Page 29 - Majalah Berita Indonesia Edisi 30
P. 29
BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 29BERITA KHASBERITAINDONESIA, 01 Februari 2007 29akibat supply dan demand?Dia mengajukan pertanyaan ini, karenamodus kenaikan harga beras selalu mengkambinghitamkan rendahnya produksipadi dan kondisi iklim. Tahun 2006,terjadi dua kali impor beras, pertengahanJuni dan Desember. Ironisnya, impor210.000 ton beras pertengahan Junidilakukan juga, meskipun sedang panenraya. Modusnya, tulis Gatot, memanfaatkan isu kekeringan, persiapan Lebaran dan kenaikan harga gabah keringpanen di lapangan di atas harga psikologis(Rp 2.400 per kg). Impor bulan Desemberdengan alasan perayaan Natal dan TahunBaru, sehingga harga psikologis gabahnaik jadi Rp 3.015/kg.Begitu cepat dan mudahnya spekulanmempermainkan harga gabah atauberas di masyarakat karena selisihantara pasokan dan kebutuhan amattipis. Pasar beras cenderung oligopolistik dan terjadi penimbunan. Gatotmemberi saran kepada pemerintah agarmelakukan upaya all out untuk meningkatkan produksi beras agar tidakselalu mengandalkan kebijakan imporberas dan menjadi bahan spekulasi parapedagang beras.Menurut catatan Berita Indonesia,pemerintah telah memutuskan mengimpor 500.000 ton beras, dengan dalihuntuk mencukupi stok pangan nasionalsampai panen raya Maret 2007. Sedangkan Departemen Pertanian menyatakanberulangkali bahwa produksi beras cukupuntuk memenuhi kebutuhan nasional.Jadi di mana letak persoalannya? Mungkin Bulog yang tadinya menjadi badanpenyangga stabilitas harga beras danSembako lainnya, sekarang beralih menjadi perusahaan umum yang juga haruscari untung untuk menutup pinjamanbank. Boleh jadi beras OP Bulog diborongoleh para pedagang beras, karena hargaRp 4.000 per kg tidak terjangkau olehkantong rakyat miskin.Tajuk Kompas (9/1) secara tajammenyindir lewat sederet kalimat pembuka: “Kalau saja perbaikan perikehidupan rakyat diukur dari kondisi makroekonomi, maka kita sudah berpuas diri.Sayangnya tolok ukur kemajuannyabukanlah itu. Perbaikan perikehidupanrakyat dilihat dari berapa besar penurunan angka pengangguran. Dilihatdari seberapa besar peningkatan daya beliyang bisa mendorong bergeraknya sektorproduksi sehingga angka kemiskinan ikutturun.”Menurut harian yang beredar luas ini,sepanjang angka kemiskinan tidak pernahberkurang, malah bertambah, makasegala kemajuan makro-ekonomi tidakmemberi manfaat apa pun. Namun harianini tidak menafikan bahwa sebuah negaramembutuhkan ketangguhan makroekonomi agar memiliki posisi tawarterhadap bangsa-bangsa lain.Bisnis Indonesia (9/1) mencatat janjiPresiden Susilo Bambang Yudhoyonoyang menetapkan tahun 2007 sebagai eraswasembada beras, dengan menambahproduksi beras sampai 2 juta ton. DalamRakor terbatas di Departemen Pertanianyang dipimpin oleh Presiden Yudhoyono,pemerintah bertekad meningkatkanproduksi beras nasional dengan menambah anggaran pertanian Rp 6,2 triliunmenjadi Rp 8,7 triliun.Tekad ini menjadi ironi karena menurutlaporan koran sore, Suara Pembaruan(6/1), pemerintah Vietnam, lewat VinaFood II, setuju mengekspor beras ke Indonesia melalui mekanisme antar-pemerintah sebanyak 250.000 ton. Kesepakatan baru tersebut setengah dari seluruhkomitmen impor sebanyak 500.000 tonyang dijadwalkan tiba di Indonesia secarabertahap, mulai 15 Januari sampai akhirFebruari 2007. Sedangkan dengan Thailand, Indonesia menjalin kesepakatanpembelian beras satu juta ton.Juga menjadi semakin jelas setelahMenko Perekonomian Boediono menegaskan bahwa pemerintah telah memutuskan dua langkah penting untuk menjaga stabilitas harga Sembako. Pertama,membuka keran impor beras, dan kedua,mengamankan distribusi Sembako. SHwangi, naik dari Rp 4.600 menjadi Rp5.200 per kg. Beras C4 super naik dari Rp4.800 menjadi Rp 5.400 per kg. Kenaikanharga beras juga terjadi di Semarang, Yogyakarta, Ambon, Makassar, Jakarta danPalembang.Pada hari berikutnya (10/1), Kompaskembali menurunkan berita utama dihalaman satu dengan ilustrasi foto yangmengenaskan: seorang ibu yang mengumpulkan minyak goreng curah tetes demitetes di sebuah sudut pasar KebayoranLama, Jakarta, untuk dijual sekadarmembeli beras.Kompas mengutip Menko Perekonomian Boediono yang menjelaskan bahwapemerintah telah memutuskan dua langkah penting untuk menjaga kestabilanharga Sembako. Pertama, membukakeran impor beras, dan kedua, mengamankan distribusi Sembako.Impor BerasPada edisi yang sama, Kompas menurunkan artikel: Menyiasati GuncanganPerberasan, tulisan Gatot Irianto, pengajar Analisis Sistem Hidrologi ProgramPascasarjana IPB. Gatot mengawali tulisannya dengan mengajukan pertanyaan;Benarkah kenaikan harga beras terjadi Sumber: KompasLonjakan Harga Sembako di Pasar Tradisional JakartaGula pasir Rp 6.200/kg menjadi Rp 7.000/kgMinyak goreng curah Rp 6.000/kg Rp 7.000/kgGula merah Rp 62.000/dus Rp 67.000/dusTepung terigu Rp 95.000/krg Rp 99.000/krgKacang tanah Rp 9.500/kg Rp 10.000/kgBrokoli Rp 10.000/kg Rp 18.000/kgPaprika hijau Rp 18.000/kg Rp 28.000/kgPaprika merah Rp 30.000/kg Rp 40.000/kgKentang ukuran sedang Rp 3.500/kg Rp 7.000/kgKelapa Rp 2.500/btr Rp 4.000/btr