Page 35 - Majalah Berita Indonesia Edisi 11
P. 35


                                    (LENTERA)BERITAINDONESIA, 20 April 2006 35bangsa Indonesia, sehingga mampu membawa lembagapendidikan Indonesia ke arah global oriented dalam artisepenuhnya.Dengan tradisi belajar dan mengajar yang sudah cukup tua,sesungguhnya Indonesia mempunyai potensi untuk memanfaatkan globalisasi ini, jauh dari apa yang saat ini diperoleholeh negara tetangga kita Malaysia, yang tak seberapa tahun yanglalu masih mendatangkan guru-guru dari Indonesia. Kini denganupaya intensif, Malaysia sudah dikenal sebagai Center of Excellent, dan telah terjadi ketimpangan antara jumlah mahasiswa/pelajar yang dikirim oleh Indonesia, dengan pelajar/mahasiswayang dikirim oleh Malaysia ke Indonesia.Saat ini hanya kurang lebih 8.000 orang pelajar danmahasiswa Malaysia di seluruh Indonesia, dan institusipendidikan internasional yang terbanyak mendapatkankepercayaan dari Malaysia adalah Al-Zaytun. Sementara jumlahpelajar Indonesia di negeri jiran ini lebih dari 28.000 orang.Kemudian dalam kondisi ini bagaimanakah Indonesiamengambil peran? Inilah pertanyaan yang sering didiskusikantentang upaya-upaya praktis oleh para pelaku didik di Al-Zaytun.Bagi pelaku didik Al-Zaytun, globalisasi disadari sepenuhnyasebagai suatu ancaman bagi kelangsungan kehidupan bangsaIndonesia, namun juga menjadi tantangan dan harapan untukberkiprah di jagat raya, mengukir kebesaran potensi yangdimiliki bangsa Indonesia melalui pendidikan.Beruntunglah bahwa untuk itu semua, Indonesia telahmemiliki Undang Undang Pendidikan baru, yang tentu saja lebihterbuka dan lebih akomodatif untuk segala bentuk inovasi danreformasi pendidikan, sehingga memudahkan pendidik, danpeserta didik memperoleh kesempatan di era globalisasi ini.Masa Lalu: Pengaruh Internasionalpada Pendidikan IndonesiaTidak seperti negara-negara lain, Indonesia mempunyai latarbelakang sejarah pendidikan modern yang berbeda, danmempunyai kekhasan tersendiri, yang sangat memengaruhiperkembangan dan persepsi terhadap globalisasi atau internasionalisasi pendidikan di negeri ini.Malaysia misalnya, walau sempat tertinggal jauh dari Indonesia, tetapi negeri ini mempunyai tradisi pendidikan internasional yang diwariskan oleh penjajah Inggris, yang mempunyaikebiasaan sejarah selalu membawa pelaku-pelaku didik di tengahbangsa yang dijajahnya, walau pada mulanya hanya untukmengakomodasi kepentingannya sendiri. Sehingga di negaranegara jajahannya selalu terdapat lembaga-lembaga pendidikanbertaraf internasional, yang pada gilirannya memengaruhitradisi belajar dan mengajar di negeri jajahannya.Stanford, dan banyak instistusi excellent lainnya telah ada diMalaysia sejak lama, begitu juga St. Stephen College, PresidencyCollege, St. Joseph’s College, St. Xavier’s, Christian Medical College, CMC Vellore, Isabella Thoburn College dan banyak lagiinstitusi ternama, terdapat di India sejak lama, tempat sebagianbesar elite negeri ini belajar, banyak lagi di Pakistan danBangladesh, serta negara-negara jajahan Inggris lainnya.Berbeda dengan negara-negara tersebut di atas, Indonesiamempunyai latar belakang sejarah pendidikan yang amat unik,yang sekalipun pendidikan modern sudah merambah sedemikian luasnya, tetapi akar pendidikan Indonesia, yakni“pesantren”, masih tetap berdiri kokoh dan memberikankontribusi aktif bahkan lebih dibanding dengan apa yang disebutsebagai lembaga pendidikan modern (Baca artikel Syaykh AlZaytun pada Berita Indonesia Edisi 09 dan 10).Sedangkan pendidikan modern baru diperkenalkan olehtingkat sarjana ataupun pascasarjana. Hal ini disebabkan mutupendidikan di negeri ini terus dan terus menurun, juga masihsaja kekurangan fasilitas, termasuk di dalamnya kurangnyafasilitas komputer dan akses internet, dan alat bantu modernlain yang dibutuhkan.Kekurangan tersebut tidak saja monopoli lembaga-lembagapendidikan tinggi daerah, baik milik pemerintah maupun swasta,tetapi juga berlaku pada lembaga pendidikan di kota-kota besar.Hanya sedikit saja di antaranya yang memiliki kemapananberupa kecukupan alat bantu modern. Mereka masih belummampu menarik minat masyarakat menengah atas, karenaberbagai sebab, di antaranya adalah kurangnya tenaga pengajarinternasional, diragukannya pengakuan internasional, dankurikulum yang masih mengacu pada aturan lama yang tidakseiring dengan permintaan internasional. Bagaimanapun sampaisaat ini lembaga pendidikan Indonesia, masih belum mampubersaing dalam kompetisi internasional yang amat ketat di eraglobalisasi ini.Kebijakan pemerintah tentang pendidikan yang bukanmenjadi prioritas utama dalam pembangunan menyebabkandunia pendidikan Indonesia tertinggal jauh secara kualitas.Anggaran pendidikan yang minim, profesionalitas tenagapengajar yang rendah, sarana dan prasarana yang tidak memadaimembuat Indonesia semakin tertinggal jauh.Secara ekstern, pengaruh kemajuan teknologi informasi dankomunikasi yang pesat yang sangat dibutuhkan dalam duniapendidikan dengan dunia industri terutama yang berkaitandengan informasi dan teknologi komunikasi belum mampudiikuti dengan cermat oleh bangsa Indonesia. Persaingankualitas output pendidikan merupakan indikator yang jelas akanlemahnya output yang dihasilkan oleh Indonesia. Untuk itukehandalan sense of entrepreneurship para pimpinan dantenaga-tenaga manajemen pendidikan sangat dibutuhkan olehDAN PENDIDIKAN:BAGI INDONESIA?
                                
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39