Page 14 - Majalah Berita Indonesia Edisi 06
P. 14
BERITA UTAMA14 BERITAINDONESIA, Desember 2005Apa pandangan Syaykhterhadap terorisme di Indonesia dewasa ini?Menurut saya, apa yang disebut sebagai teroris itu lebihtepat disebut penjahat kemanusiaan. Istilah terorisme itusendiri salah kaprah bahasanyajadi mesti diubah menjadi kejahatan kemanusiaan. Alasannya, mereka yang telah meledakkan bom-bom itu telahberbuat sangat jahat denganmembunuhi orang-orang tidakberdosa tanpa ada rasa kemanusiaan sedikitpun.Enteng amat orang mengatakan kejadian peledakan bomyang menewaskan banyak manusia sebagai aksi teror. Itusudah kejahatan. Pemukulansaja sudah kejahatan apalagimembunuh manusia, apapunbentuknya.Yang namanya teror, Andabikin orang-orangan di tempatgelap digoyang-goyangkandari jauh untuk menakuti orang lain. Itu menyebar terornamanya. Teror itu ringan.Tapi bila menebar bom danmenimbulkan korban jiwa itubukan teror namanya tapi menebar kejahatan kemanusiaan.Kejahatan kemanusian bersama jadi itu musuh bersamaBeberapa waktu lalu pemerintah mengundang sejumlah alim ulama menyaksikan video rekamanberisi testimoni para pelaku peledakan bom bunuh diri pada Bom Bali II.Adakah urgensinya?Tidak terlalu penting itusuara alim ulama. Suara tetaphanya suara. Itu namanya hanya diplomasi suara. Salingkeras-kerasan suara ya diplomasi pengeras suara. Tidakperlu kalau cuma suara. Alimulama keras-kerasan suara!Suara keras jadinya saling mendengar saja. Tapi peledakanbom tetap saja terjadi lagi.Suaranya tidak penting.Yang terpenting bagaimanamenghentikan aksi-aksi kejahatan kemanusian itu! Yangperlu menghentikan dan menghentikan itu bukan alim ulama.Yang bisa menghentikan ituadalah pemegang kunci keamanan negara, bersama-samaseluruh komponen bangsa Indonesia.Sebuah bangsa itu harus kuatpengamanannya. 1x24 jam tamu wajib lapor. Yang melaporkan tuan rumah. Sadarkanorang-perorang Indonesia(Syaykh menyanyikan penggalan lagu Indonesia Raya)“Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku. ...Disanalah aku berdiri jadi panduibuku…”Selalu menyanyikan “…JadiPandu Ibuku..” tapi tahu-tahumendekati teroris. Sudah tahutapi diam saja. Orang tahuharus lapor bukan malah memberikan perlindungan. Jadiseluruh rakyat dan bangsa iniharus punya kesadaran semacam itu. Terapkan sebuahsistem keamanan kepada seluruh rakyat bangsa ini.Jadi ‘pandu ibuku’ itu berartisiap mengangkat dan menjagaharkat-martabat bangsa, sertamembentengi negara agar tidak dikacau orang lain. Duaorang dari luar negeri bikinpusing kita kok sepertinyahebat banget.Selidiki saja siapa yang membawa mereka ke sini, bersamasiapa, izin dari siapa. Ada silsilah. Tengoklah silsilahnyapasti ketemu. Itu yang mengizinkan. Itulah dia sponsor.Itulah pelindungnya danmungkin itulah pemimpinnya.Apakah Syaykh melihatperangkat hukum di Indonesia lemah?Perangkat hukum Indonesiaitu kuat. Kalau dilakukan, kalaunamanya law enforcement(penegakan hukum) itu berjalan. KUHP saja bisa dipakaimenangkap orang yang barubuat kegaduhan, apalagi orangyang bunuh orang lain denganbom. Sekalipun KUHP kunobuatan Belanda tetapi masihbisa berlaku. Kalau kita masihsuka, itu saja digunakan. Okepunya kita negara ini.Ketertiban di Indonesia beMari Menjadi‘Pandu Ibuku’Menanggapi sejumlah aksi peledakan bom di tanah air yangmenimbulkan banyak korban jiwa, Syaykh al-Ma’had AlZaytun, DR. A.S. Panji Gumilang, menyumbangkanpemikiran dan pendapatnya kepada wartawan Berita Indonesia Ch. Robin Simanullang, Anis Fuadi, Wilson Edward, dan Hotman LG, di sebuah kesempatan wawancara,akhir November 2005.lum maksimal dijaga. Kalaubahasa kampungnya, kuyuphukum dijalankan. Itu tadi…ada yang satu menyembunyikan, satu pura-pura nego. Adayang mengurus negosiasi. Kalau polisi cerdik tangkap yangnego itu jangan-jangan hanyapandai cakap saja.Ini harus tugas bersama sebagai bangsa. Jadi jangan terlalu serius diarahkan pada duaorang yang dibawa dari luarnegeri dan dimasukkan ke sini.Mari kita bergerak bersamasama untuk mempersempit,memperkecil, memperlemah,melokalisir, semua yang berbentuk kejahatan kemanusiandi manapun di mesjid atau digereja.Tipisnya rasa kemanusiaan itu mungkin akibatbanyak faktor?Banyak hal itu. Karena ituayo ditata kembali supaya kemanusiaan yang tipis ini bisaberfungsi lagi. Kemanusiaantipis seperti kulit bawang. Kitaharus saling sama-sama meningkatkan makna hidup bersama, melalui pendidikan. Pendidikan baik formal, nonfor-