Page 13 - Majalah Berita Indonesia Edisi 100
P. 13
BERITAINDONESIA, Edisi 100 13BERITA UTAMAbersikap akal-akalan, maka diseranglah dan dibalas 10 November, di situlah kejadian yang luar biasa, tidak terhitung manusia yang meninggal, tidak terhitung rumah yang dibakar. Ini semua mengakibatkan pemerintah Indonesia memerlukan kerja keras. Namun diplomasi bangsa Indonesia tetap pada jalur. Jangan pernah dirusak Indonesia yang sudah diproklamirkan ini, Indonesia yang sudah eksis ini, musuh kita adalah NICA Belanda, musuh kita bukan rakyat, musuh Tentara Indonesia bukan rakyat, musuh tentara Indonesia adalah NICA dan KNIL.Betapa hebatnya bangsa Indonesia ketika itu, mampu memisahkan siapa lawan siapa kawan, karena mereka memiliki Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dan mewujudkan suatu Keadilan sosial. Diplomasi demi diplomasi dijalankan, akhirnya becik ketitik olo ketoro, Belanda nyingkir, musuh-musuh Indonesia menyingkir. Betapa toleransi dan damainya bangsa Indonesia; Semua di biayai oleh rakyat Indonesia, nyingkirlah kamu, pulang dibiayai. Itu lah makanya bangsa Indonesia begitu merdeka, 5 tahun sudah memiliki hutan. Hutan yang besar, mengapa membayar orang-orang yang menjajah pulang, dipulangkan, betapa hebatnya bangsa ini perikemanusiaannya, bagaimana kemanusiaan yang adil dan beradabnya. Mungkinkah kita menuntut, tidak perlu, nampakkan bahwa toleransi dan perdamaian dijalankan oleh bangsa Indonesia. Penyimpangan Jalan SejarahNamun, perjalanan sejarah sekalipun di sana-sini terjadi bermacam-macam dan sejarah itu sebelum menjadi sejarah menimpa manusia, dalam satu hari tidak bisa dijumlahkan, jutaan kejadian, namun yang bisa dicatat hanya sebagian. Terkadang juga tidak benar, terkadang juga tidak tepat, terkadang juga tidak realistis, itulah sejarah. Maka jangan pernah mempercayai sejarah dengan mata sebelah, rangkumkan semua. Bagaimana penulisnya, subjektivitas Pada 31 Agustus, setelah merdeka, pemerintah mengadakan maklumat. Maklumat mengibarkan bendera seterusnya tanpa diturunkan. Alhamdulillah telah kita laksanakan di sini. Kemudian salam diubah “Merdeka”, itu diputuskan 31 Agustus, disusunlah jahitan-jahitan warna-warni sampai kepada ucapan salam pun di Indonesiakan. Merdeka ini satu sikap modern, ini hasil dari pada pendidikan. Datanglah Kemerdekaan 17 Agustus 1945, rakyat Indonesia menyampaikan kegembiraannya melalui pemimpin Dwi Tunggal Bung Karno dan Bung Hatta. Dibuatlah semacam pekikan-pekikan semangat itu tadi, salam nasional ‘Merdeka’ dan mengibarkan bendera tidak turun-turun, yang mung kin dilupakan itu padahal belum pernah dicabut. Bangsa yang terdidik mampu memerintah dengan baik dengan seksama baru seumur jagung, 17 Agustus Merdeka, 15 September tentara sekutu sudah turun mendarat di Pelabuhan Tanjung Priok. Bayangkan, pemerintah yang baru berdiri dihadapkan dengan musuh sekali lagi. Bung Karno menyampaikan musuh kita bukan sekutu, musuh kita adalah NICA Belanda, KNIL. Maka bangsa Indonesia bisa memilah-milah, siapa musuh dan siapa bukan musuh. Tugas sekutu adalah memisahkan agar Belanda tidak menjadi pemerintah ketika itu. Namun, apa yang nyata, realita, tidak seperti halnya janji-janji. Maka bangsa Indonesia belahan Timur di Surabaya mengadakan gerakan-gerakan, yang pertama adalah menyobek daripada “biru” yang tertera di “merah putih biru”, di situlah mulai ada gejolak. Kemudian tentara sekutu turun ke Surabaya, penembakan terjadi daripada gencatan senjata, menurut sekutu, rakyat Indonesia memulai tembakan dengan gugurnya Jenderal Mallaby. Rakyat Indonesia, memang kalau itu dikatakan salah karena keluar daripada perjanjian gencatan senjata, tapi ada sebabnya; Sebabnya adalah bangsa Indonesia jeli, melihat siapa NICA dan siapa tentara Inggris. Sekalipun kita bangsa yang kulit seperti ini tapi mampu melihat siapa Vanderplas, siapa Van Mook, siapa tentara Inggris, siapa tentara Gurkha. Maka rakyat Indonesia di Jawa Timur ini LANCANG KUNING: Persembahan tari Lancang Kuning yang ditarikan oleh ustadzah Al-Zaytun