Page 27 - Majalah Berita Indonesia Edisi 31
P. 27
BERITAINDONESIA, 15 Februari 2007 27BERITA NEWSMAKERHariman SiregarKritiknya Masih MenyengatIa membuat Jakarta geger tahun 1974 dengan kobaranbara api. Ia mengulanginya tahun 2007, tanpa api, tetapiberhasil membuat Indonesia geger soal cabut mandatrakyat. Kritikan Dokter Hariman Siregar masih menyengat.ada tanggal 15 Januari 1974Hariman Siregar memimpindemonstrasi 400-an mahasiswauntuk menolak kedatangan PMJepang Kakue Tanaka ke Indonesia. Saatitu Jakarta penuh asap dan bara apiberasal dari pembakaran mobil-mobilbuatan Jepang, yang dibakar mahasiswaditambah ribuan masyarakat luas sebagaisimbol perlawanan atas hegemoni Jepangterhadap perekonomian Indonesia. Hariitu lantas disebut-sebut sebagai “Malapetaka 15 Januari”, disingkat Malari.Pada tanggal 15 Januari 2007 HarimanSiregar memimpin 400-an demonstranmenuntut pencabutan mandat rakyat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla yang disebutnya selama dua tahun ini tak kunjung memberikan kesejahteraan kepadarakyat. Tetapi Jakarta tenang-tenang sajatak berasap tak berapi. Namun “PawaiRakyat Cabut Mandat” itu berhasil menimbulkan gejolak yang luar biasa di lingkungan Istana, sampai-sampai JubirPresiden Andi A. Malarangeng menyebutnya sebagai gerakan inkonstitusional.Presiden dan Wapres turut pula memberikan komentar ketidaksetujuan terhadapcara-cara parlemen jalanan itu. Demikianpula dengan tokoh-tokoh masyarakat lain,menjadikan isu ini, wacana yang seolaholah benar-benar akan terjadi.Hariman Siregar selalu menjadi sosokyang kritis. Jika akibat aksinya pada 33tahun lalu Pangkopkamtib JenderalSoemitro harus dicopot dari jabatannyaoleh Pak Harto. Hariman pun dan kawankawan terpaksa mendekam di penjaraselama tiga tahun. Kali ini, untuk mengatasi gerak liar bola salju yang disebutsebagai “Malari Jilid II”, Kepala BadanIntelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar,dan Menko Polhukam Widodo Adisuciptoharus bekerja ekstra keras mengumpulkan para senior TNI berpangkat jenderal untuk membuka dialog sekaligusmeminta klarifikasi. Sebab ternyata, dibalik aksi-aksi dan wacana pencabutanmandat rakyat, rupanya, sudah beredarluas sebuah dokumen berjudul “DewanRevolusi”. Dewan ini, disebutkan, bertugas mengembalikan tata kenegaraanRepublik Indonesia ke bentuk aslinyasebelum konstitusi UUD 1945 diamandemen, supaya sesuai NKRI. Mantan KSADsendiri, Jenderal (Purn) Tyasno Sudartosecara formal hanya menggagas ideDewan Revolusi Nurani (DRN), yangbermaksud mengembalikan konstitusi kebentuk asilinya sebelum diamandemenMPR era Amien Rais.“Dekrit” kembali ke ‘kittah’ 17 Agustus1945 secara formal juga disuarakan olehGerakan Kebangkitan Indonesia Raya(GKIR), yang dimotori mantan WapresTry Sutrisno. Di dalam GKIR ini ikut pulabergabung nama Dokter Hariman Siregar.GKIR secara berkala melakukan pertemuan dan gerakan secara institusional.Tetapi khusus Hariman, yang juga pimpinan Indonesia Democracy Monitor(InDeMo), layaknya sebagai operatorlapangan parlemen jalanan berani tampildi garis terdepan yang terang-teranganmeminta pencabutan mandat rakyat.Hariman seolah kembali ke dekade1970-an tatkala menjadi pemimpin mahasiswa demonstran. Seolah bereuni, kali inidalam “Pawai Cabut Mandat Rakyat” iamengajak pula sohibnya sesama demonstran tempo doeloe, dan sama-samapernah merasakan jeruji besi era OrdeBaru, Sjahrir, yang notabene kini adalahPenasehat Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Dan kebetulan bagiteman-teman Malari, itu momen perlawanan terhadap Orde Baru dulu. Jadi aksi15 Januari 2007 itu persis seperti dulu.Kita mau mengingatkan pemerintahbahwa mandat saudara itu dari rakyat dankami juga berhak mencabut mandatAnda,” kata Hariman kepada wartawan.Menjawab pertanyaan Suara Karya,Hariman berujar orientasi gerakannyabukanlah kekuasaan. Sebab, jika menginginkan itu, bukan sekarang, tapi duludulu saja. Dia juga bertanya, buat apa itukekuasaan. “Kita ini kan aktivis, kita harusbergerak terus, tidak statis dalam kekuasaan. Tujuan kita di GKIR ini sematamata untuk memperbaiki keadaan,” kataHariman, yang dikenal dekat denganHabibie ketika berkuasa, lalu merapat keWiranto saat Pilpres 2004, dan kinidengan Try Sutrisno. “Sebagai aktivis sayaharus terus bergerak, supaya kita bisaterus mengontrol keadaan dan bisa ikutmemperbaikinya. Kebetulan Pak Try inimemiliki kesamaan pandangan dalam halkeadaan bangsa. Karena itu saya beberapakali ikut pertemuan diskusi dengan tokohtokoh nasional itu. Ternyata apa yang adadi benak saya tentang bangsa ini, samadengan mereka, ya sudah saya ikut,” kataHariman.“Pawai Cabut Mandat Rakyat” berlangsung mulus tanpa gangguan.Gaungnya, kata Hariman, memang bukan untuk merebut kekuasaan. Tetapi,hanya mau mengingatkan pemerintahagar benar-benar melaksanakan amanatrakyat. “Jangan sampai kebijakan berpihak kepada kalangan atau golongantertentu. Bahkan, justru hanya menguntungkan asing. Ini semua kita tidakmau. Jadi, jangan dianggap mau rebutkekuasaan,” tegas Hariman kepadaSinar Harapan.Hariman menjadi bintang panggungpolitik. Hampir semua media massamengutip pernyataannya. GerakanHariman sudahkah berakhir, atau malah baru awal, susah ditebak karena priaasal Tapanuli ini begitu liat berpolitikjalanan. HTP