Page 60 - Majalah Berita Indonesia Edisi 02
P. 60


                                    LINTAS TAJUK60 BERITAINDONESIA, Agustus 2005Polemik terus bergulir ditengah-tengah krisis BBMyang berkepanjangan. SelainBBM, masih ada sejumlahmasalah yang patut jadi perhatian, yaitu perjudian, perdamaian diNAD, flu burung, Ahmadiyah, dan bunuhdiri di kalangan siswa miskin.Topik-topik tersebut diulas suratkabar harian Kompas, Suara Pembaruan, Media Indonesia, Bisnis Indonesia,Investor Daily, Suara Karya dan KoranTempo di dalam tajuk rencana mereka.Kepanikan pemerintah menghadapikrisis BBM masih mendominasi pemberitaan dan tajuk rencana berbagai media massa cetak, baik di Jakarta maupundi kota-kota besar lainnya.Tiga koran terkemuka Jakarta, Kompas (20/7), Suara Pembaruan (19/7) danMedia Indonesia (12/7), menyorot krisisBBM dari berbagai sudut pandang.Tajuk Kompas yang berjudul “Mengelola Fiskal”, mencermati, krisis BBMmenempatkan kemampuan fiskal pemerintah pada kondisi yang sangat sulit.Subsidi BBM yang meningkat tidakmampu ditopang oleh APBN.Naiknya harga minyak mentah duniasampai 60 dolar AS perbarel, memaksapemerintah menanggung subsidi BBMsekitar Rp 150 triliun sampai akhir tahunini. Setiap kenaikan harga minyak 1 dolar,pemerintah menanggung defisit Rp 150sampai Rp 300 miliar.Harian yang menempatkan tajuknyadi halaman 6 ini meragukan kebijakanmenaikkan pajak penjualan kendaraandan pajak mobil ketiga berdampak berartipada pola konsumsi BBM.Koran bermotto “Amanat Hati NuraniRakyat” ini menyarankan jalan klasik:menaikkan harga BBM dalam negeri,karena hanya cara ini yang bisa menyelamatkan fiskal.Namun Suara Pembaruan (19/7), didalam tajuknya “Harga BBM Naik Lagi?”,memberi isyarat dini, menaikkan hargaBBM akan merugikan masyarakat karenadaya beli yang rendah. Apalagi, masyarakat belum sepenuhnya bisa menerima kenaikan harga BBM pada 1 Maret2005.Lepas dari itu, SP berharap menaikkan harga BBM adalah opsi palingakhir setelah memperhitungkan dampaknya secara cermat. Esensi penyelesaian: menghemat BBM.Koran berpengaruh lainnya, MediaIndonesia (14/7), dalam tajuk di halamansatu, “Televisi dan BBM”, menyorot krisisdan penghematan BBM dari sudut pandang berbeda.MI mengkritik tajam kebijakan pembatasan jam tayang televisi oleh pemerintah lewat Inpres 10/2005. Mempertanyakan hubungan acara televisi danstelan jas dengan penghematan BBM,koran bermotto “Pembawa Suara Rakyat”ini menilai pemerintah lari dari persoalanpokok.Sebab yang memboros BBM bukantelevisi, tetapi kendaraan bermotor.Inpres itu sama sekali tidak menyentuhsektor paling boros pada BBM: kendaraanroda dua dan roda empat.Televisi bukanlah penyumbang berarti bagi pemborosan BBM. Kerugianmasyarakat karena sulit mengaksesinformasi jauh lebih besar ketimbangpenghematan beberapa liter BBM. Karena informasi merupakan sumber kecerdasan.Penghematan terletak pada dua perkara pokok: Harga dan regulasi kendaraan bermotor, dan opsi menaikkanharga BBM untuk meniadakan subsidiatau mengatur volume kendaraan bermotor.Koran yang menempatkan rubrikeditorialnya di halaman satu ini menutuppendapatnya dengan sindiran tajam:“Bila pejabat bobo, informasi juga disuruhbobo. Aneh bin ajaib, gatal di mana garukdi mana.”Tajuk berjudul “Tragedi Fifi TragediKaum Miskin” diangkat koran ini padaedisi 18 Juli 2005. MI menilai, tindakanbunuh diri dari seorang siswa kelas 2 SMPNegeri 10 Bekasi, Fifi Kusrini (14) berSimalakama BBM
                                
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64