Page 29 - Majalah Berita Indonesia Edisi 50
P. 29
BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 29BERITA KHASBERITAINDONESIA, 22 November 2007 29Boleh Bicarakesejahteraan rakyat Indonesia yangsekarang banyak dilanda kemiskinan.Budiman Sudjatmiko mengatakan untukmendapatkan kepemimpinan politik yangnyata dan efektif, harus lewat partaipolitik.Sedangkan Maruarar Sirait, Ketua DPPPDI Perjuangan Bidang Pemuda mengatakan, selama ini pemuda yang aktifdi dunia politik kecenderungan merupakan pemuda pelapor bukan pelopor.Menurut anak kandung politisi kawakanSabam Sirait itu, pemuda pelapor adalahaktivis-aktivis yang banyak nempel kepada senior-seniornya. “Pemuda pelopordan berkualitas justru banyak di luardisibukkan dengan dunia profesi,” ujarMaruarar.Andi Arif mantan aktivis SolidaritasMahasiswa Indonesia untuk Demokrasi(SMID), yang saat ini berada di kubuPresiden Susilo Bambang Yudhoyono,bahkan didudukkan sebagai Komisaris PT(Persero) Pos Indonesia mengatakan,sekarang hanya ada tiga cara untukmeraih kepemimpinan. Yaitu, ikut kekuasaan yang baik, bergabung denganoposisi, atau membangun kekuatan sendiri seperti dengan membuat parpol baru.“Sistem yang sekarang memberikankesempatan kepada siapapun, termasukkaum muda untuk bersaing,” kata Andiyang, saat mahasiswa menjadi korbanpenculikan Orde Baru.Bukan Soal UsiaBerbagai cara dan wacana sengajadikemukakan untuk mengerek kaummuda supaya mereka bisa mentas kepanggung pemimpin nasional. Seperti,menelusuri usia para mantan pemimpinnasional ketika dipercaya menjadi presiden. Termasuk mengangkat jejak rekampara negarawan tempo dulu, hinggabagaimana peran para aktivis reformasi.Tetapi berbagai argumentasi kaummuda berhasil dengan mudah dipatahkanoleh kaum tua. Seolah kaum muda masihbelum saatnya bicara.Seperti dikemukakan Arbi Sanit, pengamat politik dari Universitas Indonesia(UI) Jakarta, yang sekarang dibutuhkanadalah kemampuan untuk menjawabmasalah bangsa. Dalam konteks ini, tuturArbi, golongan tua masih akan lebihdipercaya rakyat karena kinerja merekasedikit banyak sudah dapat dilihat, dannama mereka relatif lebih dikenal. Menurut Arbi, cara paling jelas dan efektifuntuk mendapatkan kekuasaan adalahdengan terjun di partai politik.“Kepemimpinan memiliki dua unsur,yakni kapabilitas dan kekuatan politik.Seseorang yang punya semua kapabilitasuntuk memimpin, seperti popularitas dankeahlian, tidak akan berarti apa-apa jikatidak punya kekuatan politik. Sekarang,sumber kekuatan politik itu terutama adadi parpol,” kata Arbi Sanit. “Kaum mudatidak dapat hanya bilang, ‘kini saatnyakami memimpin’, dan kemudian mintajatah kekuasaan, atau berharap kekuasaan akan datang dengan sendirinya. Kekuasaan itu harus diperjuangkan,” imbuhnya.Seolah bermaksud memberikan jawaban atas rengekan kaum muda, sekelompokkaum tua yang berkumpul untuk menghadiri deklarasi Komite Bangkit Indonesia yang digagas Rizal Ramli, di GedungPerpustakaan Nasional, Jakarta Rabu (31/10), sepakat dikotomi antara tua danmuda dalam bursa kepemimpinan nasional harus segera diakhiri. Sebab yang dibutuhkan saat ini justru sinergi antarayang tua dan yang muda, serta menciptakan kesempatan yang adil kepada semuapihak untuk menjadi pemimpin nasional.Wiranto, Ketua Umum DPP Partai HatiNurani Rakyat (Hanura) mengatakan,jika ada tokoh muda yang memang baik,silakan ikut berkompetisi dalam kepemimpinan nasional. “Tetapi, kita janganterjebak pada dikotomi seperti tua danmuda, sipil atau militer, atau kaya danmiskin. Dikotomi seperti itu tidak menjawab permasalahan bangsa. Sekarangkita justru membutuhkan sinergi antarberbagai unsur yang ada,” kata mantanPanglima ABRI tersebut.Mantan Wakil Presiden Try Sutrisnoberharap antara generasi muda dan tuatidak dihadap-hadapkan. “Dalam sejarahseperti Sumpah Pemuda, pemuda memang menjadi pendobrak . Namun, kelakmereka juga menjadi tua. Dengan demikian, antara yang muda dan tua harussaling mendukung dalam membangunbangsa,” ucap Try.Dalam kesempatan sama mantan KetuaMPR RI Prof. Dr. Amien Rais mengatakan, pemimpin Indonesia pada 2009sebaiknya berumur 40-50 tahun. “Itu usiayang ideal. Jika terlalu muda, nanti grusagrusu (terburu-buru). Apabila terlalu tua,akan buyuten (pikun),” kata Amien.Komite Bangkit Indonesia menyepakatibahwa Indonesia membutuhkan jalanbaru untuk bangkit, yang berlandaskankebhinekaan, pluralisme, dan keragamanbudaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Komite Bangkit Indonesiajuga beranggapan, jalan yang selama inidigunakan justru memicu kemerosotandan kemiskinan struktural serta memperkokoh neokolonialisme.Jawaban pamungkas terhadap tekadkaum politisi muda untuk duduk dalampimpinan nasional, yang menyiratkankalau mereka rupanya belum boleh bicarasoal itu, akhirnya muncul dari WapresJusuf Kalla.Wapres mengkritik hasil PertemuanNasional Pemuda Indonesia yang dinilainya hanya meminta-minta. Kalla membandingkan kaum muda masa SumpahPemuda 1928 yang tidak minta kemerdekaan kepada Belanda, tetapi menyatakan kemerdekaan.“Saya minta Anda mengubah polaberpikir. Jangan seperti itu saja. Lihatpara pemuda waktu Sumpah Pemuda.Mereka tidak minta kemerdekaan kepadaBelanda, tetapi menyatakan sebuahkemerdekaan. ‘Kami merdeka, mau apaBelanda?’ Harusnya begitu, bukan cumameminta-minta ini dan itu,” ucap Kalla diKantor Wapres, Jakarta, Selasa (30/10),tatkala menerima peserta PertemuanNasional Pemuda Indonesia 2007 yangdipimpin Priyatno.“Saya agak sedikit kurang sependapatjika hasil Pertemuan Nasional PemudaIndonesia itu isinya hanya memintaminta. Sumpah Pemuda, 79 tahun lalu itu,justru tekad dan upaya. Kalau Andameminta, itu artinya tangan di bawah.Sejak kapan kalian selalu meletakkantangan di bawah?” tanya Wapres.“Kepemimpinan itu tidak pernah diberikan. Akan tetapi harus diusahakan,dan pada waktunya, karena sudah memiliki kemampuan, baru mengambil alihkepemimpinan. Soal kepemimpinan jugaterkait dengan kemampuan dan kesanggupan, dan bukan karena soal usia,” ucapKalla. HT