Page 32 - Majalah Berita Indonesia Edisi 15
P. 32
32 BERITAINDONESIA, 22 Juni 2006BERITA EKONOMIHal itu dipicu oleh dua hal.Pertama, terkait pernyataanPresiden Susilo BambangYudhoyono di hadapan parabankir yang sedangberkumpul dalam KongresXVI Perbanas, di Jakarta. Dan kedua,penurunan suku bunga Bank Indonesia(BI rate) 25 basis poin menjadi 12,50%yang menimbulkan optimisme menuju kearah single digit.Presiden, pada Selasa (9/5) tegas-tegasberpesan agar para bankir membebaskandiri dari intervensi serta tidak mendengarkan pihak-pihak lain yang inginmencampuri keputusan yang keluar darilogika bisnis.Kata Presiden, sebagaimana ditulisBisnis Indonesia (10/5), pengambilankeputusan dalam bisnis yang diawalidengan penilaian bisnis adalah bagiandari kewajiban profesional bankir. Apabilameleset jangan serta merta dianggapsebagai korupsi yang harus diadili. Presiden juga memastikan tidak semua kreditmacet terindikasi korupsi.Pernyataan bernada pembelaan terhadap sepakterjang para bankir kontandisambut tepuk tanganmeriah oleh para praktisiperbankan yang hadir.Sebab, sangat melegakanterutama bagi bankir pelat merah milik pemerintah. Mengingat kasusyang pernah menimpamantan Dirut Bank Mandiri, E. C. W. neloe. Mereka menilai kredit macetadalah sebuah risiko bisnis yang pasti dialamisemua bank.Dirut Bank Mandiri,Agus Martowardoyo, misalnya, menyebutkan adabeberapa faktor yang menyebabkan sebuah kreditmacet. Salah satunya kondisi makro ekonomi yang menyebabkansektor usaha secara keseluruhan mandek.Akibatnya kemampuan membayar cicilankredit tersendat.“Pernyataan Presiden ini melegakankami dari ketakutan karena generalisasitindakan korupsi dalam pencairan kredit.Saya rasa pernyataan ini juga pentinguntuk memberi kepastian perbankandalam menjalankanfungsi intermediasinya,”kata Agus kepada MediaIndonesia.Ditanggapi BeragamBank Indonesia limabulan lalu menerapkansuku bunga tinggi 12,75%sebelum akhirnya turunsedikit 25 basis poin. Penurunan ditanggapi beragam oleh sejumlahpihak.Menteri Perindustrian,Fahmi Idris, menyebutpenurunan ini bukan sesuatu yang luar biasa. Iamengidealkan suku bungaBI pada kisaran satu digitsupaya sektor riil bisa bergairah danperbankan bisa mengucurkan kredit.“Penurunan ini tidak signifikan sebabbunga perbankan masih tetap tinggi.Idealnya suku bunga cukup satudigit agar sektor riil bisa bergairah kembali,” kata Fahmi,kepada Bisnis Indonesia (11/5).Sejumlah praktisi perbankanyang dihubungi Investor Daily(11/5) sepakat BI rate masih bisadiselonjorkan turun lagi 2,5-3,5persen hingga tiba di level ideal9-10%. Mereka beralasan selisihsuku bunga antara bank sentralAS (The Fed) dengan BI rate yangsaat ini 7,5%, bisa dikurangihingga 4-5% tanpa perlu khawatir terjadi pelarian modal.Para narasumber yang dihubungi, Kepala Danareksa Research Institute Purbaya YudhiSadewa, Head of Preferred Banking Bank Permata Fendi Susiyanto, Chief Economist Bank International Indonesia (BII) Ferry Latuhilin, Kepala Riset BankBNI Mangasa Sipahutar, sertaDirektur Treasury Bank LippoTbk Gottfried Tampubolon.Mereka memastikan danadana asing yang masuk Indonesia tidak lagi sensitif terhadappenurunan suku bunga. Bahkan, komposisi dana-dana asing dalam portofolioinvestasi di Indonesia sangat bagusbanyak yang diarahkan ke instrumenjangka panjang.Terkait penurunan BI rate LembagaPenjaminan Simpanan (LPS) mengisyaratkan pula menurunkan suku bungapenjaminan 50 basis poin, menjadi 12%.Suku bunga LPS adalah acuan bagi perbankan dalam menentukan suku bungasimpanan.Saat ini bunga penjaminan dalam rupiah 12,5%, dalam dollar AS 4,75%. Parabankir papan atas memastikan jika sukubunga penjaminan turun ke level 12%,mereka akan segera me-review sukubunga simpanan maupun kreditnya.Mereka, antara lain Kepala EksekutifLPS Krisna Wijaya, Direktur Penjaminan dan Manajemen Risiko LPS FirdausDjaelani, Dirut Bank Lippo Jos Luhukay,Presdir Bank Mega Yungki Setiawan,Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, danPresdir Bank Niaga Peter B Stok mengungkapkan kepada Investor Daily. Saatini bunga deposito bank-bank besarberkisar 8-10% sementara bunga kreditberkisar 17-19%. ■ HT/AMBankir Pelat Merah Tak Usah TakutGottfried TampubolonSektor perbankan mendominasipemberitaan rubrik ekonomi disejumlah media massa selamaMei 2006.E. C. W. Neloe