Page 32 - Majalah Berita Indonesia Edisi 53
P. 32
32 BERITAINDONESIA, 10 Januari 2008BERITA EKONOMIPrivatisasi BUMN Maret 2008Berpeluang Dongkrak IHSGBelasan BUMN berencana memeriahkanbursa saham BEI pada tahun 2008.Kedatangan emiten baru pelat merah yangdikomandani Menneg BUMN Sofyan A.Djalil berpeluang membuat IHSGmelambung tinggi.i kalangan paramanajer investasikeuangan, pertanyaan yang palingmenarik di setiap penghujungtahun adalah berapa angkapenutupan indeks harga saham gabungan, yang kalau diBursa Efek Indonesia (BEI)disingkat IHSG.Menarik sebab windowdressing biasa terjadi di akhirtahun, dan selalu membuatindeks terdongkrak naik tinggiuntuk selanjutnya melemahlagi di pembukaan perdagangan di awal tahun berikutnya.Setelah mencatat rekor pertumbuhan 52,08 persen sepanjang 2007, IHSG yangsempat menyentuh level2.810,96 pada 11 Desember2007, akhirnya ditutup diangka 2.745,83 saja, atau gagalmenembus level psikologis2.800.“Kenaikan indeks yang mencapai 52 persen tahun ini tentuada hubungannya dengan sektor riil. Sejumlah ekonom kurang paham pasar modal sehingga menyatakan pasar modal tidak berdampak padasektor riil. Padahal, perbankan, tambang merupakan perusahaan yang langsung berhadapan dengan sektor riil,”ujar Menteri Keuangan SriMulyani Indrawati pada penutupan perdagangan sahamdi Bursa Efek Indonesia,Jumat (28/12).Memasuki tahun 2008, BEIakan semakin ramai denganrencana Menneg BUMN Sofjan A. Djalil mengusung setidaknya 14 BUMN ke lantaibursa. Sofyan, sesuai kesepakatan Komite PrivatisasiBUMN ditugaskan menyelesaikan misi privatisasi BUMNsektor perkebunan, perdagangan, infrastruktur, danindustri yang penjualannyasudah disetujui oleh KomitePrivatisasi.“Privatisasi ditargetkan terlaksana mulai Maret 2008, minimal satu BUMN setiap bulan,” ujar Sofyan usai rapatKomite Privatisasi BUMN diJakarta, Rabu (19/12).Menko Perekonomian Boediono mengatakan privatisasidiutamakan untuk meningkatkan kinerja masing-masingBUMN. “Privatisasi memanguntuk kesehatan dan kinerjaBUMN itu sendiri, tetapi adaaspek setoran APBN. Jadi,pertimbangannya campur,”urai Boediono.Mekanisme privatisasi menurut Sofyan Djalil bisa melalui mekanisme penawaranumum perdana (IPO) saham,melepas seluruh saham pemerintah, atau penjualan strategis (strategic sales). Selaindisetor ke kas negara, danahasil privatisasi sebagian besardimanfaatkan bagi pengembangan perusahaan.Dari 28 nama BUMN yangpernah diusulkan untuk diprivatisasi pada 2008, yang sudah mendapatkan persetujuanuntuk diprivatisasi adalah PTPerkebunan Nusantara (PTPN)III, PTPN IV, PTPN VII, PTPembangunan Perumahan(PP), PT Waskita Karya (Wika),PT Krakatau Steel (KS), dan PTSucofindo. Di sektor industri PTKawasan Industri Jakarta, PTJakarta Industry Real Estate,PT Kawasan Industri Medan,PT Kawasan Industri Semarang, PT Kawasan IndustriMakassar, dan PT KawasanIndustri Surabaya.Bentuk Holding BUMNRestrukturisasi BUMN dengan membentuk holdingcompany BUMN sejalandengan ide besar yang dibawaSofyan Djalil dalam menatasemua BUMN, yang jumlahnya mencapai ratusan. Idepembentukan holding company memungkinkan BUMNdapat dikelola layaknya sebuah korporasi.Model lama pengelolaanBUMN dengan gaya birokrasi,yang seringkali dicampuri olehintervensi politisi telah membuat BUMN sulit untuk berkembang apalagi bersaing dipasar global.Penciptaan transparansi dilingkungan BUMN denganmelepas kepemilikan saham dilantai bursa, atau membuatnyamenjadi perusahaan publik,diyakini mampu menghilangkan masuknya kepentinganpolitisi dan pejabat birokrasi.Peningkatan transparansijuga diyakini akan mendorongpendapatan, likuiditas, produktivitas, jumlah tenaga kerjadan semangat kerja perusahaan BUMN.Tetapi faktanya jumlahBUMN terlalu banyak, membuat pemerintah mengalamihambatan mengonsolidasikan.Menurut KementerianBUMN jumlah BUMN saat ini139 buah, memiliki total asetRp 1.530 triliun, bergerak diberbagai bidang usaha yangsangat beragam serta dengankondisi keuangan yang bervariasi pula.Terdapat BUMN yang memiliki aset di atas Rp 300 triliun, dan ada pula yang hanyadi bawah Rp 100 miliar. AdaBUMN yang mampu mencetaklaba di atas Rp 20 triliun, adapula yang catatan kerugiannyamencapai Rp 1,96 triliun.Kondisi faktual itu membuatSofyan Djalil berkeinginankuat membentuk perusahaaninduk, yang kelak dijalankandengan prinsip bisnis untukmenjembatani semua kondisiyang bervariasi tersebut.Jika dilhat kinerja emitenBUMN seperti PT Telekomunikasi Indonesia, dan perusahaan pertambangan seperti PTAneka Tambang, yang berperan besar sebagai penggerakutama perdagangan saham,masuknya tambahan belasanBUMN baru di tahun 2008diprediksi berpeluang membuat IHSG semakin melambung.Yang perlu menjadi catatanMenneg BUMN adalah, harusmemerhatikan saksama waktupelepasan saham untukmeraih harga yang optimal.Atau seperti dikatakanDradjad H. Wibowo, anggotaKomisi XI DPR, pemerintahharus memperbaiki mekanisme privatisasi sehingga keputusan itu bisa diterima masyarakat. HTDMenneg BUMN Sofjan A. Djalil foto: berindo wilson