
VISI BERITA (Shalat Id Indonesia Raya, September 2013) – Inilah potret Islam kebangsaan Indonesia yang real rahmatan lil alamin. Ini berita Islam Indonesia yang amat indah. Ritual relijius, Shalat Idul Fitri, diterangi khutbah ‘kebangsaan relijius’ bertema: “Indonesia Karunia Ilahi” yang diresapi dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Baca Online: Majalah Berita Indonesia Edisi 90 | Basic HTML
Saat hendak mengakhiri khutbah Shalat Idul Fitri 1 Syawal 1434 H di Masjid Al-Hayat Kampus Al-Zaytun, Indramayu, Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang mengajak seluruh jamaah bangkit berdiri dan dengan khidmat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Lantunan lagu Indonesia Raya itu berkumandang dalam Masjid Al-Hayat tersebut. Seluruh jamaah bernyanyi dengan khidmat dan bersemangat dipimpin (leader) langsung Syaykh Panji Gumilang. Lagu kebangsaan itu menggema merdu dan nyaring, sehingga tak hanya menggetarkan sanubari mereka yang menyanyikannya tetapi juga membuat bulu roma pendengarnya berdiri.
Dua orang tamu (sahabat Kristiani) yang berada di pelataran Masjid Al-Hayat, di sebelah ratusan jamaah yang tidak muat dalam masjid, tampak ikut berdiri dan sejenak memejamkan mata terkesima mendengar lantunan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang bergema dari dalam masjid itu. Keduanya mengaku bulu romanya berdiri dan kemudian spontan mengikut menyanyikan lagu Indonesia Raya tersebut. Mereka bahkan mengaku lebih merasakan dan menikmati makna syair lagu itu, ketimbang ketika dinyanyikan dalam upacara nasional normal (rutin, rutinitas).
Simaklah syair lagu kebangsaan Indonesia Raya itu: “Indonesia tanah airku. Tanah tumpah darahku. Disanalah aku berdiri jadi pandu ibuku. Indonesia kebangsaanku, Bangsa dan Tanah Airku. Marilah kita berseru Indonesia bersatu. Hiduplah tanahku. Hiduplah negriku, Bangsaku, Rakyatku semuanya. Bangunlah jiwanya. Bangunlah badannya. Untuk Indonesia Raya.
Indonesia Raya, Merdeka, Merdeka. Tanahku negriku yang kucinta. Indonesia Raya, Merdeka, Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya. Indonesia Raya, Merdeka, Merdeka. Tanahku negriku yang kucinta. Indonesia Raya, Merdeka, Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya.”
Mengapa irama dan syair lagu kebangsaan itu kali ini begitu lebih diresapi? “Sebab lagu Indonesia Raya itu dikumandangkan dengan khidmat dalam sebuah upacara ritual relijius, Shalat Idul Fitri. Apalagi lagu itu sangat relevan dengan khutbah Idul Fitri yang disampaikan Syaykh Panji Gumilang,” kata Robinson Togap Siagian yang baru pertama kali berkunjung ke Al-Zaytun.
Memang, saat itu Syaykh Panji Gumilang menyampaikan khutbah yang bertema “Indonesia Karunia Ilahi”. Syaykh Al-Zaytun mengkhutbahkan bahwa Indonesia sebuah nama karunia Ilahi. Sebuah nama negara yang didapatkan dari proses berpikir dan berjuang. Syaykh Panji Gumilang menguraikan penemuan nama Indonesia itu dengan menghubungkannya dengan Gua Ashabul Kahfi (Alqur’an surat al-Kahfi (18) ayat 17), kisah ashabul kahfi, yang ditidurkan oleh Allah selama 309 tahun, hingga para pemuda menampilkan Indonesia dalam konsensus yang diwujudkan dalam bentuk sumpah: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa Indonesia, pada 28/10/ 1928 M.
Lalu, Syaykh Panji Gumilang dalam khutbahnya menguraikan, berdirilah rumah besar Indonesia yang wilayahnya meliputi wilayah administrasi bekas Hindia Belanda, diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. Sebagai Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada Ketuhanan YME, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Saat hendak mengakhiri khutbahnya itulah, Syaykh Panji Gumilang mengajak seluruh jamaah berdiri dan secara bersama menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Syair lagu kebangsaan itu, memang terasa meresap sebagai butir-butir kesimpulan yang menginspirasi semua jemaah dan pendengarnya lebih memahami dan memaknai khutbah tersebut. Khutbah itu amat patut diapresiasi sebagai khutbah kebangsaan relijius. Sungguh, inilah Potret Islam kebangsaan Indonesia yang real rahmatan lil alamin. Potret Islam Indonesia yang amat indah. Obor kebangsaan, toleransi dan perdamaian. (red/BeritaIndonesia)
Daftar Isi Majalah Berita Indonesia Edisi 90
Salam Redaksi
- Salam Redaksi – Hal. 4
Visi Berita
- Shalat Id Indonesia Raya – Hal. 5
Visi Tokoh
Berita Terdepan
- Sebelas Pemimpi Capres Demokrat – Hal. 7
Berita Utama
- Cermati Merosotnya Elektabilitas Parpol Berbasis Islam – Hal. 8
- SDA Islamis Kebangsaan – Hal. 10
- PPP Miliki Kekuatan Luar Biasa – Hal. 12
- Berazas Islam, PPP Takkan Bentuk Negara Islam – Hal. 17
- Re-born, PPP Rumah Besar Umat Islam – Hal. 20
- Visi-Misi dan Prinsip Perjuangan PPP – Hal. 21
Berita Hukum
- Indonesia, Negara Kleptokrat? – Hal. 24
- Pengadilan Independen, Nonsense – Hal. 25
Berita Tokoh
- Jalan Politik Kivlan Zen – Hal. 26
- Jenderal Moeldoko: “Saya, Siap Memimpin TNI” – Hal. 28
Lentera
Berita Wawancara
Perspektif
Berita Daerah
- Pemko Batam Bantu Panti Asuhan – Hal. 43
Berita Mancanegara
- Transisi Berbuah Kekerasan – Hal. 44
Berita Humaniora
- Terbentur Kualitas Pengajar – Hal. 46
Berita Media
- Dihantam Arus Digitalisasi – Hal. 48
Berita Kota
- Airsoft Gun dan Senjata Ilegal – Hal. 50
- Manajemen RS Pemkot Bandung Berubah – Hal. 52
- 25 KM, Harga Tiket KA Rp 80 Ribu – Hal. 53
Berita Ekuin
- Satu Persen dari Omzet – Hal. 54
Berita Kesehatan
- Ancaman di Kala Hamil – Hal. 55
- Tidur Kurang, Penyakit Datang – Hal. 56
- Memilih Mastektomi – Hal. 58
Berita Buku
- Berbisnislah Sedari Muda – Hal. 59
Berita Wisata
- Memupuk Harapan Lewat Festival – Hal. 60
Berita Budaya
- Tidak Hanya Keras – Hal. 62
Berita Iptek
- Data Center ‘Hijau’ a la Facebook – Hal. 64
Berita Lingkungan
- Hutan Indonesia Makin Habis – Hal. 66
- Penyu di Kaltim Terus Berkurang – Hal. 66