Page 15 - Majalah Berita Indonesia Edisi 100
P. 15
BERITAINDONESIA, Edisi 100 15BERITA UTAMAnannya, bangunan tenun, konstruksi tenun semua dipreteli, lupa akan nilai dasarnya. Masuklah pada demokrasi yang bukan ala Indonesia. Demokrasi yang berjalan hari ini bukan demokrasi Indonesia. Demokrasi Indonesia adalah memilih wakil rakyat, wakil rakyat dipilih, mungkin dalam memilih wakil rakyat ini perlu pembenaran atau perlu penataan-penataan, sehingga tidak terjadi pemilihan wakil rakyat yang kurang senonoh dalam pelaksanaannya. Wakilwakil rakyat inilah yang bermufakat, wakil-wakil rakyat inilah yang akan menentukan apa negara ini berjalan seperti apa, garis besar apa yang harus dijalankan oleh pemerintah. Maka karena seperti itu, wakil-wakil rakyat memilih Presiden. Tentunya, memilih Presiden ada calon, tentunya yang mencalonkan adalah rakyat. Rakyat dicalonkan, dititipkan pada wakil, itulah partai yang mencalonkan. Ini tidak berjalan karena memang dirombak semuanya, sudah tidak lagi memakai dasar-dasar negara yang 5 itu. Satu, politik menjadi seperti itu; Dua, keberagamaan, sampai hari ini bangsa Indonesia belum bisa persatuan Indonesia itu tampil, masih banyak persatuan-persatuan berdasar agama.Kaum cendekia kala awal-awal kemerdekaan dan menjelang kemerdekaan ber satu atas nama Indonesia, hari ini di sana-sini ada cendekia yang dipigu ra, ada cendekiawan A, ada cendekiawan B, dan ada cendekiawan muslim, dan lain-lain, terkotak-kotak. Inikah cende kiawan persatuan Indonesia, tidak mungkin. Siapa yang mengajukan agama sebagai tameng ia akan terkena akibatnya, yakni Indonesia tidak bersatu. Ekonomi kerakyatan, ekonomi koperasi, belum berjalan. Inilah apa sebabnya telah mengurai dari pada tenunan yang telah ditenun oleh pendahulu, dirombak sekian rupa. Maka, mari kita berusaha untuk kembali kepada apa yang digariskan yang nilainya sesungguhnya penuh toleransi dan penuh perdamaian. Moncong senjata tidak diarahkan kepada rakyat. Tentara nasional harus mencintai rakyatnya, Polisi Republik Indonesia harus mencintai rakyatnya. Apapun yang dilakukan rakyat, tidak harus ditembak, apapun yang dilakukan rakyat musti dihadapkan ke hukum, itulah negara hukum. Mestinya moncong senjata itu diarahkan kepada, kalau dahulu Belanda, NICA dan KNIL, sekarang mestinya diarahkan pada pesisir-pesisir laut, di tengah laut sana yang banyak musuh-musuh Indonesia menyelundup. Itulah mestinya senjata diarahkan dan dilengkapi dan disempurnakan dan ditingkatkan kualitas modernisasinya. Selama bangsa Indonesia ini rakyat dianggap musuh kemudian ditembak, susah untuk menjadi bangsa yang maju, lupa kepada hakikat berbangsa dan bernegara. Itulah yang diperingatkan oleh Tuhan Yang Maha Esa melalui Nabi Muhammad tadi. Negara yang sudah tersusun rapi dengan dasar negara yang bagus, dengan Undang-Undang Dasar 45 yang bagus, dirobek-robek, ditarik-tarik sehingga tidak menjadi tenunan yang bisa dibaca: Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, dari mimbar ini, kita menyampaikan pada seluruh kita bangsa Indonesia, mari kita tingkatkan nilai pendidikan kita, pendidikanlah yang bisa merawat jiwa toleransi dan perdamaian. Tanpa pendidikan tidak mampu kita merawat toleransi dan perdamaian. Gapailah pendidikan setinggi-tingginya, sebaik-baiknya, sebanyak-banyaknya. Pendidikan tidak pernah selesai, walaupun pengajaran mungkin bisa selesai. Inilah pesan-pesan, maka pesan selanjutnya wa’tasimu bihablillahi jami’an berpegang teguhlah pada nilai dasar negaramu, Syaykh menafsirkan seperti itu bukan menerjemahkan, jangan kamu robek-robek dasar negaramu, undang-undang dasar negaramu wakunu ibadallahi ikhwana, jadilah persa tuan Indonesia, mengedepan, persatuan Indonesia, mengedepan rakyat yang bersatu. Dan ingatlah kamu pernah di ujung mulut neraka, itulah tahun 45, kita berhadapan hampir-hampir NICA menguasai, tapi kita diselamatkan karena kita memiliki Ketuhanan Yang Maha Esa dan nilainilai dasar. Selamat. Kemudian datang lagi peristiwa-peristiwa, kita masih sadar, namun apakah kesadaran itu sekadar nama, mestinya kaki kita tatkala melangkah ingat dasar kita adalah Tuhan Yang Maha Esa, ingat langkah kita adalah Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, ingat ciptakan Persatuan dalam langkah, ingat semuanya ini adalah Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan, ingat langkah kita mewujudkan suatu Keadilan Sosial. Mengatur agama juga seperti itu, mengatur ekonomi seperti itu, mengatur negara seperti itu, dan sebagainya dan sebagainya. Ingatlah, wakunu ibadallahi ikhwana, jadilah bangsa Indonesia yang bersatu. Maka pesan dari Tuhan Yang Maha Esa Ya ayyatuhan nafsul Muthmainnah wahai bangsa yang berpendidikan dan punya jiwa toleransi dan perdamaian. Jangan lupa kepada negara dan dasar negara dan undang-undang negaramu, dengan sukarela, jangan terpaksa, kalau terpaksa kalian dipaksa oleh sejarah nanti. Jadilah hamba Allah, jadilah bangsa Indonesia yang bersatu tadi fadkhuli jannati masuklah pada negara yang Toto Titi Tentrem Kerto Raharjo ini, Indonesia raya ini. Allah Allahu Akbar Allahu Akbar La ilaha illallah wallahu akbar Allahu Akbar Walillah Ilham. rahmat amin | BERITAINDONESIA