Page 26 - Majalah Berita Indonesia Edisi 09
P. 26


                                    BERITA UTAMA26 BERITAINDONESIA, 23 Maret 2006Bisa dibayangkan, bagaimana mendeteksi adanya pesawat terbang asingyang melintas kalau radar yang dimilikitidak bisa beroperasi secara optimal,memonitor 24 jam penuh dalam memantau seluruh wilayah Nusantara.Demikian juga kesiapan pesawat pemburudalam “menyergap” pesawat asing yangmenyelinap.Sementara luas lautan yang demikiankaya dengan sumber daya alam sulit tercover secara penuh mengingat keterbatasan kapal yang dimiliki armada TNIAL. Demikian pula alutsista yang dimilikiTNI AD terkendala dengan usianya yangsebagian sudah “uzur” dan perlu diremajakan.Anggota Komisi I DPR Djoko Susilodalam suatu kesempatan melontarkanrasa prihatinnya atas alutsista yangdimiliki TNI. Namun di sisi lain dia jugamenyoroti soal pentingnya mengakhiridan membongkar praktik mafia supplierdan pengadaan alutsista yang ada dilingkungan TNI. Karena, menurutnya,sudah bukan rahasia bahwa selamabertahun-tahun hanya kalangan tertentuyang mendominasi bisnis dan supplier dikalangan militer.Dalam tulisannya di Indo Pos (8/2),anggota Dewan yang membidangi masalah hankam ini menyebutkan, peralatanradar udara didominasi Thomson dariPerancis dan peralatan infantri banyakdari negara Eropa. Sedangkan kapal-kapalsudah sangat tua, tetapi menggunakanrudal-rudal modern bikinan Prancis.Mafia supplier itu perlu diberantaskarena mereka telah menyebabkan kerugian yang tidak sedikit di kalangan militer. Termasuk menyebabkan inefisiensidalam pengadaan barang di lingkunganTNI. Bahkan tidak jarang, barang yangdibeli tidak sesuai dengan rencana. Akibatnya, barang yang dibeli tidak sesuaidengan kepentingan, tetapi karena ulahnakal para supplier itu, negara harus tetapmembayarnya.Terbatasnya alutsista ini secara terbukadiakui Panglima TNI Marsekal TNI DjokoSuyanto. Dalam jumpa pers seusai acaraserahterima jabatan dari Jenderal TNIEndirartono Sutarto di Mabes TNI (20/2),Marsekal berbintang empat ini menyatakan, peralatan TNI dewasa ini masih jauhdari cukup untuk melaksanakan tugaspokok yang dibebankan kepada TNIseperti tertuang dalam UU No 34 tahun2004.Keterbatasan alutsista seperti pesawatdan kapal perang menyebabkan intensitasdan frekuensi patroli yang dilakukanbelum maksimal seperti yang diharapkan.Kapal TNI AL misalnya mungkin hanya 3– 4 kali melakukan patroli dalam seminggu. Sementara pesawat TNI AUmelakukan patroli seminggu dua kali keseluruh perbatasan pulau-pulau terluar.“Tapi itu adalah perwujudan kepeduliankita terhadap pengamanan wilayah perbatasan”, tegasnya.Karena itu salah satu prioritas programnya ke depan adalah bagaimana mengupayakan melengkapi alutsista tersebut,baik untuk TNI AD, TNI AL maupun TNIAU.Sebagai gambaran, Suyanto menyebutkan empat pesawat Sukhoi yang dimiliki TNI AU saat ini akan diupayakanmenjadi satu skuadron. Pengadaannyaakan menggunakan Kredit Ekspor senilai330 juta dolar AS. Pesawat Sukhoi tambahan itu berjenis SU-30 dan SU-27 yangakan dimodifikasi sesuai kebutuhan TNIAU.Sebelumnya, mantan KSAU ini jugamenyatakan akan menambah jumlahpesawat tempur F-16 Fighting Falcon danpesawat angkut Hercules pasca pencabutan embargo senjata oleh AS.Kadispen TNI AU Marsekal PertamaTNI Sagom Tamboen seperti pernahditulis Berita Indonesia, menyatakan,TNI AU memiliki 122 pesawat dari ber- MERANGKAK MENGIKUTI Kondisi alutsista TNI jauh darikebutuhan ideal. Keterbatasananggaran jadi salah satukendala. Bagaimana TNImenyikapinya?ALUTSISTA TNI,Sepertinya sudah menjadirahasia umum, peralatanutama sistem senjata(alutsista) yang dimilikiTNI saat ini jauh darikebutuhan ideal. Kondisiyang demikian tentu sangat mempengaruhi tingkat operasional prajurit TNIdalam mengemban tugas menjaga kedaulatan wilayah NKRI dari ancaman potensial maupun faktual.
                                
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30