Page 19 - Majalah Berita Indonesia Edisi 31
P. 19
BERITAINDONESIA, 15 Februari 2007 19BERITA UTAMAa Sutiyosobut memang tersendat-sendat karenadiluncurkan pada puncak krisis. Wargamiskin menganggap bantuan dana dariPemprov DKI sebagai bantuan cumacuma, sehingga banyak terjadi penyimpangan. Pengelola PPMK tertentu malahmenyalahgunakan dana tersebut untukkepentingan pribadi. Atau terjadi kolusiantara aparat RT/RW dengan para penerima dana PPMK. Banyak dana yang tidaksampai ke sasaran, ibarat menabur garamke laut. Sutiyoso pun menuai kritik dantudingan miring.Sutiyoso tak bergeming. Gubernur yangdijuluki bermental “platinum” olehTokohIndonesia.com ini yakin, masyarakat kelurahan akan menjadi dewasadengan cara seperti itu. Pendekatankepada masyarakatpun lebih dipertajam.Rapat koordinasi antar Pemprov dan paraDekel serta Ormas kelurahan dilakukansecara intensif. Audit diperketat.Audit keuangan PPMK tahun lalu untukdana yang bergulir dari tahun 2002sampai 2005, pada 267 kelurahan, menemukan berbagai penyimpangan, sepertitunggakan oleh pemanfaat dan penyalahgunaan oleh aparat atau pengelola dikelurahan. Padahal batas tertinggi danapembinaan ekonomi warga sebesar Rp 5juta per KK. Penyajian data pun ada yangmeragukan.Aparat yang telah menyalahgunakandana tersebut diharuskan mengembalikannya. Mereka pun dikenakan tindakanindisipliner PNS sesuai PP No 30 Tahun1980. Mereka yang tidak mampu mengembalikan langsung diadili. SedangkanBawasda menyarankan agar dibentuk timasistensi untuk penyelesaian masalahtersebut.Untuk program tahun 2007, GubernurSutiyoso telah membentuk Tim AsistensiPenyelesaian Masalah Keuangan PPMKtahun 2002-2006, mulai dari tingkatProvinsi, Kota, Kecamatan dan SatgasKelurahan. UPKMK akan ditransformasimenjadi Lembaga Keuangan Mikro,dalam kaitan ini diberi nama LKM JayaRaya.Menurut mantan Kepala BPM, Ir H.Oloan Siregar MSi, dana bergulir tidakhanya bergulir di tangan para pemanfaatsecara bergantian, tapi juga bergulirkembali ke Kas Daerah. Kata Oloan, inibentuk pertanggungjawaban kepadanegara, dan bantuan tersebut hanyalahpelatuk.“Rakyat tak boleh diberi ikan, tapi kail,”kata Oloan. Dia yakin bukan para pemanfaat yang tidak mengembalikan uang yangditerimanya, tetapi disalahgunakan olehpara pelaksana di lapangan. Memang adapengecualian, yaitu penerima bantuanyang tidak mampu mengembalikan karena benar-benar bangkrut atau tertimpamusibah.Menurut Sutiyoso, jika dia bangkrutrelakan saja, dan yang tertimpa musibahharus ditolong. “Kalau mau berusaha lagi,dia harus dibantu,” kata Sutiyoso. Tapisang gubernur mengingatkan bahwa ituuang negara. “Kalau uang itu tidak dikembalikan, saya yang akan ditangkap KPK,”kata Sutiyoso sembari berseloroh. Namun, meminta aparat agar mempermudah prosedur pencairan bantuan bergulir,bukan justru dipersulit.Dalam acara interaktif di Kelurahan Sumur Batu, Jakarta Pusat, Sutiyoso berseloroh: “Lha, tukang bakso itu nulisnyaaja masih nggak bener, masa’ disuruhbuat proposal.” Sutiyoso memerintahkanaparatnya: “Berikan saja bantuan itukepada mereka atas dasar kepercayaan.Yang penting, dibuat perjanjian, terusdibimbing dan diingatkan secara rutin.”Jika De Soto menganggap masyarakatmiskin masih punya aset berupa barangatau rumah yang mereka miliki, makakaum prasejahtera di Jakarta hanya punya aset peluang usaha. Karena memahami Jakarta tidak memiliki sumber dayaalam, maka Sutiyoso menginginkan sumber daya manusianya cerdas agar mampumemanfaatkan peluang yang ada.Drs. Syamsuddin Simarmata MM, Kepala Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat(UEM) BPM DKI Jakarta, menangkapsebuah makna bahwa kaum miskin di Jakarta harus dapat mengakses peluangusaha yang ada. “Bantuan PPMK inilahyang dapat dimanfaatkan dengan baikdan optimal. Mereka yang menganggurbisa berusaha apa saja yang dibutuhkanwarga Jakarta lainnya,” kata Syamsuddin.Nilai lebih dari PPMK, adalah terbangunnya mental pemberdayaan dan kemandirian masyarakat miskin kota. Kisahsukses diraih oleh Siswadi, tukang jahit diKelurahan Sumur Batu. Tadinya Siswadihanya punya sebuah mesin jahit. Sebuahberkah menghampirinya ketika memperoleh pinjaman PPMK sebesar Rp 2juta. Untuk itu Siswadi harus mengembalikan Rp 220.000 setiap bulan dalamjangka waktu sepuluh bulan. Berkat danaPPMK, Siswadi sudah memiliki sebelasmesin jahit, sebuah mesin potong danobras. Siswadi pun berani meminjamsampai plafon Rp 15 juta.Kisah sukses lainnya dialami oleh IbuHeni dari kelurahan Galur. Dia bersamasekitar 200 warga miskin lainnya meminjam dana PPMK antara Rp 200.000sampai Rp 300.000 dengan jangka waktu10 bulan. Dana itu mereka manfaatkanpada bulan puasa (Ramadhan) lalu untukberjualan kue dan kolak menjelang berbuka puasa.“Alhamdulillah, saya bisa memperolehpenghasilan tambahan Rp 30.000 perhari selama puasa,” kata Ibu Heni. Diapun meneruskan usahanya, untuk menambah penghasilan usaha suaminya.Mpok Isah, warga Kelurahan Batuampar, juga mengaku tidak lagi meminjam uang pada rentenir yang berbunga hingga 4 persen sebulan ditambahuang hangus 10 persen. “Kami bukandapat untung, tapi terus berutang,” kataMpok Isah yang belakangan menerimapinjaman lunak dari PPMK.Pada tahun 2007, PPMK akan dikelolalebih profesional dengan melatih petugasLKM dari 267 kelurahan. Warga miskinJakarta, menurut data BPS DKI tahun2003, mencapai 314,7 ribu jiwa. Tentuangka itu bertambah dalam tiga tahunterakhir. Dan masih banyak warga miskinyang belum tersentuh PPMK. Ini merupakan pekerjaan rumah bagi Sutiyososebelum mengakhiri masa jabatannya Julinanti. DENhkan bantuan untuk Manula. foto: dok. ti