Page 29 - Majalah Berita Indonesia Edisi 15
P. 29
(BERITA KHAS)BERITAINDONESIA, 15 Juni 2006 29motor Rp 242 miliar.“Premi korporasi diperolah Jasindodari hasil tender dan kontes kecantikanyang diselenggarakan perusahaan-perusahaan besar, antara lain perusahaantelekomunikasi, penerbangan, pupuk, semen, dan minyak,” kata Bambang.Sedangkan perolehan premi Jasindosampai Februari 2006 mencapai Rp 604miliar atau 26% dari target. Peraihanpremi tersebut naik 19% dari periode yangsama, Februari 2005 yaitu sebesar Rp 507miliar. Premi terbesar, Rp 239 miliar,diperolah dari asuransi kebakaran, danRp 184 miliar dari asuransi minyakmentah dan gas. “Kami optimis bisamencapai target yang telah ditetapkanoleh pemegang saham,” kata Bambang.Menurut Herman Munir, DirekturOperasi Ritel, Jasindo tahun ini punyatarget untuk membukukan premi senilaiRp 2,2 triliun, meningkat 30% dibandingkan target premi tahun 2005 sebesar Rp1,7 triliun. Kenaikan target tersebutmengingat pencapaian kinerja tahun2005 yang cukup baik serta kondisipertumbuhan pasar asuransi yang masihkondusif.Dari target tersebut, tambah Herman,24%-nya atau sebesar Rp 532 miliar,berasal dari premi ritel. Untuk mencapaitarget tersebut, strategi yang dipersiapkan, antara lain, diversifikasi produk,menambah jumlah agen penjualan dankantor cabang.”“Sampai saat ini kamisudah mempunyai 80 kantor cabang diseluruh Indoensia,” kata Herman. Jasindo masih berencana membuka beberapa kantor cabang lagi di kota-kotabesar.Harus ProfesionalTak ada lagi monopoli yang bisa dinikmati oleh Jasindo, kecuali berjuangsecara profesional, demikian menurutKepala Humas Dewi Oedjiastuti. Dewimengibaratkan Jasindo dengan ayamkampung yang disuruh cari makan sendiri. Artinya, meski selaku BUMN, Jasindo tidak mendapat fasilitas atau hakSejauhmana Anda melihat bisnisasuransi saat ini?Bisnis industri asuransi di Indonesiaakan terus berkembang. Buktinya, ketikaterjadi krisis pertengahan tahun 1997sampai 2000-an, dan di saat industrilain, termasuk perbankan, terpuruk,industri asuransi tetap survive. Apalagisekarang. Laju inflasi dan tingkat sukubunga cukup tinggi. Ini tentu akanmenghambat ekspansi perbankan danorang melirik asuransi. Tetapi, semua itutidak seberat pada tahun 1998-1999,ketika nilai satu dolar AS bergerak dariRp 2.000 sampai Rp15.000.Tahun 2006 ini, peluang bisnis asuransi, khususnya asuransi jiwa, tetapterbuka. Cukup mengejutkan. Asuransijiwa tumbuh sebagai the top premium,rata-rata 35% sampai 40%. Meskipundengan laju inflasi dan tingkat sukubunga yang tinggi, asuransi tetap tumbuh, paling tidak sampai 25%.Idealnya jumlah penduduk yangmemiliki polis asuransi?Itu tergantung dari kemajuan suatunegara. Kalau rasio pemegang polis diJepang di atas 100%. Rata-rata setiap orang mungkin mempunyai polis lebih darisatu. Misalnya, penduduk Jepang sekarang 150 juta orang, mungkin pemegang polisnya sampai 200-300 juta.Untuk menuju seperti itu, kini kamisedang mempersiapkan bentuk asosiasi,seperti Biro Mediasi.Bagi nasabah yang kurang puas dengan pelayanan asuransi terutama masalah klaimnya, bisa dibawa ke BiroMediasi dan gratis. Artinya, kalau tertanggung kalah di Biro Mediasi, bisamaju ke arbitrase maupun ke pengadilannegeri. Namun, sekali Biro Mediasimemutuskan klaim harus dibayar, makaperusahaan asuransi harus membayar.Apa sebenarnya fungsi Biro Mediasi?Biro Mediasi ini dibuat sebagai mediator antara perusahaan asuransi dengantertanggung, manakala terjadi sengketadalam hal mengenai klaim, misalnya.Jadi, dengan adanya Biro Mediasi inidiharapkan dapat menjembatani pemegang polis yang kecil yang tidak beranimengajukan kasusnya ke pengadilankarena keterbatasan biaya, dengan perusahaan asuransi yang bermasalah. BiroMediasi semacam ini sudah ada dinegara lain, seperti Jepang, Malaysiadan Amerika. Jadi, Biro Mediasi bukanhanya sebagai Lembaga PengaduanKonsumen Asuransi saja. Melainkan,bisa menyelesaikan kasus yang terjadi.Meskipun biro mediasi dibentuk olehorang-orang yang bekerja di lembagakeuangan, namun biro mediasi ini statusnya berada di dalam asosiasi. ■ RI, SHDirektur Asuransi DJLK: Firdaus DjaelaniLembaga PenjaminUntuk Bisnis AsuransiTidak hanya deposan bank yang butuh lembaga penjaminan,tetapi juga industri asuransi. Usaha ini juga rawan ancamankebangkrutan. Karena itu, kata Firdaus, agar nasabah tidakmenderita rugi perlu ada penjaminan, sehingga kepercayaanmereka tidak hilang pada industri dan bisnis asuransi.Firdaus menyampaikan pandangannya tentang perlunya menumbuhkan industri asuransi demi menjamin masa depan. Berikutini kutipan wawancaranya dengan Samsuri dari Berita Indonesia.monopoli.“Tidak seperti yang dituduhkan bahwaJasindo memegang hak monopoli,” kataDewi. Diakui oleh Dewi bahwa sebagaiBUMN Jasindo, di era 1990-an, pernahmemperoleh fasilitas dari pemerintah,tetapi sifatnya sangat terbatas. Sekarangeranya sudah berbeda, Jasindo harusberjuang keras di dalam kompetisi, danberusaha memenangkan persaingan baiksesama asuransi BUMN maupun denganasuransi swasta. Ini dibuktikan olehJasindo, karena sejak 2001 sampai 2004selalu meraih predikat the best, minimaldi peringkat dua dari 10 besar asuransi diIndonesia.Apa strategi yang dikembangkan Jasindo agar tetap survive? Kata Dewi,produk-produk asuransi Jasindo diupayakan dekat dan sesuai dengan keinginannasabah. Asuransi semakin prospektif dandiminati masyarakat, semakin berkembang. “Tanpa monopoli, Jasindo mampubersaing dan memenangkan persainganitu,” kata Dewi.■ RI, SH

