Page 59 - Majalah Berita Indonesia Edisi 26
P. 59
BERITAINDONESIA, 07 Desember 2006 59LINTAS TAJUKDilemaKehadiranBushBegitu pula dengan nasib para sopirangkot. Dan mereka memilih tidak menarik becak karena pengalihan rute jugasemakin membuat semua jalan macet.“Dalam hubungan persahabatan, diantara dua negara, lazim berlaku prinsiptimbal balik. Sesuatu diminta, sesuatupula diberikan. Begitu pula sebaliknya.Dengan pengorbanan yang ditanggungmasyarakat Bogor, sudah semestinya apayang kita dapatkan dari kunjungan Presiden Bush yang popularitasnya sudahmemudar itu bukan sesuatu yang sepele.”Demikian sindir Koran Tempo.Surat kabar Bisnis Indonesia (10/11) melukiskan Bush dengan judul tajuk: Presiden yang Malang. Barangkali ini cap yangpas untuk Bush. Tulis BI, nyatalah bahwadia tak disukai di luar negeri dan negaranyasendiri. “Hal itu bisa dibuktikan bagaimanakuatnya kontroversi di negara kita terkaitkedatangannya ke Indonesia.”BI juga mengulas penolakan terhadapBush di negerinya sendiri. Rakyat ASmenolak pemimpinnya sendiri. Hal itu bisadibuktikan dengan kemenangan PartaiDemokrat pada pemilihan anggota Senatdan Kongres belum lama ini. Hasil Pemilusela tersebut mengakhiri dominasi PartaiRepublik selama 12 tahun terakhir. Bushsekarang tak punya pilihan, kecuali bersikapakomodatif terhadap Kongres yang baru.Karena itu, BI memperkirakan politikluar negeri AS menyangkut Irak, konflikArab Israel, Iran, Afghanistan, kemungkinan berubah. Bagaimana Indonesiamenyikapi perkembangan yang terjadi?Kondisi itu dapat mempengaruhi pertemuan Bush dan SBY.Sedangkan Harian Indo Pos menulistajuk: Pro Kontra Kunjungan Bush (16/11). Harian ini mengulas kunjungan Bushke Indonesia yang terus memicu prokontra. “Elemen-elemen yang masyarakatdan ormas banyak yang menggelar unjukrasa untuk menentang kunjungan tersebut,” tulis IP. Namun pemerintah tetappada pendiriannya yakni menerima kunjungan Presiden AS tersebut yang kebijakan-kebijakan luar negerinya banyakyang tidak populer serta merugikansejumlah negara berkembang.IP mengajukan pertanyaan: Bagaimana seharusnya kita menyikapi kunjungan tersebut? Pertanyaan ini dijawabsendiri oleh IP, Presiden SBY punya hakprerogatif untuk menerima atau tidakmenerima calon tamunya. Memang bagibanyak rakyat di negara yang dikangkangiAS, cara-cara Bush menjalankan kebijakan luar negerinya melanggar etikahubungan antarnegara yang berdaulat.“Pada prespektif itulah makna yang harusdipahami dari banyaknya elemen masyarakat dan ormas di tanah air yangmenentang kunjungan Bush ke Indonesia,” tulis IP.Koran ini mengingatkan, bagi pemerintah, khususnya Presiden SBY yangakan bertemu dan berbicara dengan Bush,banyaknya aksi penolakan terhadapkunjungan Bush harus diartikulasikansebagai aspirasi rakyat Indonesia yangmeminta perbaikan hubungan JakartaWashington yang lebih adil, bermartabat,serta menghormati kedaulatan negaradan bangsa Indonesia. SB,SHverdosis untuk Bush,” inijudul tajuk harian Media Indonesia, (8/11). MI membukatajuknya dengan serangkaiankalimat cukup keras: “Bangsa ini sesungguhnya belum merdeka dalam mentalitas. Ketika berhadapan dengan bangsa-bangsa adidaya, kita seperti bangsayang tidak berdaya sama sekali. Inferioritas itu tercermin jelas dalam persiapanmenerima kedatangan Presiden GeorgeW. Bush dari Amerika Serikat. Demiseorang Bush, hampir-hampir tidak adalagi yang tidak boleh dilakukan. Semuanya harus bisa. Yang untuk orang laintidak boleh, demi Bush boleh. PadahalBush cuma hadir enam jam di Indonesia.”Istana Bogor dipilih menjadi tempatpertemuan Bush dan tuan rumahnyaPresiden Susilo Bambang Yudhoyono.Karenanya, semua jalan di seputar IstanaBogor ditutup selama 10 jam. Semuasekolah di seputar kawasan tersebutdiliburkan. “Bogor pun seperti dikerangkeng,” tulis MI.MI, harian pro Partai Golkar, mengeritik pembangunan dua landasan helipaddi Pusat Konservasi Tanaman, KebunRaya Bogor, dan GOR Padjajaran yangdinilainya mengganggu dan merusaktanaman di kawasan konservasi. “Sebagaikepala negara Bush memang berhakmemperoleh pengamanan kelas satu.Namun memperlakukannya sedemikianhebat sampai merendahkan martabat kitasebagai negara yang berdaulat sudahsaatnya tidak dilakukan lagi.”Dalam nada yang sama, Koran Tempomenurunkan tajuk berjudul, LayananHeboh Sambut Bush (9/11). Tulis KT, kesibukan menyambut kedatangan Busholeh tuan rumah Indonesia terbilang super sibuk. Yang paling mencolok adalahpersiapan pengamanannya. Tidak pernahada persiapan sedemikian gegap gempitauntuk kunjungan pejabat dari negara sahabat seperti buat sang juragan besar negara adikuasa ini. Sejumlah kalangan menilainya sebagai layanan yang berlebihan.Koran berukuran tabloid mini ini memberi gambaran, bayangkan sejak H-7,peralatan militer ditempatkan di pelataran Hotel Salak, tak jauh dari Istana Bogortempat Bush mampir dan bertemu SBY.Jaringan telepon seluler dimatikanselama 10 jam, lalu lintas di sekitarnyadialihkan, semua kegiatan dalam radiusdua kilometer dari kedua tempat dihentikan, dan penembak jitu siaga di manamana.Menurut KT, penghentian semua kegiatan rutin ini tentu saja merupakan kabar buruk yang bagi mereka yang mencarimakan di kota hujan tersebut. Dampaknya pasti sangat berarti bagi ratusanpedagang kaki lima, pedagang di PasarBogor, Pasar Anyar dan Pasar Merdeka.“OTak mungkin menolakkedatangan seorangpresiden dari negaraadikuasa. Tetapikehadirannya menuaiberbagai kritik danprotes. Tentu bagiPresiden SusiloBambang Yudhoyono, inikunjungan yang sangatdilematis.