Page 60 - Majalah Berita Indonesia Edisi 17
P. 60


                                    BERITAINDONESIA, 27 Juli 2006 61(BERITA HUMANIORA)Marlina, gadis asal Aceh yangterkena peluru nyasar dikepalanya, juga Ardiansyahnelayan muda penderita tumorpada batang otaknya hingga mengalamikelumpuhan dari batas leher ke bawah,akhirnya berhasil menjalani operasi otakdan bisa merasakan fasilitas pengobatandi rumah sakit. Berkat bantuan dariYayasan Otak Indonesia bekerjasamadengan Rumah Sakit Siloam Gleaneagles,kini keduanya sehat seperti sediakala.Marlina bisa melanjutkan sekolahnyadan Ardiansyah bisa kembali bekerjasebagai nelayan.Namun, tidak banyak orang yangseberuntung Marlina dan Ardiansyah.Tingginya biaya pengobatan untuk penyakit dan gangguan otak, tidak semuapenderita terutama dari keluarga kurangmampu, bisa mendapatkan pelayananrumah sakit. “Kami prihatin, kasuspenyakit otak di Indonesia ternyatalumayan banyak. Sayangnya, para penderita sering terbentur pendanaan,” kataDewi T Mallarangeng, Ketua YayasanOtak Indonesia.Tingginya pendanaan ini karena kebanyakan pengobatan penyakit otakharus melalui operasi dengan biaya yangtidak ringan. Apalagi jumlah rumah sakitdan tim medis bedah sarafnya juga masihsedikit. Alasan itulah kemudian yangdipakai Dewi untuk menjembatani mereka yang tidak mampu mendapatkanakses rumah sakit dan dokter spesialis.Melihat betapa kompleksnya penyakitotak ini, Rumah Sakit Siloam Gleaneagles, yang notabene telah memiliki unitlayanan bedah saraf dengan peralatanlengkap dan tenaga ahli yang kredibilitasnya telah teruji ini kemudianmendirikan yayasan khusus bagi penderita penyakit otak. Yayasan yangdimotori Dewi Mallarangeng dan JessyQuantero ini memberikan pelayanangratis bagi penderita penyakit otak yangtidak mampu. Seluruh biaya operasi danpengobatan hingga sembuh, ditanggungoleh Yayasan Otak Indonesia.Tak Mudah Menggalang DanaTingginya biaya pengobatan, mendorong pengurus yayasan untuk terusberupaya menggalang dana. Sebab menurut Dewi, yayasan mesti siap denganYayasan Otak IndonesiaSemakin tingginya kasus penyakit otak, membuat banyak kalanganprihatin. Apalagi para penderita banyak dari keluarga kurangmampu. Padahal biaya yang harus dikeluarkan untukpenyembuhan tidak sedikit. Yayasan Otak Indonesia berupayameringankan beban mereka.BERITA HUMANIORABantu Ringankan Beban Penderitadana Rp. 25 juta hingga Rp. 45 juta untuksekali operasi satu pasien. “Bahkanterkadang yayasan terpaksa mengeluarkan dana ratusan juta untuk pasienyang ternyata harus lebih lama berada diruang perawatan intensif,” lanjutnya.Sementara itu, diakui Dewi, bahwamenggalang donatur tidaklah mudah.Apalagi mencari seorang dermawan yangbersedia menanggung seluruh biayaoperasi. Sebab berdasarkan pengalaman,biaya operasi bisa lebih membengkak jikapasien lebih lama berada di ruangperawatan.Namun, karena sejak awal yayasan inisudah bekerjasama dengan Rumah SakitSiloam Gleneagles, maka perannya taklepas dari rumah sakit ini khususnyauntuk melayani bedah saraf. Dari segilayanan, rumah sakit sepakat untuk tidakmembedakan jenis pertolongan medisbagi mereka yang mampu secara finansialmaupun yang tidak. Untuk tenaga medis(dokter)nya gratis, sedangkan biaya obatdan peralatan serta fasilitas perawatanlainnya termasuk perawatan intensifdengan harga khusus.Hingga kini, yayasan telah membantu150 pasien operasi otak dengan biayasekitar Rp. 1,6 miliar. Penderita yang bisamendapat bantuan yayasan ini adalahpasien yang memerlukan operasi otakdengan kriteria tumor jinak, kelainanpembuluh darah, kelainan bawaan, strokeyang dari analis medis masih dapatdiselamatkan dan tumor ganas. Penderita cukup mendaftar di Yayasan OtakIndonesia yang menempati salah satulantai Rumah Sakit Gleneagles LippoPasien operasi otak Karawaci. ■ AD/WSDewi Mallarangeng, Ketua Yayasan Otak Indonesia
                                
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64