Page 23 - Majalah Berita Indonesia Edisi 34
P. 23


                                    BERITAINDONESIA, 29 Maret 2007 23BERITA UTAMAwah Dikonversiguna menambah baku lahan di dalamnegeri. Tapi kenyataannya, proyek inigagal, menyisakan berbagai masalahlingkungan yang cukup berat.Data dari Departemen Pertanian menunjukkan bahwa tahun 1997, luas lahansawah di Indonesia masih sekitar 8,49 jutahektare, namun di tahun 2000 tinggal7,79 juta ha. Di P. Jawa, tahun 1987, luasbaku sawah masih sekitar 3, 448 juta ha.Namun tahun 1992 telah menurun menjadi 3, 425 juta ha atau mengalami kemerosotan sekitar 0,67 persen. Tahun1997, luasan ini turun lagi sebesar 2,77persen menjadi 3,330 juta ha.Penurunan luas baku lahan usaha tanidi Jawa merupakan fenomena yang sulitdicegah karena pembukaan lahan barupraktis sudah sulit dilakukan. Sementara,konversi lahan sawah untuk penggunaanlain seperti pemukiman, jalan, arealindustri, terus berlangsung, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk danpesatnya kegiatan pembangunan.Selain itu, dalam penggunaan lahan,persaingan antarkomoditas juga makinketat. Tingginya insentif ekonomi untukusaha nonpadi telah mendorong terjadinya alih tanaman maupun alih usaha. Dijalur Pantura (Subang-Indramayu) misalnya, dapat diamati betapa gencarnya alihfungsi lahan sawah menjadi lahan hortikultura (buah-buahan). Belum lagi alihkomoditias yang terjadi secara musiman,tergantung permintaan pasar. Demikianjuga di Kab. Lamongan, banyak petaniyang mengalihfungsikan lahan sawahnya(yang semula untuk usaha tani padi)menjadi lahan tambak untuk usahatanibandeng dan udang.Di NTB, seperti diberitakan sebuahharian nasional terbitan ibu kota barubaru ini, penciutan lahan pertanian jugamakin gencar. Provinsi yang yang terdiridari 9 kabupaten/kota ini, sepanjangtahun 2001 hingga 2003 juga mengalamipenurunan baku sawah sebesar 2.243 ha(1,05 persen).Di Kabupaten Karawang, antara tahun1993 hingga 2003, penciutan lahan pertanian tak kurang dari 2 ribu ha lebih ataupenyusutan rata-rata 181,7 ha per tahun.Sebagian besar lahan yang beralih fungsiini digunakan untuk areal perumahan dankawasan industri. Kasus yang sama jugaterjadi di Bekasi, bahkan lebih gencar lagi.Dari total 70 ribuan hektare areal sawahdi daerah ini, menurut laporan, kinitinggal 40 ribuan hektar saja.Makin derasnya arus alih fungsi lahanpertanian di era otonomi daerah ini tentusaja tidak mengejutkan. Bupati/walikotaberikut DPRD kini menjadi kelompok“penguasa” baru yang sangat menentukanarah pembangunan daerah, termasukdalam membuat skala prioritas pembangunan daerah.Dalam soal penting-tidaknya swasembada beras, misalnya, Pemda tentu harusberhitung. Jika satu bidang lahan tetap dipertahankan sebagai areal sawah, berapakontribusi yang disumbangkan ke daerah?Berapa tenaga kerja yang tertampung,berapa pajak yang dihasilkan ke kasdaerah dibandingkan jika lahan tersebutdifungsikan menjadi lokasi pabrik/industri? Sudah barang tentu, Pemdacenderung alternatif kedua, karena darisisi apa pun jauh lebih menguntungkan.Apalagi dari segi proses dan peluangalih fungsi lahan di era reformasi ini jauhlebih terbuka. Jika di zaman Orde Baru,peralihan lahan di kawasan Pantura harusmengantongi izin khusus dari Bina Graha,kini ijin seperti itu tak diperlukan lagi.Cukup dengan usulan ke BPN dan disetujui oleh DPRD setempat, seluasapapun lahan pertanian sudah siap dialihfungsikan.Siap DikonversiData di BPN menunjukkan bahwa tahun 2004, total sawah di Indonesia tercatat 8,903 juta ha, terdiri dari lahanirigasi 7,314 juta ha dan nonirigasi 1,589juta ha. Namun, sekitar 3,099 juta ha darilahan irigasi ini sudah masuk daftar untukdikonversi, tinggal menunggu persetujuanDPRD setempat. Dengan demikian, lahansawah irigasi teknis yang masih tersisanantinya tinggal sekitar 4, 215 juta ha.BPN lebih lanjut mengemukakan bahwa di Pulau Jawa dan Bali saja yangsampai saat ini masih merupakan andalanproduksi padi nasional, mencatat tingkatalih fungsi lahan yang paling besar. Daritotal lahan irigasi di kedua pulau ini yangmencapai 3, 392 juta ha, sekitar 1,669 jutafoto: berindo wilson
                                
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27