Page 23 - Majalah Berita Indonesia Edisi 31
P. 23
BERITAINDONESIA, 15 Februari 2007 23BERITA UTAMAapis Atasmereka setiap tahun dengan kekayaansebesar itu? Bandingkan dengan petani yangrata-rata memiliki 0,3 ha lahan pertanian,tidak akan memberi apa-apa kecuali kemiskinan. “Terutama buruh tani yangjumlahnya sangat besar dan memang rawanterhadap kemiskinan,” kata Menteri Pertanian Anton Apriantono, seperti dikutipBisnis Indonesia (30/4-2006). Karenanya,jangan heran bilamana 70% pendudukmiskin di Indonesia adalah petani.Masyarakat SejahteraDari jumlah PDB tahun 2006 yangmencatat pendapatan rata-rata Rp 41.095atau setara dengan 4,5 dolar sehari,sebenarnya masyarakat Indonesia tergolong sejahtera. Namun dalam kenyataannya, 109 juta penduduk yang hanyaberpendapatan di bawah 2 dolar sehari.Itulah sebabnya mengapa pengelolaanekonomi di Indonesia selalu ditengarai isuketidakadilan. Masyarakat miskin merasakan adanya upaya memarjinalkanmereka secara sistemik. Ketidakadilan seperti ini merupakan proses sedimentasiyang terus menggunung dan menciptakanketegangan, baik antara masyarakat miskin dan pemerintah, maupun antar kelompok kaya dan miskin.Tendensi munculnya pergesekan akansemakin intens, dan tidak jarang bermuara pada ancaman konflik horizontaldan vertikal. Yang paling ironis, ketidakadilan dan penindasan di bidang ekonomi,pada sebagian kalangan direspon denganmengangkat isu agama sebagai penguatperlawanan.Dalam kondisi seperti ini, ancaman konflik sudah berada pada tingkat yang sangatmencemaskan. Persoalan kecil, bahkan persoalan pribadi siap setiap saat menjadi pemicu konflik terbuka dan kekerasan. Dinamika sosial yang diwarnai kekerasan yangsemakin intens sepertinya telah menjadikeseharian bagi masyarakat Indonesia.Persoalan ini pernah menjadi perhatiankomunitas Garda Bangsa dalam sebuahdiskusi bertema: 365 Hari MelawanKekerasan demi Agama-Jakarta TanpaAnarki. Diskusi yang digelar di Utan Kayu,Jakarta Timur (30/2006) itu, menghadirkan Faisal Basri sebagai salah seorangpembicara. Dia menyebutkan, ada empatpenyebab kekerasan: ekonomi, politik,pendidikan dan budaya.Lebih sering penyebabnya kesenjanganekonomi yang menciptakan kemiskinandan ketidakadilan. Seperti dikutip MediaIndonesia (4/10-2006), Faisal menawarkan solusi; negara menciptakan kesejahteraan bagi rakyat dan penegakan hukumtanpa pandang bulu.Isu ketidakadilan bisa menjadi bomwaktu yang bisa meledak setiap saat, danbisa menghancurkan seluruh dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengalaman yang cukup pahit bahwa pengelolaan negara yang dirasakan menjauh darinilai kemanusiaan, akhirnya memicukonflik vertikal, pada 13 sampai 15 Mei1998 berujung kejatuhan meruntuhkanpemerintahan Orde Baru.Semestinya pemerintah memecah PDByang cukup besar itu supaya lebih lancarmengalir ke kelompok besar masyarakatyang berpenghasilan kecil sebagai jalankeluar dari ancaman konflik yang dipicuoleh kesenjangan ekonomi. Menerjemahkan sukses makro ekonomi menjadikesejahteraan yang riil harus dirancanglewat program pembangunan ekonomiyang lebih difokuskan pada sektor tradisional, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Artinya, mengambil sebagianpendapatan upper class (kelompok atas)untuk memberdayakan masyarakat berpenghasilan rendah.Dukungan pemerintah yang selama inidiberikan kepada kelompok masyarakatatas, konkritnya rekapitalisasi dan penyehatan perbankan dengan menjual SuratUtang Negara (SUN), sangat identik dengan ungkapan yang keblinger: mengambil dari si miskin untuk menolong si kaya.Kenapa? Karena SUN itu dimasukkan kedalam APBN, artinya dilunasi oleh seluruh rakyat Indonesia, tetapi yang menikmati segelintir orang bankir kaya. Padahalyang benar, pemerintah mengambil darisi kaya untuk didistribusikan secara jujurdan adil kepada si miskin.Nilai total PDB saat ini Rp 3.366 triliundengan konfigurasi sumbangan sebesarRp 608 triliun dari ekonomi tradisionaldan Rp 2.757 triliun dari sektor ekonomimodern, maka pembagian kesejahteraansecara adil harus dilakukan denganmengubah konfigurasi tersebut. Bilamanatahun depan terjadi peningkatan PDBsebesar Rp 4.000 triliun, maka Rp 1.000triliun akan disumbang sektor ekonomitradisional dan Rp 3000 triliun dari sektorekonomi modern. Agar kesejahteraanmenyentuh lapis bawah, maka konfigurasipembagian kesejahteraan mestinya, 60%untuk masyarakat berpenghasilan rendahdan 40% untuk kelompok masyarakatmenengah ke atas. MH, SHKeluarga miskin yang perlu dientaskan.foto-foto: berindo wilson