Page 28 - Majalah Berita Indonesia Edisi 46
P. 28
28 BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006BERITA KHAS28 BERITAINDONESIA, 20 September 2007Industri Pulp danKertas Belum MandiriWalau Indonesia memiliki industri bubur kertas (pulp) dankertas (paper) berskala raksasa, rupanya, diam-diammenyimpan segudang masalah pula. Produknya ditentangdi luar negeri hingga dikenakan tarif bea masuk yangtinggi. Di dalam negeri apalagi, semua bahan bakukayunya diduga merupakan hasil penjarahan dari hutanalam.al itu terbukti, ketika hutanhutan di wilayah Riau sejakdelapan bulan lalu ditandaidengan garis polisi (policyline). Sekonyong-konyong muncul jeritankalau-kalau industri ini akan kehabisanbahan baku dan terancam tak dapatberproduksi lagi mulai Oktober nanti.Uniknya, gema teriakan yang diwakilidua industri terbesar Riau Andalan Pulpand Paper (RAPP) dari kelompok RajaGaruda Mas (RGM) milik konglomeratSukanto Tanoto dan kelompok Sinarmasmilik taipan Eka Tjipta Widjaja dari IndahKiat Pulp and Paper (IKPP), itu lebihdiperkeras lagi oleh Kadin Indonesia danAsosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).Kedua organisasi kumpulan para pengusaha ini bersedia menggadang nasib 550ribu pekerja di kedua perusahaan, ditambah jutaan orang lain yang memilikikepentingan di dalamnya, dengan menyebutkan mereka bakal kehilangan matapencaharian. Masih menurut keduanya,negara bahkan terancam akan kehilangandevisa sebesar 4 miliar dollar AS.Banyak rahasia umum di lingkunganindustri pulp dan kertas terlanjur sudahdianggap hal yang lumrah. Misalnya,industri ini lebih suka membalak kayusecara liar di hutan-hutan alam, daripadamenyediakan sendiri bahan baku kayudengan mengusahakan hutan tanamanindustri (HTI). Pembalakan dilakukanoleh para kontraktor yang ditunjuk. Adayang menghitung, karena pembalakan liarsetiap tahun, Indonesia kehilangan hutanseluas 27 kilometer persegi, setara dengan40 kali luas Jakarta. Atau, setiap 10 detikkita kehilangan hutan alam seluas lapangan bola, dan merugikan negara sebesar Rp45 triliun per tahunnya.Industri pulp dan kertas Indonesia terbukti belum bisa mandiri dalam menyediakan bahan baku, kecuali dengan membalak. Hal ini telah memberikan peluangbagi negara tujuan ekspor untuk mengenakan berbagai pembatasan terhadaphasil ekspor Indonesia. Dunia sampaimengancam akan memboikot produkperusahaan RAPP dan IKPP, karenakeduanya memanfaatkan hutan alamsebagai bahan baku. Tetapi, demi untukmenangkisnya, kalangan industri pulpdan kertas dalam negeri lebih suka mengalihkan persoalan dengan menyebutkanpembatasan terjadi karena ketatnyapersaingan global, bahkan mengarahtidak sehat hingga merugikan Indonesia.Masalah KlasikDari sekitar 80 perusahaan pulp dankertas yang ada di Indonesia, dengan total kapasitas nasional 6,29 juta ton pertahun, Grup Sinarmas melalui Asia Pulp& Paper (APP) menguasai pangsa pasarterbesar. APP menghimpun tujuh anakperusahaan yakni PT Pabrik kertas TjiwiKimia, PT Indah Kiat Pulp & Paper, PTPindo Deli Pulp and Papers Mills, PTLontar Papyrus Pulp & Paper Industry, PTThe Univenus, PT Ekamas Fortuna, danPT Purinusa Ekapersada. Total kapasitasAPP 2,68 juta ton per tahun, atau 42persen dari kapasitas nasional.Berada di peringkat kedua PT RiauAndalan Pulp and Paper milik grup RajaGaruda Mas, yang juga pemilik PT TobaPulp Lestari (TPL) di Toba Samosir,Sumatera Utara. RAPP memiliki kapasitas produksi 2,21 juta ton pertahun atau35 persen dari kapasitas nasional.Indonesia sendiri memasok 2,5 persendari kebutuhan kertas dunia yang mencapai 350 juta ton, dan pulp yang 200 jutaton per tahun. Indonesia adalah pemasokkertas terbesar ke-12 di dunia, atau terbesar keempat di Asia setelah China, Jepang, dan Korea Selatan. Kendati padatmodal, dibutuhkan 1 miliar dollar AS untuk membangun industri berkapasitas 1juta ton per tahun, dan berjangka waktuantara 7-8 tahun sejak penyiapan tanaman hingga panen, bisnis pulp dan kertastetap menarik. Harga pasaran dunia saatini untuk pulp 600 dollar AS per ton(sebelumnya 300 dollar AS per ton), danharga kertas 800 dollar AS per ton.Besarnya kapasitas produksi RAPP danIKPP membuat pemenuhan akan bahanbaku berpotensi untuk dipasok melaluipraktek-praktek ilegal dengan mengeksploitasi hutan alam. Diperkirakan 70 persen kebutuhan bahan baku keduanya berasal dari hutan alam. Sebab hutan tanaman industri yang mereka usahakan masihtak mencukupi. Menurut organisasi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), tujuh industri pulp nasional setiap tahun membutuhkan kayu hingga 27,71 juta meterkubik. RAPP saja setiap tahun membutuhkan bahan baku 9,468 juta meterkubik, yang bisa dipasok sendiri barusebatas 5,465 juta meter kubik. SedangkanIKPP membutuhkan bahan baku 8,623 jutameter kubik pertahun, mengalami kekurangan pasokan 3,242 juta meter kubik.Hebatnya, kejahatan kemanusiaanpembalakan liar untuk menutupi kekurangan 70 persen kebutuhan bahan bakudilakukan secara berjamaah denganmelibatkan oknum pengusaha, penegakhukum, politisi, dan masyarakat. AliansiPenyelamat Hutan Riau (APHR), yangdibentuk oleh berbagai LSM untuk menyelamatkan hutan di wilayah Riau, berkali-kali menemukan kasus kejahatan kemanusiaan di hutan Riau.Dalam sebuah investigasi Juli 2004misalnya, APHR menduga kuat IKPPtelah melakukan tindak pidana kehutanandengan menerima kayu ilegal. Perusahaanini menurutnya bisa dikenai pasal 50 ayat3 butir f UU No. 41/99 tentang Kehutanan.Pasal pelanggaran menyangkut laranganmenerima, membeli, menyimpan atauH Sekitar 550.000 karyawan IKPP dan RAPP terancam te