Page 14 - Majalah Berita Indonesia Edisi 100
P. 14


                                    14 BERITAINDONESIA, Edisi 100BERITA UTAMA14sejarah tetap ada walaupun objektivitasnya juga dijunjung tinggi.Sejarah berjalan, negara kita Indonesia sudah lepas daripada UUD 45 dan Pancasila pada 5 tahun perjalanan, kemudian ditambah 4 tahun lagi setelah kemerdekaan, setelah penyerahan kedaulatan kembali pada UUD 45 dan Pancasila tentunya. Dalam hal ini bangsa Indonesia merangkak, Bung Karno terus menjalankan cita-citanya, Bung Karno di dalam kehidupan kepemudaannya adalah pemikir, mempunyai cita-cita menyatukan marxis, nasionalis dan agama di dalam rumah Indonesia raya ini. Sampai kepada Dekrit Presiden, Bung Karno melaksanakan Nasakom, di situlah ada politik dan sebagainya. Ternyata kalau dilihat kembali pada UUD 45 dan kepada dasar negara maka sesungguhnya tenunan sudah mulai ditarik benang-benang yang indahnya, maka terjadilah sebuah peristiwa besar, sejarah mencatat itulah Gerakan 30 September. Berbagai versi keluar, memang begitu wujud sejarah, tidak ada satu versi. Sama dengan Islam, tidak ada yang paling benar, yang paling benar adalah pemilik Islam Sayyiduna As Sohibul Islam. Apalagi membaca sejarah nasional, membaca Islam, tidak ada seorang pun yang berhak mengaku paling benar di dalam Islam, yang paling benar adalah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang menghantarkan itu Islam. Maka Rasulullah dikatakan Sohihul Islam, yang paling benar Islamnya. Kita-kita mengikuti Islam, ribuan tahun setelah ditinggal Rasulullah Muhammad. Tidak mungkin menjadi orang yang paling sholeh. Untuk berjalan menuju sholeh itu adalah usaha. Tampillah setelah pemerintahan Bung Karno, Pak Karno menyerahkan kedaulatan negara ini kepada penggantinya. Sekalipun ketika itu sesungguhnya Bung Karno di-impeach tapi sebelumnya beliau telah menye rahkan kepada Jenderal Soeharto. Jenderal Soeharto menerima, menanggung utang-utang dan membuat hutang-hutang negara. Dalam perjalanan mempunyai tema melaksanakan undang-undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen. Pak Harto, presiden kedua menyusun bagaimana melaksanakan Pancasila, disusunlah ada Penataran, ada macam-macam, kemudian ditinjau dan dibaca oleh banyak hal, banyak pembaca, itu tidak benar. Kemudian diadakanlah reformasi, reformasi yang lepas semua, Undang-Undang Dasar 45 lepas dipreteli, tidak ada lagi Majelis Permusyawaratan Rakyat merupakan lembaga tertinggi, habis. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 tatkala dikeluarkan menyampaikan bahwa untuk mewujudkan nilai dasar yang ke-4 dibentuklah Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai lembaga tertinggi yang punya hak untuk mengangkat presiden dan lain sebagainya. Dari sini mungkin bangsa Indonesia telah menjujut, kalau Bung Karno pernak-perniknya, sekarang banguRAMAH TAMAH: Ramah tamah dan ramah mamah di masyikhoh, Al-Zaytun
                                
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18