Page 43 - Majalah Berita Indonesia Edisi 50
P. 43


                                    BERITAINDONESIA, 22 November 2007 43BERITA HUMANIORAMembangun Karakter Generasi MudaPakar antropologi mendiskusikan caraterbaik membangun karakter generasimuda. Mereka mengenali generasi mudadari sudut pandang masing-masing.embicarakanKembali Pembangunan Karakter Bangsa: Generasi Muda Indonesia diTengah Gelombang Globalisasi, merupakan judul diskusiyang digelar oleh para antropolog, berlangsung di KampusUI, Depok, Kamis (25/10).Diskusi dengan pembicarapara antropolog tersebut merupakan salah satu rangkaianacara peringatan “Koentjaraningrat Memorial Lecture IVdan HUT ke-50 Tahun KajianAntropologi di Indonesia.”Mereka mendiskusikan sejauhmana generasi muda dapat berperan menghadapi segala macam persaingan di eraglobalisasi, yang semakin ketatsekarang ini. Mereka berupayamenemukan jawaban hendakke mana generasi muda Indonesia ini dibawa.Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono, antropolog dan GuruBesar Tetap Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik (FISIP)UI, misalnya, menyoroti berbagai sisi kehidupan manusiayang selama ini luput daripembangun karakter, jiwa danraga manusia.Meutia Hatta yang jugaMenteri Negara Pemberdayaan Perempuan (Menneg PP)mengungkapkan, pada jamansekarang perhatian anak mudahanya terpusat kepada pembangunan ekonomi denganorientasi ke fisik. Dengan karakter demikian tak mengherankan apabila di kalangananak muda tumbuh subur sifat-sifat materialisme, praktekkorupsi, kolusi, dan nepotisme(KKN), serta berbagai jenisperilaku tidak terpuji lainnya.Meutia mengatakan, karakteranak muda saat ini sudah abaidari pembangunan kemanusiaan.“Sejak tahun 1974 Koentjaraningrat sebagai Bapak Antropologi Indonesia sudahmengingatkan kita jauh haritentang pentingnya pembangunan karakter bangsa,” ucapMeutia, putri tertua BapakProklamator Bung Hatta.Meutia mengutip beberapapatah kalimat perihal karakteryang tertuang dalam bukuKoentjaraningat, yang masihsangat relevan sebagai bahanperenungan. Karakter tersebutmerupakan gambaran mentalitas generasi muda saat ini.Yaitu, pertama, mentalitasyang meremehkan mutu. Kedua, mentalitas suka menerabas. Ketiga, sifat tidak percaya kepada diri sendiri. Keempat, sifat tidak berdisiplinmurni. Dan kelima, sifat tidakbertanggung jawab.Meutia menyimpulkan,menghadapi era globalisasi,karakter generasi muda haruslebih meningkatkan pembangunan budi pekerti dan sikapmenghormati, dengan mengamalkannya dalam kehidupansehari-hari. “Kita itu harusmemiliki sifat menghargaimutu, memiliki kesabaranuntuk meniti usaha dari awal,adanya rasa percaya diri, memiliki sikap disiplin waktubekerja, serta memiliki sifatmengutamakan tanggung jawab,” paparnya.Sedangkan Rektor Universitas Indonesia Prof. Dr. der SozGumilar R. Somantri mengatakan, membangun karakterbangsa harus secara nyata danrealistis. Yaitu membangunkeunggulan dan daya saing,serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.“Para generasi muda sekarang ini harus menumbuhkanmemori secara kolektif untukmenuju pembangunan bangsayang lebih maju,” ujar antropolog lulusan luar negeri tersebut.Menurut Gumilar, karakterbertalian erat dengan petakognitif dan kebudayaan. Danfaktor kunci perubahan sosialterletak di situ. Karena ituperlu dilakukan refleksi ataskonsepsi pembangunan sejati,yang menempatkan manusiasebagai perhatian utama dalam pembangunan karakter.Antropolog Prof. AchmadFedyiani Saifuddin antropologdari Universitas Indonesia,berpendapat senada denganGumilar. Menurut Saifuddin,karakter suatu masyarakatkhususnya generasi muda adalah identitas masyarakat itusendiri, yang diekspresikandan dipancarkan dari kebudayaan masyarakat. Manusiaharus dipandang sebagai subyek yang dapat berpikir, merancang kehidupan, dan memproduksi sesuatu. Peran negara hanya sebagai fasilitatorjangan lagi mendominasi sebagai kekuasaan sentral.Dr. Johsz R. Mansoben, MAdosen antropologi FISIP Universitas Cenderawasih (Uncen), Jayapura menyoroti karakter generasi muda Indonesia dari perspektif Papua. Ia secara khusus menyoroti fenomena penyimpangan perilaku.Johsz menilai implementasiberbagai program pembangunan manusia dari kaumelit, yang memosisikan dirimereka sebagai manusia paling super, menjadi gagal karena program tersebut tidaksesuai dengan aturan baku.Menurut Johsz, kegagalanpembangunan manusia seharusnya tidak perlu terjadi apabilapara pembuat kebijakan padalevel nasional memahami betulnilai-nilai dan budaya lokal.Sementara itu pakar antropologi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung,Dr. Selly Riawanti, MA membagi pengelompokan generasimuda ke dalam beberapa sudut pandang. Pertama, merujuk kepada konsep demografi.Dalam hal ini generasi mudadibagi ke dalam usia persiapanmasuk dunia kerja, atau usiaproduktif antara 15-40 tahun.Selly mengatakan saat ini terdapat 40.234.823 pendudukIndonesia masuk dalam kategori generasi muda.Kedua, dari sudut pandangsosial budaya. Generasi mudadari sudut pandang ini memiliki sifat majemuk dengananeka ragam etnis, agama,ekonomi, tempat tinggal/domisili, dan bahasa. Merekamemiliki ciri ekosistem kehidupan yang terbagi ke dalammasyarakat nelayan, petani,pertambangan, perdagangan,perkantoran dan sebagainya.Selly mengambil contoh filmkarya Garin Nugroho berjudul“Anak Seribu Pulau”, yangmelukiskan sebuah keanekaragaman dan kesadaran sosialbudaya yang dimiliki bangsaIndonesia. Film itu menggambarkan anak-anak Indonesia dari berbagai daerah,dan dengan ekosistem merekamasing-masing dengan bangga menampilkan, memperkenalkan, dan menjelaskankebudayaan tradisional yangdimilikinya.Itulah berbagai ragam karakter generasi muda Indonesia saat ini. „ ZAH, RONMilustrasi: dendy
                                
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47