Page 46 - Majalah Berita Indonesia Edisi 67
P. 46


                                    46 BERITAINDONESIA, 16 Mei - 15 Juni 2009BERITA POLITIKPerempuan Melenggangke SenayanMenanti Kiprah MerekaInggrid KansilDemi Kemajuan PerempuanUsaha kerascaleg dari PartaiDemokrat dapilJawab Barat IVnomor urut 3 iniakhirnya berbuah manis.Alumnus IISIPJakarta ini memilih bersinggungan langsungdengan konstituen dengan cara door to door. Pendekatan itu berhasil mengambil hatimasyarakat sehingga ia mengantongi 23ribu suara. Setelah menjadi anggotadewan, ibu satu putri ini akan seringturun ke bawah untuk mengetahui permasalahan yang mereka hadapi danmencarikan jalan keluarnya. Inggrismembuat SMS centre untuk mengetahuikeluhan, kritik, saran, maupun aspirasimasyarakat dengan cepat.Inggrid juga menyatakan keprihatinannya dengan kondisi perempuan Indonesia yang masih banyak dinomorduakan. Oleh sebab itu, Inggrid yang jugaisteri anggota DPR ini bersama kaumperempuan lain yang duduk di DPR akanberjuang dalam perspektif perempuan. Iaakan menitikberatkan perjuangan kepada nasib kaum perempuan dan anakanak, termasuk masalah pendidikan dankesehatan. Demi perjuangannya itu,perempuan bernama lengkap InggridMaria Palupi Kansil ini sudah siapmelepas profesinya sebagai pemainsinetron, presenter, dan model iklan.Rieke Diah PitalokaSiap Perjuangkan BuruhSiapa tak kenal tokoh Oneng dalam serial Bajaj Bajuri yang tampil lugu danbloon dalam tiap episodenya. Si Onengyang diperankan Rieke Diah Pitaloka(caleg dari PDIP) sukses melenggang keSenayan berkat perolehan suara mencapai 79 ribu di Dapil II Jawa Barat.Raihan suaranyamelebihi TaufikKiemas, yang taklain Ketua Dewan PembinaPDIP dan suamiMegawati sangKetua Umum.Kerja kerasnyasaat kampanyeterbayar sudah.Rieke yangmengaku menggelontorkan dana hampirRp 300 juta untuk atribut, transportasidan semua keperluan kampanye,membuktikan bahwa kampanye takidentik dengan jor-joran duit.Rieke yang menjabat sebagai Duta ILO(Organisasi Buruh PBB) ini bercita-citamasuk di Komisi IX agar dapat memperjuangkan nasib buruh dan buruhmigran (TKI). Menurutnya UU No 13/2003 tentang Ketenagakerjaan masihsangat perlu disempurnakan, terutamamengenai isu sistem kerja kontrak danoutsourcing. “Masih banyak perusahaanyang akal-akalan dalam kategori pePada pemilu 2009 kali ini, keterwakilan perempuanmeningkat cukup signifikan. Sekarang tinggal bagaimanaperempuan itu menunjukkan dirinya mampu terlibat dalampengambilan keputusan.enelusuri kembali sejarah pemilihan umum di Tanah Air,masyarakat Indonesia masihmenjadikan perempuan sebagai pilihan kedua untuk mendudukijabatan politik. Sejak pemilihan pertamatahun 1955, perempuan belum dapatsecara maksimal ambil bagian dalampanggung politik.Pada pemilihan umum pertama tahun1955 hanya ada 3,8 % perempuan diparlemen Indonesia dan tahun 1960-anada 6,3 %. Angka tertinggi ada padaperiode 1987-1992 yaitu 13 %. Tetapiturun lagi menjadi 12,5 % tahun 1992-1997, 10,8 % menjelang Soeharto jatuh,dan hanya 9 % pada periode 1999-2004.Sedangkan pada tahun 2004-2009, hanyaada 11,4 % atau sekitar 63 orang.Namun, tak disangkal memang padamasa itu perempuan masih banyak yangbelum siap terjun dalam dunia politikakibat pendidikan yang masih rendah danminimnya pengetahuan akan dunia politik. Dan adanya kecenderungan perempuan itu sendiri yang berpikir politik ituadalah dunianya laki-laki. Kebanyakanlebih cenderung memilih sebagai iburumah tangga yang baik.Perempuan sebenarnya mempunyaipeluang besar untuk menyejajarkan diridengan laki-laki. Dari 220 juta lebih penduduk Indonesia, 51%-nya adalah perempuan. Dan akhirnya pada era reformasi, hak-hak perempuan mulai diperhatikan dengan lahirnya UU No. 2 Tahun2008 tentang Partai Politik. Parpol wajibmenyertakan 30% keterwakilan perempuan sebagai pengurus partai sebagaimana tertuang pada pasal 2 ayat (2).Dilanjut lagi dengan adanya UU PemiluNo.10 tahun 2008. Hal ini membuat kaumperempuan semakin bernafas untuk lebihterlibat dalam dunia politik.Indonesia sendiri, dibandingkan negara-negara lain, keterwakilan perempuan di parlemen masih tergolong rendah, masih didominasi laki-laki, akibatnya keberpihakan kepada perempuanberkurang. Dari 189 negara, keterlibatanperempuan di parlemen Indonesia masihberada di peringkat 89. Dari laporanUNESCO EFA (Education for All movement) perbaikan iklim perpolitikan di Indonesia yang mulai berbenah denganMfoto-foto: ist
                                
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50