Page 17 - Majalah Berita Indonesia Edisi 01
P. 17
sa Kolaps No.1/Th.I/Juli 2005 19butuhkan tambahan jalan baru sepanjang 828 meter. Kemudian tahun 2004,pertambahan kendaraan itu meningkatmenjadi rata-rata 269 unit perhari, yangberarti harus dibutuhkan tambahanjalan baru 1.614 meter setiap hari.Kondisi itu masih diperparah lagidengan kehadiran lalu lalang 600.000unit kendaraan (mengangkut sekitar 1,2juta orang) dari wilayah Bogor, Depok,Tangerang dan Bekasi memasuki Jakarta, di tahun 2003. Kendaraan Bodetabek itu tentu saja ikut mengalami pertumbuhan, bisa jadi pada tahun 2004sudah mencapai 700.000 unit perhari.Persoalan transportasi Jakarta menjadi semakin rumit tatkala dimunculkandata terbaru, bahwa rasio jumlahkendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum adalah 98 persen berbanding 2 persen. Sayangnya, walaurasio jumlah kendaraan pribadi secaranisbi hampir mencapai 100 persen, atautepatnya 98 persen namun jumlahmanusia yang diangkut relatif takberbeda jauh dengan jumlah manusiayang diangkut 2 persen kendaraanumum itu.Kendaraan pribadi yang rasio jumlahnya 98 persen itu hanya mampumengangkut 49,7 persen perpindahanmanusia perhari, sedangkan kendaraanumum yang hanya 2 persen mampumengangkut hingga 50,3 persen perpindahan manusia perhari.Ketimpangan itulah yang mengangkat kembali ke permukaan kesimpulan klasik, betapa kondisi angkutan umum sudah sangat begitu memprihatinkan. Sebab dari tahun ke tahunproporsi jumlah angkutan umum semakin berkurang. Kemampuan menambah ruas jalan pun semakin sulit.Sementara penambahan kendaraanpribadi semakin pesat. Panjang jalanhanya dapat bertambah kurang darisatu persen pertahun, itupun hanya bisaberupa underpass dan flyover. Sedangkan kendaraan rata-rata bertambah 11persen pertahun.Jika persentase pertumbuhan kendaraan bertambah tetap secara linier,demikian pula persentase pertumbuhanjalan linier tetap lambat, maka dipastikan persis pada tahun 2014 keduavektor itu akan bertabrakan membuatJakarta kolaps macet total.Lalu lintas mengalami kelumpuhansebab kendaraan tak bisa bergerak,keluar dari garasi pun sudah tak bisa.“Anda boleh beli mobil tapi tidakusah dikendarai simpan saja baik-baikselimuti di garasi,” kata Rustam galau.“Bayangkanlah, hiruk-pikuknya KotaJakarta sedemikian rupa. Apa yang bisakita buat kalau tidak berani memecahkan ini secara revolusioner?” kataRustam.Revolusi TransportasiPemerintah Daerah Khusus IbukotaJakarta di bawah kendali GubernurSutiyoso dalam jabatan periode keduanya (2002-2007), tampaknya sangat fokus untuk menata transportasiJakarta secara makro dan terintegrasi,selain (sekaligus) ingin membebaskanJakarta dari bencana banjir. Sutiyoso,tampaknya bertekad kuat untuk mengukir karya pengabdian mengatasi duahal masalah sangat krusial di Jakarta itupada akhir masa jabatannya.Gubernur Sutiyoso tampaknya sangat menyadari tidak mudah mewujudkan obsesi pengabdiannya jika tidakdidukung oleh para staf yang handal,terutama di level Kepala Dinas danKepala Bagian. Maka dia pun memilihdan memotivasi stafnya untuk bekerjasecara sungguh-sungguh. Jika tidakmampu, dia juga tidak segan menggantinya.Salah seorang staf penting yangdipilih untuk mewujudkan obsesinya