Page 25 - Majalah Berita Indonesia Edisi 31
P. 25


                                    BERITAINDONESIA, 15 Februari 2007 25BERITA UTAMAn SubstansialIndonesia (PBI) yang memberikan keleluasaan kepada perbankan untuk menyalurkan kredit produktif kepada sektorpertanian. Seperti itu, action yang harusditindaklanjuti. Kalau Anda menginginkan investasi bergulir, atau apa, itumemerlukan suatu action khusus juga.Pemerintah pusat tidak lebih dari policyplanning, perancang dan perumus kebijakan. Sudah, berakhir di situ. Dia tidakmemiliki ikatan yang baik kepada daerahkecuali masuk dalam lingkup administrasidana dekonsentrasi. Bahwa daerah misalnya, dihimbau untuk memprioritaskaninfrastruktur yang akan mengurangi margin harga antara petani dan pasar, ituuangnya dari mana. Ini yang sampaisekarang belum ketemu formulanya.Dugaan saya, 2007 tidak akan adasesuatu yang spektakuler. Kita berharapketemu arahnya saja sudah lebih daricukup untuk meningkatkan ekspektasilevel berikutnya. Baru kita bisa berbicarake yang makro tadi, menyambung antarasektor moneter dan sektor finance.Sektor riil ini harus bergeraksupaya pengangguran berkurang,penghasilan masyarakat bertambah, dan mempunyai daya beli.Bagaimana cara mewujudkan semua ini?Sudah saya sampaikan, dimohon keseriusan teman-teman perbankan untukmenyalurkan kredit. Tanpa modal usaha,tanpa tambahan modal kerja, saya pikirakan sulit.Oke, apa yang perlu dilakukan sektorriil? Mereka perlu aktif bikin jaringan.Sumber pembiayaan bukan dari perbankan saja, mereka perlu misalnya berpartner dengan luar negeri, minimaluntuk men-secure pasar.Bagaimana yang menengah ke bawah?Mereka perlu mencari informasi sebaikbaiknya tentang kualitas yang dibutuhkantentang selera konsumen. Maksimalnya,mereka bersatu membentuk jaringankerja untuk memiliki suatu visi yang lebihbesar bersama-sama untuk maju. Apakahkoperasi menjadi salah satu jalan, bisa,tapi saya tidak terlalu berharap banyakjuga. Tapi, apapun bentuknya merekaharus membentuk network.Bagaimana pengentasan kemiskinan?Yang ada hubungan dengan sektor riilmungkin bisa kita lakukan. Tapi, supayanyambung, fokus kepada kaum miskinyang masih memiliki semangat untukmaju. Untuk rakyat miskin yang levelnyadi bawah, misalnya nenek-nenek atausudah janda dan tidak lagi ada harapanuntuk maju, kasih bantuan saja.Saya pernah membagi tiga kaum miskin. Pertama yang masih produktif, masihbisa menjadi ujung tombak kehidupansektor riil karena memiliki banyak talenta,peluang, potensi. Mereka hanya perlusentuhan penambahan modal kerja yangtidak harus berasal dari perbankan, tapidari stimulasi APBN/APBD. Stimulusmasih bisa digunakan untuk menghapuskemiskinan dalam bentuk itu.Kedua, yang orang Inggris bilang poorof the poor, kelompok bawah atau orangpapa yang masuk kategori di bawah 1 dollar AS kasih bantuanlah. Modelnya tidakharus seperti BLT, yang oleh temanteman katakan itu adalah pengakuanbersalah pemerintah terhadap kebijakanpencabutan subsidi BBM, dan menurutsaya memang tidak nyambung untukmenggerakkan sektor riil.Ketiga yang tengah-tengahnya, dan iniyang agak riskan. Salah urus, merekamenjadi makin malas, menjadi beban.Tapi bila tidak diurus bisa masuk jurangke kelompok poor of the poor, angka kemiskinan bisa nambah sembilan bahkansepuluh juta orang.Cara lain mengentaskan kemiskinanmelalui pendidikan. Human investmenhasilnya baru 20 tahun lagi tapi bagaimanapun harus tetap dilakukan. SejarahIndonesia menggerakkan sektor riil danmengentaskan kemiskinan merupakanrevolusi pendidikan pada tahun 1980-an.Dulu kita sudah merasa berhasil lalu tidakmelakukannya lagi. Investasi pendidikantidak harus ada jeda.Pengentasan kemiskinan ternyata tidakpernah selesai sehingga muncul gizi burukkerawanan pangan dan seterusnya. Bahkan, out break dari flu burung sebetulnyatidak lebih dari hubungan kasualitaspositif dengan penurunan daya tahantubuh. Kalau orang sehat kena flu kecilnggak sampai pneumonia, kira-kiraseperti itu.Ada spekulasi teman-teman dari public health atau Ilmu Kesehatan Masyarakat, flu burung ini mirip dengan virusAIDS karena berhubungan dengan penurunan sindrom kekebalan tubuh. Kalauorang sehat, sejahtera, minimal dampakflu bisa dikurangi.Saya pernah dengar ceramah ProfAscobat Gani, dia konsultan WHO. Dulupernah menjadi Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (F-Kesmas) UI. Diamelakukan penelitian yang dibiayai WHOtahun 1980. Penelitiannya biasa saja,menghitung gizi buruk, mengukur lingkarlengan, lingkar kepala, lingkar apa, adastandarnya dalam metode Ilmu KesehatanMasyarakat, di seluruh Indonesia di enamprovinsi. Terdeteksi ada beberapa daerahyang sangat rawan pangan, cenderungmenderita gizi buruk dan seterusnya.Lalu tahun 2001, dia melakukan lagisurvei yang sama di tempat yang sama dandengan sumber uang yang sama pula.Ketemu hasilnya tidak banyak berubah.Paling-paling yang berubah, ada yangkurang gizi akut menjadi kurang gizi, ataudari kurang gizi menjadi kurang gizi akut.Tapi dia mengaitkan fenomena sosialdengan status gizi, yang menurut sayamenjadi sangat relevan untuk dibahasdalam sektor riil ini.Dia menggunakan teori Kohor. Anakyang tahun 1980 berumur 5 tahun, masihPedagang sayur mayur. foto: dok. ti
                                
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29