Page 44 - Majalah Berita Indonesia Edisi 69
P. 44
44 BERITAINDONESIA, Agustus 2009BERITA POLITIKilustrasi: dendysaat proses pilpres lalu, Golkar dikehendaki mengambil posisi sebagai pengontrolpelaksanaan pemerintahan saja aliassebagai oposisi. Elit partai yang berdiri dibarisan ini yakni Surya Dharma Paloh, SriSultan Hamengkubuono X, Yuddy Chrisnandi dan lainnya. Menurut Wakil KetuaDPD Partai Golkar DIY Deddy Suwadiyang merupakan pendukung opsi ini,koalisi partai-partai pendukung pemerintah sangat kuat. Karena itu, perluada penyeimbang di legislatif. Oleh sebabitulah, Partai Golkar harus berani menjadipartai oposisi bersama-sama koalisi besar.Lebih lanjut, Deddy berharap PartaiGolkar melanjutkan rintisan koalisi besarbersama PDIP, Partai Gerindra, danPartai Hanura. Menurutnya, tanpa oposisiyang kuat, kekuatan partai pendukungpemerintah di legislatif nantinya bakalterlalu kuat sehingga fungsi checks andbalances tidak berjalan semestinya.Sebaliknya, kelompok yang tidak merasa tersinggung dengan yang terjadi padaproses pilpres lalu, menghendaki PartaiGolkar tetap berdiri satu barisan denganpemegang kekuasaan. Mereka yang ada dibarisan ini antara lain Akbar Tanjung,Agung Laksono, Aburizal Bakrie atau yangsering disebut dengan Triple A.Selaras dengan keinginan faksi ini yangdiduga berambisi dapat posisi dalamkabinet yang akan disusun Presiden SBYOktober nanti, wacana mempercepatmusyawarah nasional (Munas) sebelumOktober pun sangat kencang disuarakanfaksi ini. Maksudnya, merebut kursi JKsebagai ketua umum agar bisa mengendalikan partai.Arah politik Partai Golkar pascapilpresmemang disebut-sebut akan banyakditentukan oleh siapa yang memimpinpartai tersebut. Dari beberapa analisis,dapat disimpulkan bahwa menjelangOktober 2009, setidaknya ada empat arahkecenderungan politik Golkar sesuaidengan perbedaan sikap dan pilihanpolitik para elite partai itu. Keempatkecenderungan dimaksud yakni, Pertama,sebelum munas, mungkin tidak adaperubahan sikap dan pilihan politikpartai. Artinya, Golkar akan bersifatmenunggu, apakah akan ada “undanganpolitik” dari SBY untuk bergabung kembali ke dalam pemerintahan baru atautidak.Kecenderungan kedua, sebelum munas,Golkar mungkin menegaskan kembalikomitmennya untuk membangun koalisibesar parlemen bersama-sama denganPartai Hanura, PDI Perjuangan, danPartai Gerindra. Ketiga, setelah munas,Golkar bergabung kembali dengan pemerintahan SBY. Hal ini diperkirakan akanterjadi jika Ketua Umum Golkar yang barupengganti Jusuf Kalla (JK) adalah salahseorang elit partai yang selama ini dekatdengan SBY. Sementara kecenderungankeempat, yakni setelah munas, secarainstitusi partai tetap berada di luarpemerintahan tetapi beberapa tokohnyamasuk anggota kabinet baru.JK sendiri mengakui sikap politikGolkar pascapilpres akan ditentukan olehpengurus Partai Golkar yang baru. “Sampai 20 Oktober 2009, Golkar tetap partaipemerintah. Setelah 20 Oktober, itumenjadi urusan pengurus yang baru,” ujarKalla, 13 Juli silam. Artinya, arah politikGolkar dalam menghadapi pemerintahanSBY kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh siapa yang menjadi pengganti Kalla sebagai ketua umum, apakahAgung Laksono, Surya Paloh, AburizalBakrie, atau Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X atau Yuddy Chrisnandi,seperti selama ini diisukan.Apabila pengganti Kalla adalah Sri Sultan HB X atau Surya Paloh, maupunYuddy Chrisnandi, ada kemungkinanGolkar akan memilih bersikap oposisiterhadap pemerintahan SBY. Sebaliknya,jika yang terpilih adalah Aburizal Bakrieataupun Agung Laksono, kemungkinanGolkar kembali ke pangkuan politik SBYcukup besar. Seperti diketahui, Triple Amerupakan tokoh-tokoh yang selama inimenginginkan Golkar berkoalisi