Page 24 - Majalah Berita Indonesia Edisi 31
P. 24


                                    24 BERITAINDONESIA, 15 Februari 2007BERITA UTAMAWawancara Bustanul ArifinSBY-JK Harus Melakukan Perubahan Bustanul Arifin (44) dikukuhkan sebagai Guru Besar TetapIlmu Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, UniversitasLampung (Unila) pada 20 Februari 2006. Dalam orasinya,diberi judul, “Peran Ilmu Ekonomi Pertanian DalamMembangun Peradaban Sebuah Refleksi Untuk Reposisi”,ia menyebut ilmu ekonomi pertanian dapat berperanmembangun peradaban.elain sebagai dosen, Bustanuljuga bergelut sebagai profesional,konsultan, dan pengamat ekonomi pertanian. Ia juga tercatat sebagai salah seorang pendiri Institute forDevelopment of Economics & Finance(INDEF), lembaga pengkajian ekonomidan keuangan yang pada tahun 1995menggegerkan jagad nasional setelahmemaparkan hasil penelitian tentangtataniaga tepung terigu, yang menohokkelompok bisnis Salim Group yang sangatdekat dengan penguasa. Berikut petikanwawancara dengan Bustanul Arifin, yangsangat aktif menulis dan melakukanpenelitian lapangan ini, Jumat 19 Januari2007, dengan wartawan kami HaposanTampubolon dan Amron Ritonga.Pemerintah mengatakan ekonomi makro stabil, nyatanya sektorriil belum bergerak maju, pengangguran tinggi, harga sembako terutama beras tinggi, pendapatan masyarakat rendah yang mengakibatkan penurunan daya beli. Bahkan, Bank Dunia menghitung, dengan penghasilan dua dollar ASperhari saat ini terdapat 109 jutarakyat miskin di Indonesia. Dimana letak ketidaknyambunganekonomi makro yang stabil dengansektor riil yang bangkrut tersebut?Bank Dunia mencoba menggunakanstandar internasional untuk yang miskinatau poor satu dollar AS, dan dua dollarAS untuk yang mendekati miskin ataunear poor. Itu maksudnya.Tetapi kriteria apapun yang dipakaiterdapat peningkatan angka kemiskinandari 36 juta orang menjadi 39,6 juta orang. Menurut saya itu buah dari ketidaknyambungan itu. Stabilisasi makro jalansendiri yang lainnya jalan sendiri juga.Saya katakan sudah waktunya variabeltenaga kerja dimasukkan ke indikatormakro ekonomi. Salah besar apabila negara tidak memperhatikan pengangguransebagai variabel ekonomi makro.Saya tidak berharap besok akan berubah kebijakan makro kita. Tapi, minimal dengan pemahaman yang lebih baik,selain akan lebih tepat seharusnya tidakakan terjadi lagi ketidaknyambunganfiskal dengan moneter.Memang berat merincinya menjadikebijakan operasional. Tidak sesederhanamenurunkan suku bunga. Dan pertanyaannya, apakah penurunan BI rate sudah diterjemahkan kalangan perbankanmenjadi strategi khusus untuk menyalurkan kredit ke sektor formal. Elemen kebijakan stabilitas ekonomi makro denganmenurunkan suku bunga, itu belum bisaditerjemahkan menjadi satu action yangmenggerakkan kapasitas sektor riil.Sekarang yang harus dilakukan tidakmenjadi tugas pemerintah semata. Sektorswasta termasuk perbankan perlu mengubah reposisi strateginya. Sektor duniausaha mengubah dirinya dengan kondisiyang anomali ini. Sepanjang sektor swastadan pemerintah tidak melakukan perubahan, kondisi ini akan lebih sulit lagitahun depan.Tahun 2007 adalah titik balik yangbenar-benar. Jika tidak ada perubahanyang signifikan, maka 2008 orang sudahsibuk kampanye.Untuk memberikan hasil signifikan meningkatkan pendapatanmasyarakat, apa yang harus dilakukan pemerintah selama 2007 ini?Ada beberapa yang bisa kelihatanhasilnya. Tetapi sebagian besar belum.Pak Harto perlu waktu 16 tahun. Padawaktu Malari 1974 Pak Harto belum adahasil apa-apa kecuali memasukkan mobilToyota. Tapi setelah settle akhir 70-anbaru kelihatan hasilnya.Karena itu, kalau Anda bertanya apayang bisa dilakukan 2007, teruskanpenurunan suku bunga. Mungkin, tidakharus turun terus tapi bagaimana caranyaBI mewujudkan follow up action, apayang harus dilakukan bank.Saya tahu Perbanas tidak terlalu sukaBI sampai intervensi ke operasionalperbankan. Intervensi tidak bernadaseperti itu, tetapi adakan prioritas: untuksubjek menengah, untuk sektor pertanian.BI bisa mengeluarkan Peraturan BankSBustanul Arifin foto: berindo amron
                                
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28