga); 3) Marparange Anak/Boru ni Raja (Berkarakter Putera/Puteri Raja).
Bersambung
Penulis Ch. Robin Simanullang, Cuplikan Pendahuluan Buku Hita Batak, A Cultural Strategy
Footnotes:
[1] Karsa buddhayah: Karsa, n 1 daya (kekuatan) jiwa yang mendorong makhluk hidup untuk berkehendak; 2 kehendak; niat (KBBI); Buddhayah (Sansekerta), bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia: Budaya, kebudayaan.