Page 21 - Majalah Berita Indonesia Edisi 31
P. 21


                                    BERITAINDONESIA, 15 Februari 2007 21BERITA UTAMAapa Sektor Riil Macet ditemukan dalam buku-buku teorinya, daya beli dan kualitas hidupdana di SBI, siap menyalurkankeuangan Indonesia paling liberal di dunia. Padahal pengaturan transaksi di pasar uang, seperti lock up, semestinya ada.Misalnya, China menerapkan mekanismepengaturan transaksi devisa.Kata Tjahjo, sesungguhnya BI sudahmelakukan kontrol, tapi karena aturannyatidak ada, kontrol jadi tidak efektif,sementara di Indonesia banyak sekalilembaga keuangan asing. Tjahjo membericontoh, dengan masuknya dana 80 miliardolar AS dari lembaga tabungan pensiunasing ke pasar modal, BI seharusnyaberani menurunkan suku bunga sebelummenargetkan stabilitas.Di sini terlihat, BI seolah tidak mau tahudan membiarkan saja beredarnya uangpanas. Semestinya, kata Tjahjo, BI melihatfungsi ekonomi dari arus masuk danatersebut. Karenanya, harus ada aktivitasekonomi dan harus ada kegiatan produksi.“Sudah pasti ada broker yang bermaindan dibiarkan. BI menguasai data, danpasti tahu mekanisme tersebut, tetapitidak bertindak. Mestinya moral dan etikayang dikedepankan,” kata Tajhjo. Diamengingatkan BI agar tidak menahanuang panas lari keluar.Ambil PosisiKalangan DPR sedang meluncurkanwacana perubahan UU tentang Bank Indonesia. Tetapi Gubenur BI BurhanuddinAbdullah, mengatakan sektor riil tidakbergerak bukan karena bank sentral terlalu kuat, tetapi fungsi intermediasi perbankan pada sektor-sektor tertentu tidakjalan. “Yang perlu dilakukan, memperbaiki mekanisme yang ada agar fungsi intermediasi berjalan,” kata Burhanuddin.Menurut Burhanuddin, persoalan yangdihadapi saat ini adanya liquidity overhang yang begitu besar, lebih dari Rp 200triliun. Sementara sektor riil memerlukanlikuiditas untuk menjalankan bisnisnya.Karena itu, yang perlu dilakukan mengurangi resiko kredit, selain memperbesar akses ke perbankan.Yang dikatakan Burhanuddin dibenarkan dan akan segera ditindaklanjuti olehpara bankir. Direktur Bank Lippo Tbk,Gottfried Tampubolon, mengatakankepada Berita Indonesia, dari sisi perbankan, Lippo sudah siap, tapi LDR-nyamasih rendah. “Kenapa sektor riil tidakjalan, penyebabnya banyak,” kata Gottfried, tanpa merincinya.Sukatmo Padmosukarso, Direktur BankInternasional Indonesia (BII), secarasingkat hanya mengatakan perlu kajianmendalam untuk melihat ketidaknyambungan antara ekonomi makro dan sektorriil. Tetapi dua bank milik pemerintah;Bank Mandiri dan Bank BNI, segeramengambil posisi strategis untuk memacukucuran kredit ke sektor riil selama tahun2007. Malah, kedua bank pelat merah itudiandalkan menjadi motor penurunansuku bunga kredit yang dianggap masihsangat tinggi.Dirut Bank Mandiri Agus Martowardoyo mengadakan rapat tertutup denganKomisi XI (22/1). Dia menargetkanpertumbuhan kucuran kredit banknyatahun ini, minimal 18,5 persen. Persentasetersebut jauh di atas realisasi tahun 2006yang tumbuh hanya 9,1 persen, atausenilai 109,4 triliun.Dirut Bank BNI Sigit Pramono mengatakan, banknya tahun ini menargetkanpertumbuhan kredit sebesar 20 persen,atau menjadi sekitar Rp 65 triliun, jauhdi atas tahun 2006 yang hanya tumbuh 5persen. Penyaluran kredit tinggi olehkedua bank milik negara tersebut, diharapkan memacu pertumbuhan kreditsecara nasional yang tahun lalu tumbuhhanya 10 persen, terendah sejak tahun2001.Ada tiga alasan kenapa kedua banktersebut menetapkan target penyalurankredit yang cukup tinggi. Pertama, membaiknya kondisi perekonomian, semakinsehatnya indikator makro-ekonomi sertakegiatan sektor riil yang mulai menggeliat.Kedua, tahun ini merupakan awaldimulainya eksekusi PP No. 33/2006,dan Peraturan Menteri Keuangan No.87/2006 yang memperbolehkan pemotongan piutang pokok dalam penyelesaian kredit bermasalah (NPL, nonperforming loan).Ketiga, pelonggaran maksimum pemberian kredit (BMPK) menjadi 30 persenuntuk BUMN yang bergerak di bidanginfrastruktur, dan berbagai sektor pembangunan lainnya.Perbankan dipastikan akan memegangkunci pemulihan sektor riil. Seperti ditulisBurhanuddin dalam artikelnya di Kompas(15/1), tahun ini adalah defining momentatau tahun penentuan, di mana pemanfaatan stabilitas makro ekonomi menjadikeperluan yang sudah sangat mendesak.“Apabila kita gagal melewatinya denganbaik, langkah pada tahun-tahun selanjutnya akan lebih sulit,” kata Burhanuddin.Menutup artikelnya dia mengutipungkapan Sir Winston Churchil di tengahkecamuk Perang Dunia Kedua:”We shallprevail. Ungkapan ini relevan dengankondisi bangsa Indonesia. „ HT, SHTrend Jumlah Pengangguran TertutupSumber: BPSTahun Jumlah % 2002 38,4 juta 18,20 2003 37,3 juta 17,42 2004 36,2 juta 16,66 2005 35,1 juta 15,97 2006 39,05 juta 17,75foto: berindo wilson
                                
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25