Page 48 - Majalah Berita Indonesia Edisi 36
P. 48
48 BERITAINDONESIA, 26 April 2007BERITA EKONOMIProses Pemiskinan di Antara Momentumyang Tidak Termanfaatkan“Menunggu merupakan pekerjaan yangpaling membosankan”. Peribahasa ini,tampaknya mulai menyeruak dalampemikiran banyak masyarakat, setelahmenyadari apa yang terjadi di KabinetIndonesia Bersatu (KIB) selama 2,5 tahun.asyarakat tidakmerasakan peningkatan kesejahteraanyang signifikan, sebagaimanayang dijanjikan Presiden Yudhoyono pada masa kampanyePemilihan Presiden (Pilpres)pertengahan 2004 silam.Bahkan menurut guru besarantropologi sosial UniversitasIndonesia Achmad FedyaniSaifuddin, seperti dilaporkanHarian Kompas, Senin (9/3),hingga hari ini kemiskinan danproses pemiskinan terus terjadi, ditandai dengan makinmenurunnya kualitas hidup.Menurutnya, proses pemiskinan yang terus terjadi dalammasyarakat, dapat dilihat dengan kasat mata. Ia menengarai, semakin banyaknyaanak-anak yang berkeliaranatau bekerja di jalanan, merupakan salah satu pertanda dariproses pemiskinan yang terusterjadi. Hal itu juga dapat dilihat dari masih tingginyaangka putus sekolah, sertasemakin banyaknya kendaraan roda dua di jalan, yangbiasanya dimiliki penarik ojek.Semakin Tidak SabarMasyarakat pun tampak semakin tidak sabar melihat kondisi perekonomian yang tidakkunjung membaik. Janji-janjipemerintah perbaikan berbagaiaspek kehidupan masyarakat,khususnya bidang perekonomian dan kesejahteraan, ternyata masih belum dapat direalisasikan pemerintah.Aktualisasi ketidaksabaranmasyarakat dapat terlihat darikian seringnya muncul aksiaksi demontrasi, baik yangbertujuan menentang kebijakan pemerintah maupun sebagai reaksi terhadap ketidakadilan dalam masyarakat.Bahkan di berbagai tempatmulai terlihat kegusaran-kegusaran masyarakat berupaletupan-letupan sosial yangberakhir dengan kekerasan.Harian Kompas, dalam TajukRencananya, Senin (2/4), jugamenengarai unjuk rasa yanghampir merupakan peristiwa sehari-hari, sebagian besar berlatarbelakang kesulitan hidup rakyatbanyak, seperti kemiskinan danlangkanya lapangan kerja.Ketidaksabaran masyarakat,harus diakui sebagai fenomenayang tidak terlepas dari janjikampanye Yudhoyono yangsangat pesimis, yang mungkintanpa disadarinya telah membuat masyarakat mempersepsikannya sebagai Satrio Piningit, yang akan mengubahsegala hal dalam waktu singkat. Tidak mengherankan jikakemudian masyarakat sudahmenagih janjinya pada 100 hari pemerintahannya. Kenyataannya, 100 hari, 200 hari, 1 tahun, 2 tahun, hingga 2,5 tahunsaat ini, janji masih tetap janji.Memang benar, “janji adalahutang”. Tidak terkecuali, pepatah lama itu juga berlakuterhadap Presiden Yudhoyonoyang berhutang atas janji-janjikampanyenya. Janji itu pulayang membuat masyarakat, takubahnya debt collector kartukredit yang terus menagih pelunasan utang Yudhoyono. Pepatah lain yang menyebut “penagih utang tidak pernah sabar” semakin mendramatisirharapan-harapan masyarakatuntuk melihat realisasi janji itusecepat mungkin.Masih Ada Kesempatan?Masyarakat tentu masih terus menunggu langkah-langkahpemerintah memperbaiki kinerja perekonomian. Pertanyaannya, masih adakah kesempatan? Dari sisi waktu, masakerja pemerintah yang separuhperiode, masih memberi kesempatan besar untuk memperbaiki kinerja perekonomiannasional. Harapan ini juga didukung dengan kondisi makroekonomi yang justru beradapada posisi yang sangat baik.Laju inflasi, walau mengalami sedikit kenaikan, dari6,26% bulan Januari menjadi6,30% bulan Februari, namunmasih berada pada toleransiekspektasi. Demikian jugadengan nilai tukar rupiah yangberada pada kisaran Rp 9.100per dollar AS. Sementara BIRate masih berkesempatan turun 50 basis poin selama Januari-Maret 2007. Kinerja indeks harga saham gabungan(IHSG) juga tetap berada padakisaran 1.800. Bahkan, cadangan devisa mengalami peningkatan sebesar 3 miliardolar AS sejak awal tahunhingga akhir Februari.Sayangnya, momentum kecemerlangan kinerja makroekonomi justru tidak termanfaatkan dengan baik. Hal initerlihat dari kinerja sektor riilyang justru terus terpuruk.Volume ekspor yang menolongpertumbuhan ekonomi 2006pun diperkirakan tidak lagimemberi keberpihakannyadalam perekonomian 2007.Indikator penurunan ini mulaiterlihat dari nilai ekpor Januari 2007 yang menurundibanding Desember 2006.Demikian juga dengan kinerjainvestasi, juga belum akanmembaik, walaupun UU Penanaman Modal sudah disahkan.Kesulitan-kesulitan perekonomian 2007 lainnya, juga datang dari sisi politik. Kinerjaperpolitikan nasional akanrelatif semakin tidak kondusifterhadap perekonomian. Perhatian partai-partai politik,anggota kabinet yang berasaldari partai politik, serta anggota parlemen–baik yang berada di pusat maupun di daerahakan semakin terfokus padaPemilihan Umum Legislatifmaupun Pemilihan UmumPresiden 2009. MHMKetidaksabaran masyarakat terhadap proses pemiskinan mulai terlihatseperti pemajangan baliho ini.foto: repro kompas