Page 24 - Majalah Berita Indonesia Edisi 21
P. 24


                                    24 BERITAINDONESIA, 21 September 2006BERITA UTAMAseperti ini? Lapindo Brantas, lain lagi ceritanya. Lapindo itu kebetulan perusahaannya Ical (Aburizal Bakrie dari Golkar). Karena ini perusahaan Ical, maka tanggungjawab disuruh pada perusahaan itu sendiri.Soal Icalnya rugi, tidak ada persoalan samakita. Risikonya memang pada perusahaantersebut. Tetapi yang rugi rakyatnya. Rakyat yang rugi apakah diserahkan pada perusahaan saja, tentunya harus ditangani pemerintah. Seharusnya pemerintah turuntangan, tidak bisa dilepaskan, tidak bisatanggungjawab pemetintahan hanya dengan mengejar siapa yang salah, dan diproses secara hukum.Dalam hal ini apakah harus adatanggungjawab pemerintah kepadarakyat?Iya, maksud saya, itu ketika rakyat sengsara, ketika itu pemerintah harus turun,jangan di pemerintahan ini tidak beraniturun karena dianggap membela Ical yangnotabene adalah orang Golkar. Itu laindan dipisahkan itu. Bahwa Ical akanmenanggung kerugian tidak masalah buatkita. Tetapi rakyat jangan dibiarkan, perludiatasi. Dan lebih gamang lagi, jikalumpur itu dibuang ke laut tidak beraniberhadapan dengan nelayan. Bila dibendung akan berhadapan dengan rakyatsekitarnya, kini sudah berembes dantanggulnya akan bobol lagi. Tidak bolehtidak ada tindakan, dibiarkan menggunung terus menerus. Jadi, kalau dibendung tidak ada habisnya, harus ada pemecahan, misalnya dibom seperti di Cina.Pemerintah Cina berani, karena itu terjadidi kawasan yang tidak berpenduduk. Jadidimasukkan dinamit atau bom ke dalamdan diledakkan. Tapi kalau dibom bisasaja Surabaya yang ambrul… ha… ha… ha!Dan kalau kondisi ini tidak diperbaiki?Kalau terus menerus seperti ini, tidakdiperbaiki, yang di bawah bisa kehilangankesabaran. PHK terus berjalan, orang carikerjaan susah, tapi Mall muncul terus Itukarena apa? Karena liberalisasi ekonomi.Dulu dibatasi, tapi sekarang dibiarkan.Komoditi pertanian kita semuanya anjlok,tidak mampu berhadapan dengan komoditi pertanian yang datang dari luar.Sewaktu saya jadi menteri, harga guladalam negeri Rp 3.500-Rp 4.000 per kilogram, sedangkan gula dari Thailand hanyaRp 1.800 per kilogram. Thailand tidak maugulanya dijual ke pasarnya sendiri. Pemerintah membeli gula rakyat supaya hargagula di sana tidak anjlok. Setelah dibeli olehpemerintah, dijual keluar karena pemerintahnya punya duit. Dia jual keluar denganharga murah untuk menjaga kepentinganpetani. Jepang juga melakukan hal sepertiitu. Kalau mengimpor, Jepang menaikkanpenjualan di pasar lokal sampai 300 persenuntuk memproteksi petani-petaninya. Kitatidak. Beras mau diimpor dan dijual dipasar lokal dengan harga yang jauh lebihmurah, sehingga harga jual beras petanijatuh. Ini berbahaya, karena petani lamakelamaan tidak mau menanam padi.Mestinya para petani dilindungi. Apa kitaingin membangun harga murah atau petanitetap hidup layak? Jadi harus ada keseimbangan, komoditi rakyat yang menguasaihajat hidup orang banyak harus diproteksioleh pemerintah.Kita, sebagai anggota, terikatpada ketentuan WTO yang tidakmemberikan proteksi?Tapi mengapa orang lain boleh. Amerika boleh, Jepang boleh. Kenapa begitu?Karena kita lemah, itu persoalannya.Kita harus punya keberanian untukmelindungi komoditi rakyat. Apa Andaingat, tebu ditebang ditaruh ke tengahjalan, karena harga gula anjlok. Coba,padi, tembakau dan komoditi-komoditilainnya diperlakukan seperti itu. Makanyasekarang, SOKSI melakukan dua gerakan,jangan hanya membikin pernyataanpolitik. Tetapi juga melakukan pengaderan kebangsaan dan gerakan pemberdayaan ekonomi rakyat. Bukan hanyaterbatas pada anggota SOKSI dan pendukung Golkar, tetapi seluruh anggotamasyarakat. Misalnya, di Palu kita mengirim Koperasi Mitra. Lewat Walikotanya, membantu 400 KK, walikotanyamengalokasikan anggaran Rp 400 jutauntuk budidaya rumput laut. Bisnisnyadikelola oleh Koperasi Mitra. Dalamwaktu 45 hari mereka panen, pinjamankepada Pemkot dikembalikan dalamempat kali cicilan. Dana itu kemudiandigulirkan lagi kepada 400 KK berikutnya.Begitu seterusnya. Nanti kita kembangkanlagi di sektor penggemukan sapi, perkebunan jarak, dan lain-lain. Seperti inilahkita mengembangkan ekonomi rakyat.Jadi SOKSI tidak sekadar jual kecap.Kita tidak cari posisi politik, Saya bahkan diminta untuk menyelesaikan gagasan ini. Jadi tidak memikirkan posisimenteri. Kenapa? Nantinya akan repotsehubungan dengan posisi di SOKSI danGolkar. Saya memang merasakan adanyamisi yang mulia. Tetapi itu hanya butirkecil saja dari gagasan lain yang secarakontekstual harus menjadi gerakan nasional. Malaysia punya visi dan misi sampai2020. Kita punya apa?Sekarang, baru disusun rencana pembangunan jangka panjang, tapi itu kandibikin pemerintah. Dulu kita punyaGBHN, sekarang tidak ada lagi. Programnya semakin tidak jelas. Nanti bergantiPresiden, bikin lagi yang lain. GantiPresiden, ganti pula programnya. Lantasjangka panjangnya mana? Saya sudahmeminta Lemhanas, UI dan UGM, cobaini dipikirkan. Dulu Pak Harto (Presiden),punya konsep melalui seminar AngkatanDarat I dan II. Dua kali seminar melahirkan Akselerasi Pembangunan 25 Tahundan itu konsekuen dia laksanakan. Dulubanyak orang mengatakan floating mass(massa mengambang) itu tidak cocok,sekarang ternyata benar. Setelah massamengambang kita copot, para pendukungpartai-partai di bawah gontok-gontokansesama kita. Mana kepikiran lagi untukmemperbaiki nasib petani atau yang lainlain. Sekarang, yang dipikirkan bagaimana memenangkan Pilkada, Pemilu danPemilihan Presiden. Masa’ itu terus yangkita jadikan agenda. „ AM, CRS, SH
                                
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28