denganPartai Demokrat.Namun di luar kedua sikap itu, sepertianalisis para pengamat, kemungkinanGolkar menganut politik dua-muka, yaknisecara organisasi berada di luar pemerintahan, tetapi secara individu beberapaelite terlibat dalam kabinet, juga tidakmustahil menjadi sikap politik Golkar.Atas dasar uraian tersebut, pertarunganpara elite partai beringin untuk merebutjabatan ketua umum jelas menjadi halyang sangat penting. Hal itu memangsudah terlihat sejak dini. Ada dugaan agarbisa langsung merapat kepada SBY sebelum penyusunan kabinet, sebagian elitpartai malah menginginkan percepatanmusyawarah nasional (Munas) jadi Agustus atau September 2009 (sebelum pelantikan Presiden 20 Oktober 2009), darisebelumnya direncanakan Desember2009.Wacana itu sudah digulirkan hanyabeberapa saat setelah JK tertinggal dalamperolehan suara hasil perhitungan cepat.Disebutkan, sebanyak 500 DPD I danDPD II telah bersepakat mendukungTriple A (Akbar, Agung, Aburizal) untukmempercepat Munas. Keinginan itudisebutkan, sejalan dengan komitmensebelum digelarnya Pilpres bahwa partaiakan melakukan penyegaran dalam kepengurusan DPP jika calon yang diusungkalah dalam Pilpres 8 Juli 2009.Jauh-jauh hari, fungsionaris DewanPimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar,Yasril Ananta Baharuddin, membenarkanadanya wacana itu. Dia mengatakan,kemungkinan besar Partai Golkar akanmempercepat Munas. Yasril juga menampik rencana itu muncul karena sesuatu hal yang menyimpang dari aturanpartai. Melainkan karena situasi yangdianggap perlu untuk dilakukan pergantian ketua umum. “Tidak ada penyimpangan dari partai. Jadi Munasdipercepat agar terjadi penyegaran kepengurusan yang baru di tubuh Golkaruntuk menghadapi Pemilu 2014,” ujarnya.Mantan Ketua Umum DPP Partai GolkarAkbar Tandjung juga mengakui mengusulkan munas dipercepat. “Munaslublebih cepat lebih baik,” kata Akbar.Dorongan yang sama juga disuarakanpara pengurus daerah.Walau sempat terjadi tarik ulur, RapatPimpinan Nasional (Rapimnas) PartaiGolkar pada 12-13 Agustus lalu akhirnyamenyetujui percepatan munas menjaditanggal 4-7 Oktober, sesuai dengan kehendak mereka. Tempat munas ditetapkan di Pekan Baru, Riau, lokasi yangdianggap netral. Tapi jika Pekan Barutidak mampu menyediakan tempat yangakan dihadiri sekitar tiga ribu peserta itu,pilihan kedua adalah Makassar.Terlepas dari tuntutan sebagian kaderyang sebelumnya menuntut percepatanmunas, Rapimnas menyebut bahwa alasan percepatan munas dari Desembermenjadi Oktober itu adalah untuk memberi waktu bagi daerah agar bisa mengakomodasi sistem baru yang akan dibicarakan dalam munas nanti.Pasca Rapimnas, persaingan keduakubu yang berseberangan pun semakinseru dan panas. Tak kalah dengan pemilihan presiden, beberapa calon sampaimerasa perlu memasang iklannya ditelevisi untuk memberikan citra kepadapublik bahwa mereka pantas dipilih.Masing-masing calon mengklaim bahwamereka telah didukung oleh sebagianbesar DPD I dan II. Aburizal misalnyamenyebut dirinya telah didukung oleh tigaratusan lebih DPD II dan puluhan DPD I.Tim sukses Surya Paloh juga mengklaimbahwa bos Media grup ini telah didukunglebih dari tiga ratus DPD II dan 26 DPD I.Sementrara Yuddy Chrisnandi sebagaitokoh dari kalangan muda mengklaimdirinya didukung oleh beberapa DPD danormas pemuda.Jika dilihat dari peta politik partai ini,bisa disimpulkan bahwa jika posisi ketuaumum nanti dipegang salah seorang elitpartai yang selama ini dekat dengan SBYantara lain Aburizal Bakrie atau AgungLaksono, berarti apa yang diharapkansebagian orang bahwa untuk pertamakalinya Partai Golkar menjadi partaioposisi, tidak akan terjadi. Sebaliknya,partai ini semakin kokoh menjelaskandirinya sebagai partai pragmatis. MS