Page 52 - Majalah Berita Indonesia Edisi 08
P. 52
BERITA POLITIK52 BERITAINDONESIA, 10 - 23 Februari 2006(AKHIRNYA) BERAS IMPORMASUK SENAYANUsulan hak angket atas kebijakan impor 110 ribu ton beras dariVietnam kandas di tengah jalan. Suara pendukung awal terpecah.Hanya F-PDIP dan F-PKS yang konsisten.Politik praktis memang sangat dinamis. Perubahansikap politis, apapun isunya, bisa terjadi bukanhanya dalam hitungan hari tapijuga hitungan menit dan bahkan detik.Nasib usul penggunaan hakangket dan interpelasi DPRyang diusulkan 207 anggotaDPR-RI dari lintasfraksi, pada17 Januari 2006, masuk dalamagenda rapat paripurna (24/1),terkait kebijakan pemerintahmengimpor 110 ribu ton berasdari Vietnam kandas di tengahjalan, hanya dalam tempo duahari. Saat itu, ada 347 anggotayang hadir. Itu artinya ada 167suara menolak hak angket.Perubahan sikap anggotaDewan atas usul hak angket itutampak dari keunggulan kubupenolak hak angket (dimotoriFraksi Partai Golkar dan FraksiPartai Demokrat) dalam pemungutan suara (voting) yangdigelar dalam rapat paripurnaDPR, Selasa (24/1).Rapat paripurna yang dipimpin Wakil Ketua DPR dariF-PKB, Muhaimin Iskandar, itudihadiri 452 anggota DPR.Hasil pemungutan suara: 184orang menolak hak angket daninterpelasi, 151 orang mendukung hak angket, dan 107orang setuju dengan hak interpelasi.Dengan demikian, usul hakangket yang diusung FraksiPDI Perjuangan (F-PDIP) danFraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) berhenti dengansendirinya.Kemenangan kubu penolakhak angket dan interpelasidisambut gembira kalanganIstana. Tak urung, Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang sedangmelakukan lawatan di Jepang,menyambut suka cita keputusan yang diambil DPR. Diabahkan mengucapkan terimakasih kepada teman-temannydi DPR.Bisa dimaklumi mengapareaksi Kalla demikian. Orangnomor satu di tubuh PartaiGolkar itu adalah orang yangpaling ngotot dengan rencanapemerintah mengimpor beras.Menariknya, seperti dikutipoleh Jawa Pos, ucapan yangmeluncur dari mulut JusufKalla sangat optimistis. “Sebetulnya kalau hak angket atauinterpelasi disetujui, pemerintah juga siap. Susah sekalimenyetujui kebijakan yangjelas-jelas perlu seperti imporberas,” kata Jusuf Kalla serayamenebar senyum, sebelummemberikan sambutan dalamacara pertemuan dengan masyarakat Indonesia di NegeriSakura, Selasa (24/1) malam.Presiden SBY pun, melaluijuru bicara istana Andi Mallarangeng, menyatakan menerima dengan senang keputusanDPR yang menolak hak angket.Sebenarnya, potensi pecahnya suara pendukung hak angket telah diprediksi. Indikasiindikasi ke arah itu sangatkentara. Sebut saja, misalnya,langkah Presiden SBY mengumpulkan 11 menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB)yang berasal dari partai politik.SBY agaknya masygul atasperkembangan di DPR.Kemasygulan SBY itu tersiratdari pernyataan MensesnegYusril Ihza Mahendra usaipertemuan: “Presiden mengatakan,“Coba kita renungkansistem politik kita ini karenaberjalan tidak normal. Adabeberapa menteri yang diangkat karena ada semacam koalisi, tetapi di parlemen partainya seperti oposisi’. Kita jernihkan dan luruskan supaya politik kita sehat,” ungkap pembantu SBY dari PBB itu.SBY juga bertemu denganKetua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) SoetrisnoBachir dan Ketua Umum DPPPartai Persatuan Pembangunan (PPP) Hamzah Haz.Tak hanya itu, sehari sebelum rapat paripurna, MenkoKesra Aburizal Bakrie, MenteriPerhubungan Hatta Radjasa,Menteri PAN Taufik Effendijuga melobi para pimpinanParpol dan fraksi di sebuah hotel bintang tingga di Jakarta.Dugaan perpecahan suarapendukung hak angket akhirnya terbukti. Suara dua fraksi:F-PAN dan Fraksi Partai Damai Sejahtera (F-PDS) terbelah. Dari 42 anggota F-PANyang hadir, 9 orang mendukung angket dan 33 lainnyamendukung interpelasi. FPDS, dari 11 anggota yangBERAS DARI VIETNAM KANDAS DI TENGAH JALAN.RAPAT PARIPURNA DPR.