Page 49 - Majalah Berita Indonesia Edisi 36
P. 49


                                    BERITAINDONESIA, 26 April 2007 49BERITA EKONOMIPerangkap Baru PerekonomianSektor Rill dan Kredit,Ibarat Ayam dan TelurTeka-teki, mana duluan ayam atau telur tampaknyamenjadi jebakan baru bagi perekonomian Indonesia.Sektor rill dengan kredit tengah bergelut menjawabpersoalan apakah sektor riil yang mendorong investasiatau investasi yang mendorong sektor rill.eterpurukan sektor rill dibandingkan dengan stabilitasmakro ekonomi dalam duatahun terakhir, tidak sajamembuat perekonomian kehilangan momentum kebangkitan, tetapi juga telahberakumulasi menjadi persoalan politikyang serius. Tidak terwujudnya ekspektasimasyarakat terhadap peningkatan kesejahteraan, dipandang sebagai wujud kegagalan pemerintah dalam mengelolaperekonomian.Di satu sisi, keterpurukan sektor rillberperan menekan pertumbuhan ekonomi. Sementara di sisi yang lain menyebabkan ketidaktersediaan lapangan kerja danpenurunan pendapatan di masyarakat.Jumlah pengangguran dan pendudukmiskin pun terus bertambah.InvestasiPemerintah–yang tidak mau disebutgagal– telah melakukan sejumlah langkahuntuk menggerakkan sektor rill denganmendorong aliran investasi, baik dalamnegeri maupun asing. Akan tetapi upayaupaya itu masih belum membuahkanhasil, jika tidak mau disebut gagal. Pemerintah telah mengeluarkan ongkosyang tidak sedikit untuk menggaet investor asing, baik dengan menjumpai merekadi berbagai negara maupun denganmengadakan event-event investasi berskala internasional di dalam negeri.Di dalam negeri, pemerintah juga telahmelakukan langkah-langkah yang menurutkalangan perbankan di luar kewajaran atauextraordinary. Hal itu menunjuk padadesakan Wakil Presiden Jusuf Kalla agarperbankan menyalurkan kredit ke duniausaha. Untuk kesekian kalinya, Jusuf Kallamengulang kembali desakannya pada saatmemberikan sambutan dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kamar dagangdan Industri (Kadin) 2007, Selasa (27/3).Ia menghimbau pihak perbankan memberi pinjaman untuk membiayai proyekproyek dalam negeri, sehingga pertumbuhan ekonomi dan pembangunan bisa berjalan dengan baik. Dalam beberapa kesempatan, Ketua Umum DPP Partai Golkar itujuga meminta agar perbankan menarik dananya dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI)dan selanjutnya disalurkan ke sektor rill.Namun himbauan itu tidak diresponssecara positif kalangan perbankan. Konon, mereka memiliki perhitungan, hingga menempatkan dananya di SertifikatBank Indonesia (SBI), bukan disalurkanke sektor rill. Merasa tidak direspon, JusufKalla sampai-sampai setengah mengancam akan mengevaluasi kinerja manajemen bank-bank BUMN yang tidakmemperhatikan pembiayaan sektor rill.Mana Duluan Ayam Atau TelurPemerintah dan masyarakat tentunyatidak bisa menutup mata terhadap perilaku tercela perbankan yang menggunakan dana publik untuk memperoleh keuntungan cukup besar dari bunga SBI.Lebih ironis lagi, rakyat melalui APBNharus membayar bunga atas dana perbankan tersebut sekitar Rp 20 triliun pertahun. Sementara di pihak lain sektor rill,khususnya kelompok usaha kecil menengah dan koperasi (UKMK), mati surikarena ketiadaan modal.Namun kalangan perbankan merasa desakan pemerintah untuk menyalurkan kredit ke sektor rill, terlalu berlebihan. Sebabpermasalahan sesungguhnya tidak terletakpada institusi perbankan, melainkan padakondisi sektor rill yang belum membaik.Hal itu diungkapkan Agus Martowardojo, Ketua Umum Himpunan Bank-bankMilik Negara (Himbara), yang juga Direktur Utama Bank Mandiri, “Dalammenetapkan target penyaluran kredittahun 2007, kami mempertimbangkanadanya perbaikan kondisi sektor riil kedepan,” katanya seperti dikutip HarianKompas, Rabu (14/2).Hal yang sama juga diungkapkan KetuaUmum Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono. “Jikakondisi sektor riil membaik, tanpa disuruh-suruh pun bank pasti akan mengucurkan kredit,” ujar Sigit.Dari perkataan kedua bankir papan atasitu, menjadi tidak jelas apakah sektor riilyang mendorong investasi atau investasiyang mendorong sektor rill. Di satu sisi,perbankan mempersalahkan sektor rillyang tidak layak dibiayai, namun di sisilain sektor rill mempersalahkan perbankan yang tidak mau mengucurkan kreditnya. Ini seperti menjawab teka-teki, manaduluan ayam atau telur.Oleh karena itu, untuk menghilangkanteka-teki yang membingungkan dan mensinergikan keduanya, ada baiknya disimakapa yang dikemukakan Agus Martowardojo tentang kondisi yang mendoronglemahnya kinerja sektor rill, yang ditengarai iklim investasi yang belum membaik.Hal itu ditandai dengan masih tingginyabiaya ekonomi, lemahnya kepastianhukum, lambannya birokrasi, seretnyarealisasi pembangunan proyek di daerah,dan minimnya infrastruktur. Semua itumembuat para pelaku usaha engganberinvestasi, bahkan sekadar untukmeningkatkan kapasitasnya. Dampaknya,permintaan kredit tidak meningkat. „MHKSektor riil, khususnya UKM semakin terpuruk dengan tidak mengucurnya kredit perbankan.foto: berindo wilson
                                
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53