Page 51 - Majalah Berita Indonesia Edisi 14
P. 51
BERITAINDONESIA, 1 Juni 2006 51BERITA PROFILmerasa nyaman dan tidak ragu-raguberorganisasi dalam partai. Dengan garisperjuangan itu pula, setiap kader akanmengetahui apa yang akan dilakukan danapa yang akan dikerjakan.Golkar Pilihan TerakhirSetelah memikirkan dan menghitunghitung berbagai wadah perjuangan yangakan digunakannya, akhirnya ia memilihpartai politik dan ormas. ”Kita harusmenyalurkan kritik-kritik itu secarakontitusional serta konstruktif, dan itubisa kita lakukan di partai politik,” kataayahSekar W. Wiridiana (13 tahun), Anantama Kurnia Buana (10 tahun), AuliaSena Adipraja (5 tahun), dan TatyaAnindya Ruci (3 tahun) ini.Namun setelah memilih partai politikdan ormas sebagai wadah perjuangan,perenungannya tidaklah berarti sudahselesai. Permasalahan yang munculkemudian, partai politik mana yang harusdipilihnya. Ini sedikit membingungkanbagi Bejo Rudiantoro di tengah-tengahbanyaknya partai politik pasca reformasidi Indonesia.Jika bertitik tolak dari garis politikkeluarga, peraih gelar insiniur tahun1990 ini, seharusnya langsung memilih Partai Golkar. Karena, sangayah merupakan kader tulen Golkardan pendiri Sekretariat BersamaGolkar Purworejo, bahkan pernahmenjadi anggota DPRD KabupatenPurworejo. “Namun ayah saya memberi kebebasan bagi setiap anakanaknya untuk memilih garis politikyang diinginkan masing-masing.Jadi saya tetap dituntut untuk memilih yang terbaik bagi saya,” katanya sembari menyatakan bahwadiam-diam ayahnya tetap berharapRudiantoro memilih Partai Golkar.Setelah mempelajari dan membandingkan satu persatu partaipolitik yang sempat dinominasikannya, ia menyimpulkan bahwa iaharus memilih partai politik yangtidak membeda-bedakan kadernya.“Saya melihat, kalau bukan ‘darahbiru’ di Nahdatul Ulama, kemungkinan besar tidak akan dapat menjaditokoh sentral di PKB. Demikian jugadengan PAN, kalau bukan anggotaMuhammadiyah sangat sulit menjaditokoh utama PAN. Kalau bukanaktivis-aktivis di Masjid, sangat sulitmenjadi pimpinan di Partai KeadilanSejahterah (PKS),” tutur DirekturUtama PT. Juang Jaya Nusantara ini. “Sebelum memilih Partai Golkar,saya sempat bersinggungan lebih dahuludengan partai-partai lain. Dalam arti,berkomunikasi dengan kader-kadermereka, baik kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), PartaiAmanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan termasukPartai Golkar,” katanya dengan mengakuibahwa garis perjuangan dan platformPartai Golkar sejalan dengan garis perjuangannya.Partai Golkar merupakan partai nasionalis yang memungkinkan semuakomponen-komponen anak bangsa bisaberkompetisi dengan sehat, berkarya danberkarir di situ. “Saya tidak melihat adaiklim seperti ini di partai-partai lain,”tandas peraih Magister Managementtahun 1997 tersebut.Perpolitikan Nasionaldan Kader PartaiMenyikapi sikap skeptis masyarakatterhadap politik dan orang-orang yangbekerja di dalamnya, Wakil SekretarisJenderal Dewan Pimpinan Pusat Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (DPP OrmasMKGR) ini menyatakan, stigma itu akanterus melekat sepanjang perilaku parapolitisi berjuang untuk kepentingannyasendiri. Itu jugalah yang mempengaruhiburuknya iklim perpolitikan nasional.“Untuk mengubah stigma yang menganggap politik sebagai sesuatu yang kotor,maka perilaku para politisi yang mendahulukan kepentingan pribadi, golongan, dan kelompok harus berubah,”tutur Direktur PT. Alamjaya MakmurSejahtera yang bergerak di bidang Oil &Gas Services dan Information Technologi ini.Dalam melakoni peran, para politisiseharusnya mendahulukan kepentinganbangsa dan negara di atas kepentinganpribadi, golongan, dan kelompok. Kepentingan bangsa dan negara seharusnyamenjadi garis perjuangan bagi semuapartai politik dan kader-kadernya. Olehkarena itu, setiap kader partai politikharus berani mengkritisi partainya jikamenempuh garis kebijakan yang berbedadari platform kepentingan bangsa dannegara.“Sebagai contoh, saya memang anggotaPartai Golkar, tetapi partai saya yangsesungguhnya adalah partai Indonesia. Golkar bagi saya bukan tujuantetapi merupakan kendaraan untukmeraih tujuan-tujuan bersama, yangtidak terlepas dari kepentinganbangsa dan negara,” tutur SekretarisJenderal (Plt) Dewan PimpinanGenerasi Muda Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah Gotong Royong(DPP GEMA Ormas MKGR) ini.Stigma politik yang kotor, menurutDirektur Utama PT. Surya LanggengSejahtera yang bergerak di sektorperkebunan ini, berkaitan erat dengan kualitas sumber daya kaderpartai politik. ”Jadi permasalahanpokoknya adalah bagaimana sebaiknya partai politik membangun kaderkadernya,” tuturnya. Lebih jauh Anggota Dewan pakarICMI Bidang Pengembangan Prasarana Wilayah ini menjelaskan,ujung tombak dan kader-kader partaipolitik akan menjadi penentu citrapartai menjadi baik atau buruk.Partai Politik akan mendapat penilaian yang baik dari masyarakat bilakader-kadernya berperilaku baik.”Ini menjadi tanggung jawab yangbesar bagi partai politik dalam membangun sistem dan mekanisme rekruitmen kader yang sehat, sehinggamampu mendorong kinerja perpolitikan nasional yang lebih baik,”tandasnya. ■BIODATA BIODATA BIODATANama : Ir. Bejo Rudiantoro, MMTmp Tgl/Lahir : Purworejo, 6 Juli 1966Agama : IslamKeluarga :Istri : Drg. Tjatur Indah UmaraAnak:1. Sekar W. Wiridiana (13 tahun)2. Anantama Kurnia Buana (10 tahun)3. Aulia Sena Adipraja (5 tahun)4. Tatya Anindya Ruci (3 tahun)Pendidikan:1. S1 Menejemen Kehutanan Universitas GajahMada Yogyakarta 19902. S2 Magister Management STIE - IPWI Jakarta 1997Aktivitas:1992-Sekarang, Dirut PT. Juang Jaya Nusantara(Konsultan Management) • 2003-Sekarang, DirekturPT. Alamjaya Makmur Sejahtera (Oil & Gas Services,IT) • 2004-Sekarang, Dirut PT. Surya LanggengSejahtera (Perkebunan)Organisasi:2000-Sekarang, Pimpinan Yayasan Pelita Bangsa•2003-2005, Anggota Pokja Hukum, HAM, danLingkungan Hidup DPP Partai Golkar • 2005-Sekarang,Wakil Sekjend DPP Ormas MKGR • 2005-Sekarang,Sekjend (Plt) DPP GEMA Ormas MKGR • 2005-Sekarang, Wakil Ketua Badan Informasi & Komunikasi(BIK) DPP Partai Golkar • 2006-Sekarang, AnggotaDewan Pakar ICMI Bidang Pengembangan PrasaranaWilayah