Page 27 - Majalah Berita Indonesia Edisi 09
P. 27


                                    BERITAINDONESIA, 23 Maret 2006 27bagai jenis untuk menjaga 5,8 juta kilometer persegi luas wilayah Nusantara. Diamembenarkan kalau dari hampir seluruhpesawat yang diantaranya buatan Amerika Serikat dan Inggris itu tingkatkesiapan operasionalnya sudah jauhmenurun dibanding pada saat pertamakali diterima TNI AU. Kondisi ini, menurutnya, tidak terlepas dari embargosenjata yang dilakukan AS.Khusus untuk pesawat yang umurnyalebih dari 20 tahun, seperti OV-10 Broncodan Hawk MK 53, kini dalam kajian TNIAU untuk diganti dengan jenis pesawatyang punya kemampuan sama guna lebihmengoptimalkan sistem pertahananudara.Panglima TNI juga memaparkan upayapemenuhan Alutsista TNI AD, sepertipenambahan panser dan senjata perorangan buatan PT Pindad yang masukskala prioritas.Ke depan, menurutnya, akan dikaji ANGGARANkemungkinan penambahan pesawat helikopter multiguna Mi-35 dari Rusia yangsaat ini baru ada dua buah. Karena jelasbelum merupakan suatu kekuatan operasional yang ideal.Idealnya 274 KapalTNI AL yang mengemban tugas menjagakeamanan dan kedaulatan negara di laut,seperti diakui KSAL Laksamana TNISlamet Soebijanto usai Rapim TNI AL diMabesal, Cilangkap (Republika, 1/3),idealnya memiliki 274 kapal. Namun saatini pihaknya baru memiliki 114 unit kapal.Soal kapan kebutuhan ideal ini bisadipenuhi, Soebijanto berujar :“Tergantung kemampuan pemerintah”.Yang jelas tahun ini TNI AL akan mendapat dua kapal fregat. Sementara dua lagikapal korvet kelas Sigma tahap kedua yangdipesan dari Belanda diusulkan bisadialihkan untuk pengadaan kapal perangdari Rusia. “Karena secara kuantitasjumlah yang bisa dibeli dari Rusia bisalebih banyak dan juga sudah lengkapdipersenjatai”, ujar KSAL usai menghadirisilaturahmi wartawan dan Mabes TNI ALdi Graha Marinir, Jakarta (Kompas, 3/2).Slamet Soebijanto juga mengatakanpihaknya akan melakukan”repowering(penggantian mesin) pada kapal-kapal tua,termasuk 39 kapal eks Jerman Timur.Mesin diesel baru bagi kapal itu diharapkan dapat dibeli di dalam negeri.Marsekal Djoko Suyanto mengakui perlupenentuan skala prioritas dalam pengadaan alutsista dari masing-masing angkatan. Karena dihadapkan dengan kendalaketerbatasan anggaran yang disediakanpemerintah.Hanya 3% dari APBNMemang salah satu kendala utamapengadaan alutsista ini adalah soal anggaran. Untuk tahun fiskal 2006 ini sepertidiutarakan Menhan Juwono Sudarsono,(Suara Karya, 1/2) Dephan memperolehanggaran Rp 28,2 triliun untuk trimatra(AD, AL dan AU) atau naik sekitar Rp 5,1triliun dibanding tahun sebelumnya.Walaupun ada kenaikan, nilainya ituhanya 3 sampai 4% dari APBN dan kurangsatu persen dari PDB yang berjumlahsekitar 368 miliar dolar AS. AnggaranDephan ini (termasuk untuk Mabes TNIdan ketiga Angkatan) relatif kecil dibanding negara lain seperti Singapura danMalaysia yang mencapai 6 - 8 % dariAPBN-nya dan di atas 3% dari PDB-nya.Dari total anggaran tiap angkatan,menurutnya, hanya 30 sampai 35 persendialokasikan untuk pengembangan danperawatan alutsista. Sedangkan 60 - 70persen anggaran untuk personil danoperasional administrasi.Untuk itu kini sedang dilakukanhitung-hitungan agar pertahanan negarabetul-betul dilaksanakan atas kemitraandan harmonisasi di antara instansiinstansi pemerintah.Presiden dalam suatu kesempatanmemimpin rapat khusus yang membahasprogram pengadaan alutsista bagi TNItetap menekanan pentingnya mengembangkan industri pertahanan berbasisproduksi dalam negeri. Ini perlu dilakukan karena tidak ada jaminan bahwa AStidak akan menjatuhkan embargo lagi dimasa datang.Djoko Suyanto pun mendukung kebijakan memberdayakan industri strategisdalam negeri untuk pengadaaan alutsista.Selama ini upaya ke arah itu telah dilaksanakan TNI. Misalnya TNI AU menetapkan PT Dirgantara Indonesia sebagaipemasok komponen pesawat Cassa 212,helikopter Super Puma dan CN-235.Tentang pengadaan alusista dari luar,menurut lulusan terbaik Akabri 1973 danperaih bintang Adhi Makaysa ini, TNItidak akan bergantung pada satu negara.“Kita akan memiliki beberapa alternatifnegara sebagai sumber pengadaan alutsista TNI”, ujarnya.Kondisi alutsista yang kurang ideal saatini sudah sewajarnya mendapat perhatianserius dari TNI, pemerintah dan DPR.Betapa riskannya kemampuan persenjataan utama TNI dibandingkan denganluas wilayah yang harus dijaga keamanannya. Mengingat anggaran negara yangmasih terbatas, kiranya perlu dicariterobosan untuk bisa memenuhi kebutuhan itu. ■ SP
                                
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31