Page 24 - Majalah Berita Indonesia Edisi 30
P. 24
24 BERITAINDONESIA, 01 Februari 2007BERITA UTAMASaatnya Membenahi MaSorotan dan kritik banyak terarah ke sektor perhubungan. Menhupesoalan terus melanda sektor yang menjadi tanggung jawaagai tak berujung, musibahdemi musibah menghantamsektor perhubungan. Tak peduli itu perhubungan darat,laut maupun udara. Korban pun berjatuhan. Terakhir menimpa pesawat AdamAir yang membawa 96 penumpang dan 6awak pesawat. Sebelumnya KM SenopatiNusantara yang mengangkut 628 penumpang dan ABK tenggelam di sekitarPulau Mandalika, Jepara, Jawa Tengah.Berbagai peristiwa bencana itu membuat banyak kalangan tersentak-sentak.Seakan tak percaya betapa banyak korbanyang harus mati sia-sia. Dari tahun ke tahun grafiknya pun cenderung meningkat.Di sektor perhubungan darat, berdasarkan data Dephub, tahun lalu tercatatsekitar 30 ribu lebih nyawa melayang dansekitar 2 juta orang cedera. Kecelakaanyang banyak terjadi dan merenggutbanyak korban ini mencerminkan rendahnya disiplin pengguna jalan raya.Sementara kecelakaan di laut juga takkalah mengerikan, kendati tak sebesar dijalan raya. Tercatat dalam tahun 2004 terjadi 109 kasus, tahun 2005 naik jadi 111kasus dan tahun 2006 mencapai 119 kasus. Korban pun meningkat jumlahnyadari 83 orang tewas dan 138 hilang di tahun 2004 menjadi 200 orang tewas dan119 hilang. Sedangkan tahun 2006 (belumtermasuk korban KM Senopati) mencapai102 orang tewas dan 174 orang hilang.Kendati kecelakaan di tahun 2006 lebihbanyak disebabkan faktor cuaca, namun disoroti pula faktor lain yang menjadi penyebab. Misalnya mengapa kapal Ro- ro (rollon roll off) yang secara teknis didesainuntuk menyeberangi jarak pendek digunakan untuk pelayaran antarpulau dengan jarak tempuh lebih dari delapan jam. Demikian pula berkaitan dengan muatan. Sebabada informasi, tenggelamnya KM Senopatikarena memuat buldoser yang kemudianmiring saat kapal dihantam ombak.Di sektor perhubungan udara yang seharusnya lebih memperketat faktor keselamatan, tidak kalah buruknya. Padahalpengguna jasa angkutan udara terusmeningkat tajam. Beberapa kasus kecelakaan udara yang menonjol misalnyajatuhnya pesawat Boeing 737-200 Mandala di Polonia, Medan yang menewaskan112 penumpang dan 5 awak pesawat.Kemudian tergelincirnya pesawat Lion Airdi Bandara Adisumarno, Solo yang menyebabkan 23 orang tewas dan 61 penumpang lainnya luka-luka.Selain itu terjadi sejumlah kecelakaanlainnya seperti pecah ban, roda as patahmaupun tergelincirnya pesawat hinggakeluar landasan pacu. Bahkan ada pesawat yang “nyasar” mendarat jauh daritujuan semula.Menjadi tanda tanya besar, apa yangsalah dari semua kejadian tersebut.Padahal berbagai peraturan sudah cukupbanyak. Atau apakah ada faktor lain yangmenyebabkan semua itu. Misalnya tidakdipatuhinya semua ketentuan yang ada.Sebab sudah menjadi rahasia umum,sejumlah maskapai penerbangan melakukan ‘perang tarif’, melakukan serangkaianefisiensi dan cenderung mengabaikanfaktor keselamatan. Konon ada perusahaan penerbangan yang memaksa pilotnyatetap terbang, meski cuaca tidak mendukung atau kelaikan pesawat tidak sempurna.Ketua Fraksi PDIP Tjahjo Kumolo dalamdiskusi “Tragedi Transportasi Indonesia” diJakarta menekankan perlunya pemerintahmelakukan regulasi dan penegakkan hukum untuk mengurangi kecelakaan. Apalagi hingga kini belum ada cetak biru (blueprint) menyangkut transportasi darat, lautdan udara. “Pemerintah harus seriusmengurus regulasi untuk keselamatanpenumpang,” tandasnya seperti dikutipMedia Indonesia, 7/1. Pengamat transportasi Idwan Santoso menyatakan, Indonesia masuk kategori negara nomor dua di dunia yang terbanyak mengalami kecelakaantransportasi sepanjang tahun 2006 lalu.Terutama kecelakaan pesawat terbang.Sementara Indah Suksmaningsih dariBadan Perlindungan Konsumen Indonesia menyatakan sudah saatnya pemerintah menetapkan batasan minimum hargatiket yang dijual. Dengan demikian, maskapai penerbangan, pelayaran atau punperusahaan bus tidak jor-joran menurunkan harga. “Keselamatan penumpangtidak bisa ditawar-tawar dengan hargatiket yang murah,” ujar Indah.Anggota Komisi V DPR Rendhy Lamadjido mengingatkan pemerintah untukBDi sektor perhubungan darat, tahun lalu tercatat sekitar 30 ribu lebih nyawa melayang.