Page 23 - Majalah Berita Indonesia Edisi 46
P. 23
BERITAINDONESIA, 20 September 2007 23BERITA UTAMAPPendidikan Bagus Tak Ada yang GratisPendidikan merupakan investasi jangkapanjang yang hasilnya baru dapat dinikmatibeberapa/puluhan tahun kemudian. Itusebabnya, untuk mendapatkan pendidikanyang berkualitas siapapun rela mengeluarkanbiaya mahal. Ibarat pepatah tak ada makansiang yang gratis, pendidikan bermutu puntidak ada yang gratis.ada era globalisasi,lembaga-lembagapendidikan sibuk berkompetisi untukmenghasilkan output yangmumpuni dan handal. Maklum, persaingan yang semakinmengglobal sudah terjadi dimana-mana. Pendidikanmempunyai peranan cukupbesar dalam menentukan masa depan setiap peserta didikdemi memenangkan persaingan global itu. Pendidikan jugamerupakan salah satu caraagar peserta didik mampuhidup mandiri.Menyekolahkan anak hinggajenjang pendidikan tinggi merupakan impian semua orangtua. Tetapi hampir tiap tahunajaran baru pula mereka dipusingkan pada masalah biayapendidikan yang semakin lamasemakin mahal. Setiap orangtua harus menyediakan danapendidikan anak-anaknyayang tidak sedikit. Karena itumendapatkan pendidikanyang murah bahkan gratistetapi menghasilkan outputyang berkualitas merupakanharapan setiap orang tua.Sangat disayangkan, memang. Tatkala pemerintahgencar mewajibkan setiapanak mengikuti pendidikandasar, dengan mengimingimingi biaya pendidikan gratisatau murah, pada kenyataannya tidak diiringi dengan peningkatan mutu pendidikan.Selain itu, sesungguhnya takada pendidikan yang gratis didunia ini.Makin Bermutu, Makin MahalEndang, seorang ibu berputra tiga, pada Juni lalu begitu pusing mencarikan sekolah bagi putra sulungnya, Ibnu,yang baru saja lulus SLTP.Berbagai informasi tentangSMU Negeri yang dekat dengan rumahnya tetapi berkualitas lumayan, dan murah,dikumpulkannya. Dia sibukmencari-cari informasi kepadasiapa saja, saudara, tetanggahingga relasi.Ibu yang tinggal di Jakartaini sangat mendambakanputranya masuk SMU Negeriterbaik. Tujuannya hanya satu,supaya biaya sekolah anaknyatidak terlalu mahal namunmutu tetap ada.Tetapi alangkah terkejutnyadia ketika mendapati sekolahyang menjadi incarannya, sebuah SMU negeri yang tergolong bukan SMU unggulan,nyatanya mengenakan biayamasuk yang baginya tergolongmahal berkisar antara Rp 2hingga Rp 4 juta. Biaya sebesaritu belum termasuk uang untuk membeli pakaian seragam,buku teks, uang olahraga, uanglab komputer, maupun Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) yang besarnya mencapai Rp 100 ribu hingga Rp200 ribu. Bila semua dijumlahkan angkanya sungguh fantastis mencapai Rp 5 juta lebih.Persoalan yang dihadapi IbuEndang bukanlah hal baruatau tergolong aneh. SejumlahSMA terutama yang unggulanmemungut dana yang jauhlebih besar dari itu. Apalagibila dalam uang masuk ikutdimasukkan dana pembangunan. Di Jakarta, lewat lembaga Komite Sekolah setiaporang tua murid di sekolahsekolah favorit terbiasa dimintai uang masuk pada kisaranRp 8 juta hingga Rp 10 juta.Demikian pula sekolah terpadu Al-Azhar yang terletak diKebayoran Baru, Jakarta Selatan. Al-Azhar merupakan lembaga pendidikan swasta kategori favorit. Menggunakankurikulum Departemen Pendidikan Nasional, Al-Azharmengedepankan pula sistempendidikan yang berbasiskannilai-nilai keagamaan, sertamengembangkan pola-polapembelajaran out-bound danfieldtrip.Yayasan Al-Azhar yang mengelola 79 sekolah mulai dariTK, SD, SLTP, SMU, dan sebuah universitas yang tersebardi 18 kota, memiliki programmeningkatkan skill sekaligusmenguatkan moral siswa. Sekolah yang bernapaskan Islamini juga menyediakan programpesantren.Mau tahu berapa biaya masuk? Al-Azhar mengenakanuang pangkal Rp 21 juta kepada tiap murid. Biaya itusudah termasuk SPP satu bulan, biaya buku rapor, ijazahdan seluruh biaya perlengkapan dari kelas satu sampaikelas tiga. Biaya SPP bulanandikenakan Rp 675 ribu.Apabila peserta didik berkeinginan masuk ke jenjangpendidikan lebih tinggi makalagi-lagi harus merogoh koceklebih dalam. Perguruan tinggiseperti ITB, UGM, Undip danUI memasang tarif mulai Rp 15juta hingga Rp 250 juta untukpenerimaan siswa baru yangmelalui jalur khusus.Tak mengherankan apabiladua tahun lalu terjadi ledakandahsyat keluarga miskin yangtidak mampu melanjutkansekolah anaknya. Faktanyadipertunjukkan oleh angkaputus sekolah pada setiap jenjang pendidikan secara nasional yang cukup tinggi. Padatingkat SMP angka putus sekolah mencapai 1.000.746 orang,untuk tingkat SMU mencapai151.976 orang, dan lulusanSMU/SMK yang tidak dapatmelanjut ke perguruan tinggi681.361 orang.Masih banyak anak bangsayang tidak bisa melanjutkansekolah karena alasan biaya.Impian untuk mendapatkanpendidikan tinggi hanya akanjadi impian saja. Pendidikanyang harusnya menjadi hakasasi ternyata dibatasi bagiyang kaya saja.Persoalan pendidikan memang kompleks. Pendidikanyang bermutu cuma bisa dinikmati oleh mereka yang ber-”kasta” tinggi. Namun setiapanak-anak dari keluarga yangtergolong tidak mampu mencari sekolah yang berbiayagratis namun mutu pendidikannya ala kadarnya saja.Sebab pendidikan bermutu,berbanding lurus dengan mahalnya biaya. ZAHfoto: berindo wilsonPendidikan bermutu berbanding lurus dengan mahalnya biaya.